3 Daerah di Tatar Pasundan yang Terkenal dengan Para Jawaranya

Sukabumiupdate.com
Rabu 09 Apr 2025, 19:00 WIB
Ilustrasi - Ada beberapa daerah di Jawa Barat yang dikenal sebagai pusatnya Jawara di Tatar Pasundan. (Sumber : pexels.com/@Pok Rie).

Ilustrasi - Ada beberapa daerah di Jawa Barat yang dikenal sebagai pusatnya Jawara di Tatar Pasundan. (Sumber : pexels.com/@Pok Rie).

SUKABUMIUPDATE.com - Kata "jawara" tentu sudah tidak asing lagi, terutama bagi masyarakat Sunda. Dalam pandangan masyarakat Sunda, jawara adalah sosok yang memiliki kekuatan lebih, baik dari segi fisik maupun metafisik. 

Dengan kata lain, jawara adalah seorang jagoan yang memiliki kemampuan bela diri dan kesaktian, yang mencakup ilmu silat serta olah kanuragan.

Awal mula munculnya kelompok-kelompok jawara berangkat dari rasa kekecewaan terhadap ketidakadilan, khususnya pada masa penjajahan dan awal kemerdekaan. 

Sikap tegas, keras, dan keberanian tinggi menjadikan para jawara sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan. Kemampuan mereka digunakan untuk melindungi masyarakat dari ancaman begal, preman, bahkan cukong yang berkuasa di daerahnya.

Kekuatan dan kesaktian para jawara biasanya diperoleh dari berguru kepada para kiai. Bahkan, ada yang menyebut bahwa jawara adalah murid sekaligus pengawal dari seorang kiai.

Berikut 3 daerah di Tatar Sunda yang dikenal sebagai gudangnya para jawara:

1. Banten

Bila berbicara tentang jawara, Banten selalu menjadi daerah yang pertama kali disebut. Terletak di ujung barat Pulau Jawa, Banten dikenal sebagai pusat para pendekar dan jawara sakti. Salah satu yang paling terkenal dari Banten adalah debus, ilmu kebal yang melegenda.

Selain ilmu kesaktian, Banten juga memiliki senjata pusaka yang mematikan, seperti Golok Sulangkar atau Golok Ciomas. Hampir di setiap wilayah di Banten terdapat perguruan silat dan olah kanuragan yang tidak hanya terkenal di Indonesia, tapi juga mancanegara. Maka tak heran jika masyarakat Banten rata-rata menguasai bela diri dan ilmu kanuragan.

Para jawara Banten tidak hanya berkuasa di daerahnya, tetapi juga memiliki pengaruh besar hingga ke Jakarta. Banyak wilayah di ibu kota yang dulunya menjadi wilayah kekuasaan jawara asal Banten. Dari masa ke masa, jawara Banten menjadi pusat perhatian dan rujukan keilmuan bagi para pendekar dari seluruh penjuru Indonesia.

Dalam struktur sosial masyarakat Banten, jawara mendapat posisi penting setelah pemerintah dan kiai. Artinya, mereka bukan hanya pelindung masyarakat, tetapi juga menjadi pilar dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Banten.

2. Bogor

Bogor dikenal bukan hanya karena keindahan alam dan wisatanya, tetapi juga karena tradisi pencak silat dan keberadaan para jawaranya. Salah satu aliran silat yang sangat terkenal dan berpengaruh berasal dari sini: Silat Cimande. 

Desa Cimande di selatan Bogor menjadi cikal bakal lahirnya aliran silat yang kini diakui secara nasional dan internasional.

Silat Cimande merupakan salah satu aliran tertua di Indonesia, yang telah memengaruhi banyak perguruan silat di seluruh nusantara. Banyak tokoh pendiri perguruan silat di tanah air yang pernah berguru di Cimande.

Selain Cimande, Bogor memiliki beberapa daerah yang dikenal sebagai sarangnya para jawara, seperti Cibeureum Petir, Leuwiliang, dan Jasinga. 

Daerah-daerah ini dikenal memiliki tradisi kuat dalam dunia mistis dan adu tanding. Karakter masyarakatnya cenderung keras, khas kampung para jawara.

Menariknya, meski keras, masyarakat di sana juga dikenal religius, fasih dalam mengaji, dan memiliki pemahaman agama yang mendalam, hasil dari berguru kepada para kiai.

Para jawara asal Bogor tak hanya dikenal di wilayahnya, tetapi juga di luar daerah. Konon, ada jawara Bogor yang menguasai tiga pasar di Jakarta, menandakan bahwa mereka bukan hanya jago kandang, tetapi juga berpengaruh secara luas.

3. Karawang

Karawang, yang kini dikenal sebagai kota industri dan penyangga Jakarta, dahulu terkenal sebagai kota lumbung padi. Namun lebih dari itu, Karawang juga menyimpan catatan sejarah penting perjuangan kemerdekaan, salah satunya peristiwa Rengasdengklok, tempat Soekarno dan Hatta "diculik" oleh pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus 1945.

Kecamatan Rengasdengklok dikenal sebagai daerah pertama yang berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum proklamasi dikumandangkan. Karena keberaniannya, Karawang sering disebut sebagai kota pangkal perjuangan.

Pada masa itu, Karawang dianggap berbahaya oleh penjajah. Letaknya yang dekat dengan Batavia (Jakarta) dan keberadaan para jawaranya menjadikan Karawang wilayah yang diperhitungkan. 

Para jawara Karawang, yang umumnya berasal dari kalangan santri, menjadi pelindung rakyat dari penindasan penjajah maupun para centeng tuan tanah.

Saat itu, tanah-tanah Karawang disewakan oleh Belanda kepada orang-orang Cina yang kemudian merekrut centeng dan mempekerjakan rakyat kecil secara tidak manusiawi. Hal ini sering memicu konflik antara para jawara dan centeng.

Hingga kini, eksistensi jawara Karawang tetap terasa. Mereka tidak hanya dikenal sebagai pendekar, tapi juga dipandang sebagai sesepuh dan penasihat masyarakat di wilayah masing-masing.

Sumber: YouTube Bujang Gotri

Berita Terkait
Berita Terkini