SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah objek wisata alam curug (air terjun) di wilayah Pajampangan Kabupaten Sukabumi mengalami penurunan debit air, karena dampak musim kemarau panjang. Akan tetapi ada salah satu curug yang masih bertahan dan tidak terdampak kekeringan, yakni Curug Nangsi di Desa Sukamukti, Kecamatan Waluran.
Curug Nangsi yang juga memiliki sebutan Curug Three In One, pertama kali dibuka pada tahun 2014 oleh para pemuda di Kecamatan Waluran yang tergabung dalam salah satu komunitas lokal.
Objek wisata alam inipun sebelumnya pernah mengalami masa-masa kejayaannya, yaitu dengan kedatangan para pengunjung (Wisatawan). Namun vakum, pada pertengahan 2015.
Memiliki ketinggian sekitar 40 meter, air dari Curug Nangsi ini bersumber dari aliran Sungai Lebak Nangsi. Air tersebut juga mengaliri dua curug lainnya lagi, yaitu Curug Cibenda ketinggian 30 meter dan Curug Cikupa yang tingginya kurang lebih 25 meter. Sehingga masyarakat sekitar menyebut ketiga curug tersebut dengan istilah Curug Three In One, karena masing-masing berada dalam satu aliran sungai yang sama dan cukup berdekatan lokasinya.
Baca Juga: Air Terjun Mengering Dampak Kemarau, Curug Cikaso Sukabumi Sepi Pengunjung
Keberadaan curug inipun jaraknya tak jauh dari Kantor Desa Sukamukti, atau jalan nasional. Cukup dekat lokasinya, hanya sekitar 1,5 Kilometer, dari wilayah pedesaan. Namun akses jalan menuju lokasi berupa aspal yang sudah rusak kalau dari tempat parkir mobil jaraknya sekitar satu kilometer dan parkir motor kurang lebih 500 meter serta bisa ditempuh dengan berjalan kaki melewati pesawahan.
Begitu masuk ke kawasan curug, tersaji suasana pemandangan alami dengan sejuknya udara segar, terhampar pematang sawah berundak di sekitar lokasi.
"Kendalanya memang sekarang adalah akses jalan. Jalannya berupa aspal, namun sudah rusak berat" ucap perangkat Desa Sukamukti, Mochamad Husni Aminudin kepada Sukabumiupdate.com, Jumat (27/10/2023).
Salah satu keistimewan curug ini adalah airnya masih mampu bertahan, kendati kemarau panjang, ujar M. Husni, bahkan di sekitar curug, warga masih bisa melakukan aktivitas bercocok tanam padi dan Palawija, dengan mengandalkan air dari curug tersebut.
"Bahkan disaat musim kemarau ini, warga banyak yang ke curug, selain mereka mandi, ngaliwet, juga ada yang panen, dan menanam padi lagi," ungkapnya.
"Insya Allah, kami akan kembali menatanya, dan ada dukungan dari berbagai pihak," imbuhnya.