SUKABUMIUPDATE.com - Mungkin banyak orang yang sudah tak asing dengan air terjun, dan mungkin juga ada yang merasa bosan dengan atraksi yang ditawarkan.
Nah, jika kamu merasa demikian, sepertinya kamu perlu mencoba aktivitas yang disebut Canyoning saat berwisata ke air terjun. Aktivitas olahraga memacu adrenalin ini memang belum cukup terkenal mengingat tidak semua air terjun bisa dijadikan tempat Canyoning.
Lalu, apa sebenarnya canyoning itu dan bagaimana sejarahnya? Simakulasannya seperti dikutip dari Tempo.co.
Canyoning sendiri merupakan kegiatan menyusuri aliran air di ngarai dan sungai dengan mengkombinasikan beberapa aktivitas seperti mendaki, menuruni tebing air terjun dengan tali, hingga meluncur.
Baca Juga: 10 Wisata Surabaya Hits, Cocok Jadi Tempat Liburan Tahun Baru Bersama Keluarga
Salah satu kegiatan yang paling seru dari canyoning ini adalah rappelling yang merupakan aktivitas menuruni tebing. Yang menjadi menarik adalah rappeling dilakukan di bawah derasnya guyuran air terjun.
Dan saat musim hujan, debit air terjun melimpah, sehingga hal tersebut menjadi tantangan tersendiri ketika melakukan rappelling.
Mengutip dari Tempo.co, Kamis pekan lalu, tim Tempo menjajal canyoning di kawasan Bojong Koneng, Kabupaten Bogor. Tepatnya di Curug Cibingbin. Perjalanan ke sana hanya memakan waktu sekitar satu jam dari Jakarta dengan menggunakan mobil.
Tiba di Curug Cibingbin, Tempo bertemu pemilik Canyoning Sentul, Dadan Anwarudin alias Edo. Pria 42 tahun itu menceritakan bahwa wisata olahraga canyoning baru dibuka pada 2021. “Kita mau coba menghadirkan wahana baru untuk kegiatan petualangan,” kata Edo kepada Tempo, Kamis, 7 Desember 2023.
Baca Juga: Mulai 15 Desember 2023 Pendakian Gunung Salak dan Kawah Ratu Ditutup
Sejarah Canyoning di Indonesia
Canyoning sebelumnya hanya populer di Bali. Wisata petualangan yang baru masuk Indonesia pada 2009. Olahraga ini diperkenalkan seorang canyoneer (penggiat canyoning) asal Prancis, Michael Denissot, yang hendak mengeksplorasi canyon di Tanah Air.
Bali memiliki lembah bebatuan yang indah, canyoneer asal Prancis itu lantas membuka operator jasa canyoning pertama di sana pada 2010. Seiring waktu, jasa serupa pun banyak ditawarkan di luar Bali, termasuk di kawasan Sentul, Bogor.
Melihat tingginya peminat canyoning di Bali, Edo pun terinspirasi untuk membuka paket wisata serupa di Sentul untuk menjangkau wisatawan di kawasan Jabodetabek. Harga trip-nya cukup variatif tergantung jumlah peserta dalam satu grup, mulai dari Rp 450-850 ribu per orang.
Baca Juga: Wisata Baru Sukabumi di Kaki Gunung Gede, Cek Lokasi dan Harga Tiketnya!
Tarif sudah termasuk retribusi kawasan wisata, pemandu, air mineral, minuman hangat, makanan ringan, peralatan dan perlengkapan pelindung diri, dan asuransi.
Di paket itu ada lima curug yang menjadi tujuan, yakni Curug Cibingbin dengan ketinggian 22 meter, Perawan tiga meter, Tiga Perjaka 23 meter, Cisalada 10 meter, dan Ngumpet 14 meter. Rutenya dimulai dengan trekking dari area parkir ke Curug Cibingbin, mendaki ke Curug Ngumpet, lalu melakukan rappelling atau menuruni tebing.
Curug yang Bisa untuk Canyoning
Selanjutnya menyusuri sungai untuk menuju Curug Cisalada. Sesampainya di sana, kegiatan menuruni tebing kembali dilakukan. Kegiatan dilanjutkan dengan menyusuri sungai, melintasi bebatuan, melewati Curug Tiga Perjaka sampai ke Cibingbin. Di curug terakhir ini, kegiatan ditutup dengan rappelling. Bila masih belum puas, peserta masih bisa melakukan shower climbing di Curug Cibingbin.
Baca Juga: Bikin si Kecil Senang! 10 Wisata Keluarga di Bogor Untuk Liburan Tahun Baru
Selain Bogor, ada pula air terjun di Cianjur, Jawa Barat, yang dijadikan destinasi wisata canyoneering, yaitu Curug Cikondang. Salah satu penyedia jasa yang menawarkan wisata ini adalah Tripacker.
Pemiliknya, Angga Pratama, mulai menawarkan paket canyoneering sebelum pandemi. Tapi, peminatnya saat itu belum terlalu banyak. Baru pada 2021, mulai banyak orang-orang yang mengetahui olahraga ekstrem ini dan tertarik mencoba.
Angga menawarkan paket open trip sebesar Rp 550 ribu per orang bila berangkat dari Jakarta dan Rp 350 ribu bagi yang langsung ke lokasi. Jadwal keberangkatan hanya di akhir pekan. Tarif sudah termasuk transportasi pergi-pulang Jakarta-Cianjur, perlengkapan dan peralatan, pemandu, makan siang, perizinan kegiatan, dan dokumentasi foto.
Karena jarak dari parkir ke curug hanya 50 meter, Angga mengatakan tidak ada kegiatan trekking. Sehingga, petualangan hanya dipusatkan pada kegiatan rappelling di Curug Cikondang.
Sumber: Tempo.co