SUKABUMIUPDATE.com - Pernah menjadi lokasi wisata alam favorit, kini nasib beberapa lokasi wisata di Sukabumi ini sudah tidak diminati oleh pengunjung. Kondisinya bahkan memprihatinkan karena tidak ada aktivitas dan tidak terawat.
Dari informasi yang dirangkum sukabumiupdate.com, tempat wisata alam yang mengalami kebangkrutan salah satunya dimulai karena alasan munculnya pandemi Covid19. Selain itu terdapat beberapa alasan manajemen hingga menjadikan tempat wisata menjadi sepi pengunjung.
Berikut ini empat destinasi wisata yang dulu menjadi pavorit dan ramai dikunjungi, kini sepi bahkan tidak ada aktivitas sama sekali.
1. Curug Puncak Manik
Curug Puncak Manik salah satu curug yang eksotis, dan dikenal sebagai objek wisata yang fenomenal karena keseruannya karena harus ditempuh dengan melewati 1.000 anak tangga ke titik lokasinya, selain ada juga cerita-cerita mitos yang tersebar dari mulut ke mulut.
Destinasi wisata alam di kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu itu tepatnya berada di Kampung Pasir Ceuri Desa Cibenda Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi, destinasi ini dibangun tahun 2017.
Baca Juga: Guntur Subagja Mahardika Kembali Pimpin Pusat Riset CSPS SKSG UI
Selain 1.000 anak tangga menuju curug, di lokasi ini juga dibangun tempat parkir kendaraan, serta space warung-warung wisata, dengan anggaran sebesar Rp5 miliar ini kini terbengkalai. Tak ada lagi wisatawan yang berkunjung.
Warga meyakini diantara mitos di sekitar Curug Puncak Manik adalah mitos Nyi Kentring Manik istri Prabu Siliwangi, dan misteri adanya dua danau utama di bawah aliran Sungai Ciletuh yang sampai detik ini tidak diketahui kedalamannya.
Mitos lainnya, menurut cerita, dahulu puncak tersebut dijadikan sebagai tempat menimbun harta karun di zaman kerajaan. Di puncak air terjun ini, pada siang dan malam sering terlihat cahaya berkilau, serta masyarakat percaya, cahaya tersebut sisa timbunan harta karun.
Namun, cerita keseruan dan keindahan panorama Curug Puncak Manik kini terkubur dengan kondisinya yang terbengkalai.
"Sejak tahun 2020 akhir, mulai pengunjung sepi dan pengurus di sana mulai putus asa," ujar Sekertaris Desa Cibenda, Hirin kepada sukabumiupdate.com, Senin (29/1/2024).
Baca Juga: Warga Panik, Tengah Malam Rumah Terbakar Di Citamiang Kota Sukabumi
"Kondisinya sudah berantakan, apalagi tangga 1.000, sudah hancur, tertimbun longsoran," kata pegiat wisata, Aryo menambahkan.
2. Wisata Alam Bonpin (Kebon Pinus)
Wisata alam Bonpis atau Kebun Pinus yang berada di kawasan Perhutani Blok Hanjuang Barat tepatnya di pinggir jalan provinsi ruas Waluran - Tamanjaya, Kampung Cigodeg Desa Mekarmukti Kecamatan Waluran Kabupaten Sukabumi, kini terlihat sepi.
Sebelumnya di areal pohon pinus tersebut terdapat gazebo, meja, bangku, saung dan deretan warung. Bahkan terdapat ayunan, hammock. Kini hanya terlihat 2 unit bekas bangunan warung yang terbuat dari kayu, terlihat penuh coretan, dan lapuk.
"Kurang lebih sudah 2 tahun, bangkrut, akibat tidak ada pengunjung saja," kata Away (55 tahun) warga setempat kepada sukabumiupdate.com, Jumat (26/1/2024).
Menurut Away, pengunjung Bonpis mulai sepi sejak musibah pandemi Covid19 menyerang Indonesia termasuk Sukabumi. Munculnya larangan atau pembatasan aktivitas diluar rumah karena Covid 19 itulah telah berdampak pada tidak adanya pengunjung ke Bonpis.
Baca Juga: Bukan Dedi Mulyadi atau Atalia, Ridwan Kamil Doakan Sosok Ini Jadi Gubernur Jabar
"Awalnya karena ada Covid 19. Setelah Covid, pernah dilakukan penataan lagi, namun pengunjung sangat minim, akhirnya warga yang buka warung tutup," imbuhnya.
Bukit Karang Para merupakan objek wisata alam yang berlokasi di Desa Kebonmanggu, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi. Karang Para pernah mencapai puncak kejayaannya pada tahun 2017 lalu.
Objek wisata yang berada di kawasan pegunungan karst atau batu kapur menjadikannya memiliki daya tarik tersendiri, pasalnya perbukitan itu berada di atas ketinggian, sehingga pengunjung yang datang akan disuguhkan dengan pemandangan yang memanjakan mata.
Diketahui, selain memiliki spot pemandangan yang instagramable, objek wisata itu pun jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat Kota Sukabumi, terhitung hanya menempuh jarak kurang lebih 13 kilo meter dan menghabiskan waktu sekira 30 menit saja.
Pengelola objek wisata Karang Para, Tahlan S Abdul Toyib mengatakan objek wisata Karang Para mulai dibuka untuk umum pada tahun 2017 lalu. Dibuka atas dasar inisiatif warga setempat yang prihatin karena sebelumnya bukit tersebut akan dijadikan kawasan pertambangan.
