Mengenal Bakar Tongkang, Tradisi Tionghoa di Bagansiapiapi Riau yang Jadi Event Nasional

Senin 01 Juli 2024, 21:31 WIB
Prosesi pembakaran replika tongkang di Festival Bakar Tongkang Bagansiapiapi Riau. (Sumber : SU/Denis)

Prosesi pembakaran replika tongkang di Festival Bakar Tongkang Bagansiapiapi Riau. (Sumber : SU/Denis)

SUKABUMIUPDATE.com - Puncak Festival Bakar Tongkang sukses digelar di Kota Bagansiapiapi, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau, Sabtu 22 Juni 2024 lalu. Tradisi tahunan masyarakat Tionghoa setempat ini berhasil menyedot puluhan ribu wisatawan, baik lokal dan wisatawan mancanegara.

Termasuk jurnalis sukabumiupdate.com dan 17 jurnalis Indonesia lain yang mengikuti program Digital First Content (DFC) Australian Broadcasting Corporation (ABC) International Development, turut merekam kemeriahan event yang yang termasuk dalam agenda Kharisma Event Nusantara (KEN) 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut.

Selain ritual acara adat bakar tongkang, atraksi barongsai, pawai drumband hingga Festival Ekonomi Kreatif dan Bazar UMKM yang digelar Dinas Pariwisata Provinsi Riau juga turut memeriahkan acara ini. Bahkan kebudayaan daerah lain seperti kuda lumping hingga reog juga turut berbaur.

Dikutip dari mediacenterriau, bakar Tongkang sendiri merupakan tradisi ritual turun temurun di Rokan Hilir yang memiliki cerita yang sangat erat dengan kelompok imigran Cina pertama yang meninggalkan Tanah Air mereka, serta menetap di pulau Sumatera yang kemudian dikenal dengan nama Bagansiapiapi. Bakar tongkang berarti membakar kapal terakhir tempat mereka berlayar, pada tahun 1826.

Baca Juga: Seren Taun, Cara Kasepuhan Sinar Resmi Syukuri Hasil Tani

Acara adat ini juga merupakan sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan kepada Dewa Kie Hu Ong Ya atau dewa laut atas hasil tangkapan ikan yang melimpah.

Suasana di Klenteng Ing Hok Kiong yang banyak didatangi warga Tionghoa untuk berdoa jelang arak-arakan tongkang.Suasana di Klenteng Ing Hok Kiong yang banyak didatangi warga Tionghoa untuk berdoa jelang arak-arakan tongkang.

Dalam sejarahnya, diyakini bahwa leluhur Bagansiapiapi merupakan orang Tang-lang generasi Hokkien yang berasal dari Distrik Tong'an (Tang Ua) di Xiamen, Provinsi Fujian, Cina Selatan. Mereka disebut meninggalkan Tanah Air dengan pengarungan samudra menggunakan kapal kayu sederhana berupa tongkang yang digunakan sebagai alat pengangkut pasir serta mineral yang ditambang.

Ketika dalam kegelapan dan keheningan malam mereka memanjatkan doa-doa kepada Dewa Kie Hu Ong Ya untuk diberi penuntun arah menuju daratan, tiba-tiba tampak berkilauan cahaya. Cahaya itulah yang dijadikan pemandu arah menuju ke daratan, yakni Bagansiapiapi.

Adapun proses puncak Festival Bakar Tongkang ini sendiri dimulai dari Klenteng Ing Hok Kiong yang merupakan kelenteng tertua di Kota Bagansiapiapi. Dari tempat ibadah tersebut, para peserta bergotong royong, saling bahu membahu secara bergantian mengangkat replika Kapal Tongkang yang telah dihias dengan ornamen khas Cina yang terbuat dari kertas berwarna.

Replika tongkang yang berukuran hingga 8 meter dengan lebar 2 meter dan berat 400 kg tersebut lalu diarak serta digotong secara bergantian.

Seluruh warga Tionghoa yang awalnya sembahyang di Klenteng Ing Hok Kiong kemudian turut mengikuti arak-arakan menuju lokasi pembakaran sejauh 1,2 Kilometer dengan berjalan kaki dan membawa hio atau dupa yang telah dibakar ujungnya. Tradisi ini melibatkan berbagai usia dengan mayoritas mengenakan pakaian serba merah dan kuning.

Replika kapal tongkang yang diarak peserta festival yang mayoritas warga Tionghoa.Replika kapal tongkang yang diarak peserta festival yang mayoritas warga Tionghoa.

Setelah ribuan peserta berjalan beriiringan, akhirnya mereka sampai di lokasi dipercayai dulunya tempat awal kapal warga Tionghoa pertama kali mendarat dan dibakar bersama agar tidak kembali ke kampung halaman di Fujian.

Di lokasi ini, jutaan tumpukan kertas sembahyang warna kuning atau Kim ChuaChua sudah lebih dulu dikumpulkan. Prosesi pembakaran tongkang dimulai dengan ritual sejumlah tatung yang menetapkan posisi haluan tongkang sesuai petunjuk Dewa Kie Ong Ya. Setelah mereka mengetahui posisinya, kapal tongkang replika diletakkan di atas tumpukan kertas tersebut.

