SUKABUMIUPDATE.com - Lapar palsu menjadi salah satu tantangan bagi orang yang sedang diet. Tak hanya gagal mengurangi timbangan, tetapi justru membuat bobot tubuh semakin bergeser ke arah kanan alias naik.
Gagal diet karena Lapar palsu cenderung menghancurkan rencana untuk punya tubuh sehat. Bahkan beberapa orang dengan tujuan body goals selalu uring-uringan dan menyesal karena Lapar palsu ini.
Lapar palsu adalah perasaan yang didapatkan saat mengalami emosi tanpa menyadarinya. Arti Lapar palsu pada dasarnya adalah makan sebagai respons terhadap kebutuhan emosional.
Baca Juga: Mengenal Sindrom Asperger: Pengidap Disabilitas yang Cerdas, Termasuk Autis?
Dilansir dari Huffpost via Tempo, berikut cara mengatasi rasa lapar palsu yang bisa dilakukan:
1. Identifikasi emosi
Jika seseorang sedang sedih, frustrasi, atau bosan dan kerap mengisi kekosongan emosional dengan makanan.
Hindari melewatkan makan dan sering ngemil. Ketika kenyang, lebih mudah untuk menahan keinginan.
Selain itu, makan secara teratur memudahkan untuk mengidentifikasi sinyal lapar dan kenyang, yang kemudian membuat kita cenderung tidak menjadi korban makan berlebihan karena rasa lapar palsu.
2. Kenali diri sendiri
Tanyakan pada diri sendiri tentang jenis rasa lapar yang dirasakan. Jika secara fisik merasa bisa pergi tanpa makanan untuk sementara waktu dan menginginkan makanan kenikmatan tertentu, ini mungkin rasa lapar palsu.
Saat itulah lebih baik menunggu untuk melihat apakah rasa lapar ini berkembang menjadi nyata. Saat menyadari bahwa rasa lapar palsu, cobalah untuk kembali fokus dengan melakukan aktivitas lain, seperti berjalan kaki, membaca, dan tidur.
3. Konsumsi makanan sehat
Makanan sehat yang kaya protein dan nutrisi juga bisa berperan. Mengonsumsi makanan tersebut dengan cepat membuktikan bahwa rasa lapar itu tidak nyata.
Baca Juga: Apakah Sindrom Asperger Disebabkan Oleh Faktor Genetik? Simak Penjelasannya!
Jika masih merasa lapar setelah mulai mengonsumsi jenis makanan ini karena kebutuhan emosional, cobalah dengan makanan yang sehat dan baik untuk tubuh, sehingga mengurangi resiko kanker prostat.
Sumber: Tempo.co