SUKABUMIUPDATE.com - Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) akan menutup sementara aktivitas pendakian Gunung Salak dan objek wisata Kawah Ratu. Penutupan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor: SE.4772/T.14/TU/KSA.3.1/12/2023 yang ditetapkan pada 8 Desember 2023. Ada dua poin dalam surat edaran tersebut.
Pertama, TNGHS selaku pengelola kawasan telah menerbitkan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pendakian Gunung Salak dan Kawah Ratu, sebagai petunjuk dan tata cara dalam pendakian ke puncak Gunung Salak dan Kawah Ratu untuk memenuhi ketentuan keselamatan pengunjung dan ekosistem hutan.
Kedua, mengacu kepada SOP tersebut, dalam rangka pemulihan kembali ekosistem hutan pada jalur pendakian puncak Gunung Salak dan Kawah Ratu serta memenuhi ketentuan keselamatan dan kenyamanan pengunjung berkaitan dengan kondisi cuaca ekstrem, maka Balai TNGHS memberlakukan penutupan sementara pendakian Gunung Salak dan Kawah Ratu mulai 15 Desember 2023 pukul 00.00 WIB hingga kondisi memungkinkan untuk dibuka kembali.
Surat edaran itu diunggah Instagram @btn_gn_halimunsalak pada 10 Desember 2023. Diketahui, pendakian ke puncak Gunung Salak memiliki tiga jalur resmi yakni Pintu Cidahu, Pasir Reungit, dan Cimalati. Informasi penutupan sementara ini terbit tak lama setelah rentetan gempa tektonik terjadi di kawasan Gunung Salak.
Baca Juga: BPBD dan PVMBG Bahas Opsi Relokasi Warga Sukabumi Korban Gempa Gunung Salak
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat gempa tektonik di Gunung Salak mengalami peningkatan selama beberapa hari terakhir, pascagempa bumi berkekuatan magnitudo 4.0 terjadi di 25 kilometer Barat Daya Kota Bogor pada 8 Desember 2023 dini hari dengan kedalaman 5 kilometer.
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan pihaknya mencatat gempa tektonik lokal mengalami peningkatan jumlah pada 6 Desember 2023 yakni delapan kejadian, tujuh kejadian pada 7 Desember 2023, dan tujuh kejadian pada 8 Desember 2023. Dari pengamatan kegempaan periode 1-9 Desember 2023, gempa tektonik jauh yang terekam masih mendominasi yaitu 31 kali kejadian, sedangkan gempa tektonik lokal 22 kali kejadian.
Meskipun dari kegempaan cenderung normal, namun Hendra mengingatkan masyarakat agar mewaspadai terjadinya erupsi freatik. Ini adalah berupa semburan lumpur atau erupsi uap air (steam explosion) yang dapat terjadi secara tiba-tiba, pasca-kenaikan gempa tektonik lokal beberapa hari lalu tersebut.
“Di musim hujan, tingkat kelembapan udara di sekitar kawah akan lebih tinggi, sehingga gas-gas vulkanik akan sulit terurai yang menyebabkan konsentrasi gas-gasnya akan meningkat dan dapat membahayakan kehidupan,” kata dia dalam keterangan resmi.
Kendati Gunung Salak tidak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik, namun masyarakat dan wisatawan disarankan untuk tidak memasuki kawah dalam radius 500 meter. Seperti kawah-kawah yang aktif di Gunung Salak yaitu Kawah Ratu, Kawah Hirup, dan Kawah Paeh.