Baca Juga: Peran Tokoh Tionghoa Sukabumi di Balik Dukungan Bung Karno Terhadap Palestina

Istilah Tatung sendiri dipergunakan sebagai simbol pada orang yang kebal yang tubuhnya dirasuki Dewa-Dewi atau roh leluhur sesuai kepercayaan. Warga Tionghoa di Bagansiapiapi mempercayai saat Tatung mulai beraksi, tubuh mereka akan ‘dipinjam’ oleh dewa untuk dijadikan sebagai alat komunikasi atau perantara dengan masyarakat di sekitarnya.

Kemudian sebelum dilakukan pembakaran replika kapal tongkang, sejumlah pejabat pemerintah dalam hal ini Forkopimda diundang ke atas kapal. Mereka melambaikan tangan dari atas kapal tersebut yang disambut tepuk tangan meriah.

Peserta memenuhi lapangan tempat ritual adat pembakaran replika tongkang.Peserta memenuhi lapangan tempat ritual adat pembakaran replika tongkang.

Begitu para pejabat pemerintah ini turun, proses pembakaran mulai dilakukan. Jutaan lembar tumpukan kertas sembahyang mulai disulut api. Secepat kilat api menyambar ke seluruh tumpukan kertas dan kapal tongkang replika tadi.

Saat api membara inilah, seluruh peserta juga melemparkan hio yang mereka bawa ke lokasi. Selama proses pembakaran berlangsung, seluruh peserta berdoa.

Dari prosesi ini, ada yang paling dinantikan warga Tionghoa Bagansiapiapi. Dua tiang kapal yang berdiri tegak dengan panjang yang berbeda sebagai tempat tiang layar, harus ditunggu sampai jatuh.

Mereka akan melihat arah mana jatuhnya kedua tiang layar tongkang yang dibakar itu. Apakah ke arah laut atau darat. Pasalnya menurut kepercayaan warga Tionghoa Bagansiapiapi, arah jatuh tiang menunjukkan keselamatan dan peruntungan usaha serta mata pencarian menjadi lebih baik.

Baca Juga: Sandiaga Uno Puji Gelaran Hari Nelayan Palabuhanratu, Ngaku Deg-degan Nonton Atraksi Lais

Dalam proses kali ini, kedua tiang kapal sama-sama jatuh ke arah darat. Maka mereka meyakini bahwa rezeki dari peruntungan usaha dan mata pencarian tahun ini akan datang dari hasil darat.

Setelah kedua tiang layar replika kapal tongkang ini terjatuh, barulah peserta membubarkan diri. Sekalipun ini tradisi warga Tionghoa, namun masyarakat Rohil tetap ramai ikut menonton acara tersebut.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengatakan, tradisi Bakar Tongkang ini tidak lagi menjadi milik masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi saja. Namun saat ini Bakar Tongkang juga merupakan simbol dan pesta budaya lokal yang diikuti semua lapisan masyakarat untuk meningkatkan perekonomian mereka.

"Kita bisa lihat masyarakat pribumi, suku Melayu, Jawa, semua ikut berpartisipasi, meramaikan, memanfaatkan kemeriahan (event) ini. Event ini sangat berpengaruh kepada perekonomian masyarakat di sini. Lalu juga menambah pendapatan asli daerah Kabupaten Rokan Hilir ini," kata Roni kepada sukabumiupdate.com di lokasi.

Dari data Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, lanjut Roni, sebanyak 50 ribu wisatawan datang menyaksikan Festival Bakar Tongkang tahun ini. Okupansi kamar hotel pun tercatat mencapai 1.800 kamar yang terisi penuh. Kondisi ini berdampak pula dengan hotel dan penginapan di kabupaten/kota tetangga yang mengalami peningkatan okupansi.

Menurut Roni, event ini telah mengangkat wisata budaya potensial Provinsi Riau dalam mensukseskan program Pemerintah di sektor Pariwisata Nasional. Oleh karena itu, ia berharap masyarakat Rokan Hilir dapat menjaga dan melestarikan tradisi Bakar Tongkang ini.

"Mari kita juga jadikan event Bakar Tongkang ini sebagai salah satu cara memelihara toleransi dan kerukunan masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir khususnya dan Provinsi Riau umumnya," tandas Roni.

Wisatawan lokal saat berswafoto di depan replika kapal tongkang yang telah dibakar.Wisatawan lokal saat berswafoto di depan replika kapal tongkang yang telah dibakar.

Senada, Kapolda Riau Irjen Mohammad Iqbal juga turut mengajak masyarakat untuk menjaga budaya warisan leluhur, seperti bakar tongkang ini.

"Saya melihat tradisi Bakar Tongkang ini sangat baik. Tradisi budaya turun temurun masyarakat dirawat sajak jaman dahulu, sampai saat ini masih terjaga," kata Iqbal yang juga ikut memikul replika kapal tongkang.

