SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah segala dampaknya, musim kemarau ternyata memberi satu manfaat bagi warga Pajampangan, Kabupaten Sukabumi, dengan munculnya gadung. Tumbuhan berumbi dari suku uwi-uwian ini biasanya diolah masyarakat menjadi makanan.
Menurut informasi, gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, tetapi mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila kurang benar dalam pengolahannya. Seperti di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, warga mengolah gadung menjadi keripik.
"Gadung merupakan tanaman liar, tidak ada petani atau warga yang sengaja menanamnya. Gadung ini tumbuh berkembang saat musim kemarau, baik di hutan, tegal, atau kebun," kata Deden (40 tahun), warga Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap, kepada sukabumiupdate.com, Rabu (13/9/2023).
Deden membenarkan tanaman ini mengandung racun jika tidak benar mengolahnya. Dia meminta masyarakat jangan mengonsuminya meski gadung sudah diolah menjadi keripik.
"Kalau rasanya ada pahit, berarti masih ada racunnya. Biasanya untuk penawar racun, bisa makan gula merah kelapa. Salah satu cara untuk menghilangkan racunnya dengan proses perendaman dalam abu sekam padi atau abu bekas bahan bakar tungku. Tapi lebih baik direndam di air yang mengalir atau di baskom, tapi setiap jam airnya diganti," ujar dia.
Baca Juga: Bongkar Resep Keripik Pare Khas Waluran Sukabumi, Lagi Diburu Penggemar Kriuk
Mengolah gadung harus melalui proses panjang sebelum layak dikonsumsi, kata Deden. Warga di Pajampangan biasanya mengolahnya dengan merendam menggunakan abu.
Setelah mendapatkan gadung yang masih segar, dikupas hingga kulitnya. Pastikan seluruh kulitnya terkupas sempurna, lalu diiris tipis.
Siapkan abu yang akan digunakan untuk melumuri irisan gadung. Bisa menggunakan abu kayu atau abu dapur pada umumnya. Lumuri setiap irisan gadung dengan abu tersebut. Kemudian jemur di bawah sinar matahari langsung hingga benar-benar kering. Proses penjemuran bisa membutuhkan waktu lebih dari satu hari, tergantung penyinaran matahari.
Jika sudah kering, angkat dan cuci dengan air mengalir hingga bersih dari abu. Setelah itu, rendam dengan air bersih selama empat hari. Selama perendaman, perlu mengganti airnya, ketika sudah keruh atau berwarna putih. Setelah itu jemur kembali hingga kering dan siap diolah menjadi keripik.
"Jika mau menjadikannya kue atau pengganti nasi tidak perlu dijemur lagi," katanya.