SUKABUMIUPDATE.com - Jembatan Cincin Jatinangor adalah salah satu landmark bersejarah di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Bangunan unik ini memiliki desain yang khas, menyerupai setengah lingkaran atau cincin jika dilihat dari kejauhan.
Jembatan ini yang terletak terletak di daerah Cisaladah, Cikuda, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang ini juga menyimpan kisah menarik tentang sejarah perkeretaapian di Jawa Barat.
Jembatan ini awalnya dibangun oleh Staat Spoorwegen Verenigde Spoorwegbedrijf, perusahaan kereta api milik pemerintah Belanda, pada tahun 1917.
Fungsinya adalah untuk menghubungkan wilayah Rancaekek dengan Tanjungsari, sekaligus mempermudah transportasi hasil perkebunan, terutama karet, serta akomodasi warga setempat.
Awalnya, jalur kereta yang dirancang hanya sebatas menghubungkan Rancaekek dengan Jatinangor sepanjang 5,25 km untuk mengangkut hasil perkebunan.
Namun, atas permintaan militer Belanda, pembangunan diperluas hingga Tanjungsari dan Citali dengan panjang total 11,5 km, agar jalur ini juga bermanfaat bagi masyarakat umum.
Sayangnya, keterbatasan anggaran memaksa Belanda membatalkan rencana perluasan hingga Citali. Akhirnya, jalur Rancaekek – Jatinangor – Tanjungsari resmi beroperasi pada tahun 1921, digunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti teh dari Sumedang Barat.
Jalur ini didukung oleh sejumlah stasiun, termasuk Stasiun Rancaekek, Halte Bojongloa, Halte Jatinangor, Halte Cileles, dan Stasiun Tanjungsari.
Ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942-1945, rel kereta api di Jembatan Cincin dibongkar. Materialnya dipindahkan untuk pembangunan jalur kereta Saketi-Bayah di Banten, yang diyakini kaya akan tambang batu bara.
Tak ayal, kini yang tersisa hanyalah pondasi kokoh dari jembatan tersebut, tanpa rel yang dulu melintasinya.
Pembangunan Jembatan Cincin, yang memiliki 11 tiang penyangga dan 10 lengkungan menyerupai cincin, tidak lepas dari cerita kelam.
Sistem kerja paksa (kerja rodi) yang diterapkan Belanda pada saat itu menyebabkan banyak pekerja pribumi kehilangan nyawa. Tak heran, jembatan ini kerap dikaitkan dengan kisah mistis, apalagi lokasinya yang dekat dengan area pemakaman semakin memperkuat citra angker.
Menurut kisah warga setempat, sering muncul penampakan wanita di malam hari. Konon, wanita tersebut adalah korban yang melompat dari jembatan karena malu hamil di luar nikah sementara kekasihnya tidak mau bertanggung jawab.
Hantu wanita ini disebut-sebut sering meminta bantuan kepada orang yang melintas untuk menemukan pria yang menghamilinya. Selain itu, cerita seram lain mengatakan penampakan anak kecil yang berlari-lari di malam hari, tetapi kemudian tiba-tiba menghilang.
Meski penuh cerita kelam dan unsur mistis, Jembatan Cincin tetap menawarkan pemandangan menakjubkan.
Dari atas jembatan, pengunjung bisa melihat panorama indah seperti kompleks Universitas Padjadjaran, Gunung Manglayang, Gunung Geulis, hingga jalur Bandung – Sumedang yang meliuk indah di kejauhan.
Kini, jembatan ini menjadi saksi bisu sejarah masa lalu, tempat kenangan dan mitos bertemu dengan pesona alam yang masih memikat.
Sumber: Berbagai Sumber.