SUKABUMIUPDATE.com - Kafein adalah stimulan yang terdapat dalam kopi dan teh, serta makanan dan minuman lainnya. Ini memberikan dorongan energi. Penelitian tidak meyakinkan mengenai apakah kafein membantu penderita depresi atau memperburuk gejalanya.
Studi ilmiah mengenai hubungan antara kafein dan depresi seringkali menunjukkan bahwa kafein dapat mengurangi gejala depresi.
Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa asupan kafein mampu mengurangi kejadian bunuh diri. Dan sebuah analisis pada tahun 2016 mengamati 11 studi observasional yang dilakukan di Tiongkok antara tahun 1980 dan 2015. Analisis tersebut menemukan bahwa kafein berkontribusi terhadap penurunan risiko depresi seseorang secara signifikan.
Melihat hubungan antara kafein dan depresi, analisis tersebut mencakup data 346.913 orang, 8.146 diantaranya mengalami depresi. Studi tersebut menyimpulkan bahwa kafein, terutama jika terdapat dalam kopi, memiliki efek perlindungan terhadap depresi.
Baca Juga: Indonesia Terpilih Sebagai Anggota Dewan Eksekutif UNESCO 2023-2027
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa teh kurang protektif dibandingkan kopi namun masih efektif dalam mengurangi risiko depresi sampai batas tertentu.
Analisis data tahun 2019 dari 80.173 orang menemukan bahwa minum satu hingga empat cangkir kopi per hari mengurangi risiko keinginan bunuh diri pada wanita. Namun, hal ini tidak mempengaruhi keinginan bunuh diri pada pria.
Mengapa kopi lebih baik dalam mengurangi risiko depresi dibandingkan teh?
Beberapa komponen dalam kopi mungkin menangkal efek negatif depresi, hal ini menurut sebuah penelitian di Jepang tahun 2014. Selain itu, kopi juga mengandung asam klorogenat, asam ferulat, dan asam caffeic. Asam ini dapat mengurangi peradangan sel saraf yang terjadi di otak penderita depresi.
Selain itu, kopi juga dapat meringankan beberapa ketidaknyamanan dan tekanan yang ditimbulkan oleh depresi, dan beberapa di antaranya terjadi karena peradangan.
Baca Juga: Kejagung Tunda Pemeriksaan Kasus Korupsi yang Libatkan Peserta Pemilu 2024
Tidak semua teh kurang efektif dibandingkan kopi dalam mengurangi risiko depresi. Penelitian tersebut juga mengidentifikasi bahwa teh hijau memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan sama efektifnya dengan kopi dalam melindungi seseorang terhadap depresi.
Teh hijau mengandung folat yang juga dapat membantu mengatasi depresi. Studi tersebut mengaitkan konsumsi teh hijau dan kopi dengan penurunan risiko depresi.
Ternyata tidak semua penelitian sepakat bahwa kafein hanya memberikan efek positif bagi penderita depresi. Akan tetapi, kafein juga memberikan efek negatif pada penderita depresi.
● Gangguan neurotransmitter
Tentang bagaimana nutrisi dapat mempengaruhi depresi pada remaja menunjukkan bahwa teh dan kopi mungkin mengganggu beberapa neurotransmiter penting, termasuk dopamin dan asam gamma-aminobutyric (GABA). Kekurangan GABA dapat meningkatkan sifat mudah marah, gelisah, cemas, dan mengkritik diri sendiri.
Konsumsi kopi secara berlebihan dan asupan kafein yang tinggi dapat menimbulkan efek samping seperti kecemasan, sakit kepala, jantung berswbar, mual, peningkatan tekanan darah, gelisah. Kafein juga dapat menyebabkan agitasi, gemetar, gugup, dan sulit tidur.
Baca Juga: Jalan Geopark Ciletuh Sukabumi Kembali Amblas, Pengendara: Perbaikan Asal-asalan
Semua gejala ini bisa berdampak negatif pada suasana hati. Gejala-gejala ini serupa dengan gejala “fight-or-flight” pada tubuh. Akan tetapi, ini adalah respons alami tubuh terhadap adrenalin tinggi atau situasi yang berpotensi mengancam. Dan zat stimulan juga memicu reaksi ini.
● Gejala yang memburuk
Berdasarkan satu ulasan tahun 2014 dalam jurnal Rivista di Psichiatria, konsumsi kafein bisa memperburuk depresi pada orang yang sudah memiliki gangguan mood. Tinjauan tersebut menyoroti kecenderungan peningkatan kecemasan, terutama pada orang dengan depresi pascapersalinan dan di antara mereka yang rentan terhadap serangan panik.
● Penarikan Diri
Kafein adalah stimulan. Oleh karena itu, orang mungkin mengalami gejala penarikan diri jika mereka tidak memiliki akses terhadapnya. Penarikan kafein bisa gejala pemicu yang tumpang tindih dengan depresi dan kecemasan.
Kafein hanya memberikan dorongan sementara pada sistem saraf. Akibatnya, penderita depresi mungkin mengalami penurunan suasana hati yang lebih parah setelah efek stimulannya hilang.
Sumber : medical news today