Baca Juga: Sabar Ya! Proyek Alun-alun Laut Gadobangkong Sukabumi Masuk Tahap Akhir, Tapi…
"Karang Para itu dibuka tepatnya 2017 September - Desember, dengan inisiatif peduli lingkungan aja karena area ini mau ditambang. Maka dengan inisiatif masyarakat melakukan hal ini," ujar Tahlan kepada sukabumiupdate.com pada Sabtu (3/5/2023).
Pada puncak kejayaannya tahun 2017 lalu, Tahlan mengatakan bahwa wisata alam Karang Para sempat viral dan jumlah pengunjung yang datang saat itu mampu mencapai angka tertinggi 1000 hingga 3000 pengunjung per harinya.
Menurutnya, kejayaan itu tak bertahan lama ketika Pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada 2020 lalu dan pemerintah mulai menerapkan sistem lockdown guna memutus rantai penyebaran Corona Virus. "Rame di tahun 2017, 2018, 2019 agak sedikit droop 30 persen langsung covid. Ditutup total," kata dia.
4. Aku Cantik Villa Sukabumi
Aku Cantik Villa merupakan salah satu destinasi wisata unggulan yang ada di Kota Sukabumi. Namun kini tempat yang memiliki banyak spot wisata itu bak mati suri.
Tempat wisata ini memiliki banyak objek wisata mulai dari camping ground, kolam renang, coffeeshop hingga villa. Bahkan, tempat ini seringkali menjadi tempat konser musik di Sukabumi.
Baca Juga: Berkah Tahun Politik, Percetakan di Cicurug Sukabumi Banjir Pesanan APK
Erwan Deni Suhendra selaku mantan pengelola wisata Aku Cantik mengatakan, Aku Cantik berdiri sejak tahun 2015 dan mulai mencapai masa kejayaannya pada tahun 2019. Namun seiring berjalannya waktu, tingkat kunjungan wisatawan semakin berkurang.
Erwin mengatakan, Aku Cantik sempat menjadi primadona di Sukabumi. Para wisatawan yang datang biasanya mengadakan kegiatan family gathering, camping atau hanya sekedar berswafoto di sana. Bahkan, pihaknya sempat memiliki omzet di atas Rp100 juta per bulan.
Kondisi itu berbanding terbalik 190 derajat. Kini, beberapa fasilitas nampak tak terawat. Jajaran food court pun kosong melompong. Para pedagang memilih untuk berpindah tempat lantaran sepinya pengunjung. Efek itu pun berlanjut hingga pengurangan jumlah karyawan.
Erwan mengatakan, ada beberapa faktor menurunnya kunjungan wisata. Di antaranya karena banyaknya persaingan, cuaca yang tidak mendukung karena Aku Cantik memiliki objek wisata outdoor dan pergantian pengelola.
"Sepi pengunjung itu selain karena banyaknya persaingan dan cuaca, salah satunya karena tempat-tempatnya juga bukan kurang terawat ya tapi setelah Pak Dadang Kuswandi tidak mengelola Aku Cantik, omzet, rawatan dan lainnya itu semakin berkurang jauh dari pertama awal kita buka," katanya.
Baca Juga: Pembangunan Tol Bocimi Seksi 3 Dikebut usai SMI Akuisisi 25% Saham Waskita
Dia tak tahu persis alasan penggantian pengelolaan tersebut. Akan tetapi, tempat wisata ini tersohor oleh sosok Dadang di kalangan masyarakat sekitar. Pasalnya, kata dia, saat dikelola oleh Dadang tempat wisata tersebut melibatkan warga sekitar seperti sebagai juru parkir atau sekedar membersihkan sampah di kawasan wisata.
"Makanya Aku Cantik ini identiknya dengan Pak Dadang sebetulnya. karena beliau sudah dikenal kebaikannya sama masyarakat, sosialnya juga. Jadi merosotnya itu setelah ditinggalkan beliau kurang lebih setahun yang lalu," ucapnya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Ujang selaku Koordinator Lapangan Aku Cantik. Dia sudah bekerja delapan tahun di tempat wisata tersebut.
Ujang mengatakan, setidaknya ada enam karyawan yang diputus kontrak akibat sepinya pengunjung. Jumlah pengunjung merosot tajam, dari yang biasanya ratusan saat ini tidak ada pengunjung saat weekday dan hanya 40 orang saat weekend.
"Sudah setahun ke belakang. Kalau sebelumnya, dulu alhamdulillah lah sampai setiap harinya juga ada apalagi weekend. Nyampe dulu itu ada music live, sekarang kan sepi pengunjung. Dulu hampir setiap weekend itu 200-300 itu ada pengunjung," kata Ujang.
Baca Juga: DPRD Sukabumi Prihatin dengan Kondisi Perumda ATE, Dorong Pemkab Turun Tangan
"Dulu itu pekerja di lapangan hampir delapan orang. Sekarang cuman saya sendiri di lapangan. Baru satu bulan ini nambah satu orang. Pengurangan enam orang akibat dari kekurangan pemasukan pengunjung," sambungnya.
Atas kondisi tersebut, dia berharap ada solusi bagi tempat wisata ini, khususnya bagi pengelola Dadang Kuswandi. Menurutnya, tempat wisata ini masih memiliki potensi untuk berkembang. Terlebih jadi tempatnya mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
"Harapan saya mudah-mudahan Pak Dadang bisa dengar suara ini dan bisa kembali ke Aku Cantik seperti semua," pungkasnya.