Iqbal mengaku tradisi Bakar Tongkang di Bagansiapiapi adalah tradisi masyarakat Tionghoa. Namun, seluruh masyarakat kini ikut merayakan sebagai tradisi budaya di Riau yang banyak menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri.

"Saya melihat tadi tradisi ini dihadiri tidak hanya masyarakat Tionghoa. Kebudayaan daerah lain seperti kuda lumping, reog, semua berbaur meramaikan tradisi Bakar Tongkang," kata jenderal bintang dua itu.

Selain itu, Iqbal juga melihat seluruh yang hadir saling menjaga keamanan dan ketertiban. Terbukti, kepolisian tidak perlu menurunkan banyak personel untuk ikut mengawal event nasional tersebut.

"Untuk pengamanan saja kita tidak banyak turun, tetapi masyarakat bisa menjaga ini bersama-sama. Termasuk juga menjaga keamanan dan ketertiban selama festival berlangsung," pungkasnya.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkait
Berita Terkini
Bola18 Januari 2025, 12:00 WIB

Prediksi PSM Makassar vs PSBS Biak di Liga 1: H2H, Susunan Pemain dan Skor

PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025.
PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025. (Sumber : Instagram/@psbsofficial/X/@psm_makassar).
Sukabumi18 Januari 2025, 11:57 WIB

Satpam Asal Sukabumi Tewas di Rumah Mewah Bogor, Keluarga Temukan Banyak Luka Serius

Korban sempat menghubungi istrinya melalui pesan singkat.
Rumah duka Septian (37 tahun) di Kampung Cibarengkok RW 01, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. | Foto: SU/Ilyas Supendi
Sukabumi18 Januari 2025, 11:36 WIB

Daftar SKPD dengan Aduan Terbanyak pada 2024, Menurut Data Diskominfo Kota Sukabumi

Pemerintah Kota Sukabumi menerima 106 aduan masyarakat sepanjang 2024.
Apel di Lapang Setda Balai Kota Sukabumi pada Senin (15/7/2024). | Foto: Dokpim Kota Sukabumi
Sukabumi18 Januari 2025, 11:20 WIB

Tahun 2025, Dishub Kota Sukabumi Bakal Perketat Pengawasan Kendaraan Pariwisata

UPTD PKB Dishub akan melakukan upaya untuk mendukung pemerintah pusat.
Kepala UPTD PKB Dishub Kota Sukabumi, Endro. | Foto: Website Kota Sukabumi
Aplikasi18 Januari 2025, 11:15 WIB

Raksasa Mesin Pencari Google Mulai Ditinggalkan, Ternyata Teknologi Ini Penggantinya!

Google perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh pengguna, terutama para generasi muda.
Google perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh pengguna, terutama para generasi muda. (Sumber : Pixabay.com/@Simon).
Sukabumi18 Januari 2025, 11:06 WIB

Diskominfo Rilis Laporan 2024: SP4N-Lapor Kota Sukabumi Terima 106 Aduan Masyarakat

Mei menjadi bulan tertinggi dengan 15 aduan.
(Foto Ilustrasi) Diskominfo Kota Sukabumi merilis data yang masuk ke SP4N Lapor sepanjang 2024. | Foto: Istimewa
Food & Travel18 Januari 2025, 10:47 WIB

Kembalikan Ikon Wisata Lokal, Pemdes dan Warga Bersihkan Curug Caweni di Cidolog Sukabumi

Sejak pandemi Covid-19, jumlah wisatawan Curug Caweni mengalami penurunan.
Kondisi Curug Caweni di Kampung Cilutung, Desa/Kecamatan Cidolog, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Istimewa
Sukabumi18 Januari 2025, 10:12 WIB

Akses Kendaraan Lumpuh! Longsor Kembali Tutup Jalan Nasional di Simpenan Sukabumi

Akses kendaraan untuk roda empat atau mobil lumpuh total.
Material longsor menutup Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua, tepatnya di Kampung Cimapag, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Istimewa
Food & Travel18 Januari 2025, 10:00 WIB

Menyatu dengan Alam di Curug Sawer, Hanya 30 Menit dari Kota Sukabumi

Tersembunyi di tengah hutan yang rimbun, Curug Sawer ini menawarkan keindahan alam yang masih asri dan suasana yang tenang.
Curug Sawer adalah salah satu destinasi wisata alam yang menarik di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. (Sumber : Screenshot YouTube/@Kemanapedia).
Entertainment18 Januari 2025, 09:50 WIB

Sherina Munaf Gugat Cerai Baskara Mahendra Usai 4 Tahun Menikah

Kabar mengejutkan datang dari kehidupan rumah tangga penyanyi Sherina Munaf dan musisi Baskara Mahendra. Setelah hampir empat tahun menikah, Sherina resmi menggugat cerai Baskara ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Sherina Munaf Gugat Cerai Baskara Mahendra Usai 4 Tahun Menikah (Sumber : Twitter/@akuratco)