SUKABUMIUPDATE.com - Pemandian Air Panas Batu Kuwung adalah objek wisata yang berada di kaki Gunung Karang, tepatnya di Desa Batu Kuwung, Padarincang, Kabupaten Serang, Banten.
Tempat ini terletak sekitar 35 km di selatan Kota Serang. Suhu air panas di sini berkisar antara 70-80 derajat Celcius dan mengandung yodium serta kalsium, tanpa kandungan sulfur.
Harga tiket masuk Pemandian Batu Kuwung cukup terjangkau, dengan tarif untuk anak-anak sebesar Rp10.000 dan dewasa Rp15.000.
Batu Kuwung menjadi destinasi sempurna untuk relaksasi dan peremajaan tubuh. Dengan pemandangan alam yang menawan dan manfaat kesehatan dari air panasnya, tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata populer di Banten.
Nama Batu Kuwung berasal dari sumber air panas yang mengalir dari sebuah batu cekung (kuwung). Menurut legenda, tempat ini pernah menjadi tempat seorang saudagar yang melakukan pertapaan untuk menghilangkan kutukan dan sifat jahatnya.
Dahulu, konon seorang saudagar jahat mengalami kelumpuhan pada kakinya akibat kutukan. Kakinya pulih setelah berendam di kolam air panas yang bersumber dari batu tempat ia bertapa.
Dikutip dari laman Dongeng Kamikamu, diceritakan bahwa dulu ada seorang saudagar kaya yang memiliki tanah luas dan kekayaan berlimpah serta disegani masyarakat.
Namun, kekayaannya diperoleh dengan cara licik, yakni dengan memberikan pinjaman berbunga tinggi kepada petani. Para petani yang tidak mampu membayar hutang akhirnya terpaksa menyerahkan tanah mereka kepada saudagar.
Tidak lama kemudian, saudagar tersebut diangkat menjadi kepala desa. Namun, bukannya memakmurkan warganya, ia malah menindas mereka. Ia menyalahgunakan jabatannya dengan memberlakukan pajak tinggi, menjadi sangat sombong dengan kekayaan dan kekuasaan yang ia miliki.
Seorang saudagar kaya di desa tersebut tidak hanya terkenal sombong, tetapi juga pelit. Dia enggan membantu warga yang kesulitan dan lebih suka menghambur-hamburkan uangnya untuk hidup mewah.
Dia bahkan menolak menikah, berpikir bahwa keluarga hanya akan menghabiskan uangnya. Akibat sifatnya ini, warga menjadi benci kepadanya. Sadar akan kebencian warga, saudagar tersebut menyewa pengawal pribadi agar tidak ada yang mengganggunya.
Kesombongannya ini akhirnya terdengar oleh seorang sakti mandraguna yang berniat memberinya pelajaran. Suatu hari, orang sakti itu menyamar sebagai pengemis pincang dan meminta bantuan kepada saudagar.
Namun, bukannya ditolong, pengemis itu malah didorong dan dihina oleh pengawal sang saudagar. Sebelum pergi, pengemis tersebut memperingatkan saudagar bahwa dia akan menerima balasan atas sifat buruknya.
Keesokan harinya, saudagar itu mendapati kakinya lumpuh. Semua tabib yang dipanggil untuk mengobatinya gagal, membuatnya panik. Saudagar pun mengadakan sayembara, berjanji memberikan sebagian hartanya bagi siapa saja yang bisa menyembuhkannya. Berita ini menyebar luas, dan sang pengemis yang sakti pun ikut datang.
Saat tiba gilirannya, pengemis sakti tersebut mengatakan bahwa penyakit sang saudagar disebabkan oleh kesombongan dan kekikirannya. Untuk sembuh, saudagar harus memenuhi tiga syarat: mengubah sifat buruknya, bertapa di kaki Gunung Karang selama 7 hari tanpa makan dan minum, dan menyerahkan setengah hartanya kepada orang miskin.
Saudagar menerima syarat-syarat itu. Dengan bantuan pengawalnya, ia dibawa ke kaki Gunung Karang. Sesampainya di sana, meski pengawalnya sudah kelelahan, saudagar tetap melanjutkan pertapaannya seorang diri di atas batu cekung.
Setelah bertapa selama 7 hari dan menghadapi berbagai godaan, muncul air panas dari batu tempatnya bertapa, membentuk kolam kecil. Dia segera berendam di kolam tersebut, dan ajaibnya, kakinya sembuh. Saudagar pun bersyukur atas kesembuhannya dan berubah menjadi dermawan.