SUKABUMIUPDATE.com - Keindahan lanskap laut Ciletuh-Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGGp) di selatan Kabupaten Sukabumi menyimpan sisi gelap yang menjadi pekerjaan rumah bagi banyak pihak. Selama libur lebaran Idulfitri 1444 Hijriah, lima wisatawan tewas terseret ombak di perairan taman bumi ini. Angka sementara yang belum diakumulasi dengan kejadian-kejadian sebelumnya tersebut tentu menjadi catatan serius.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan pihak lainnya selalu menggembar-gemborkan potensi pariwisata sebagai magnet bagi masyarakat luar kota di tengah terbukanya akses melalui Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Tol Bocimi) Seksi 2 Cigombong-Cibadak, terutama setelah digunakan fungsional sepanjang Idulfitri 2023. Lantas, apakah Kabupaten Sukabumi benar-benar siap menjadi salah satu pusat aktivitas masyarakat di pantai selatan Jawa Barat?
Sebelum itu, sorotan lain juga datang terhadap status UNESCO Global Geopark bagi Ciletuh-Palabuhanratu. Rentetan kecelakaan laut di wilayah seluas 126.100 hektare itu menjadi satu dari sekian pertanyaan apakah status taman bumi dunia UNESCO masih pantas disematkan kepada Ciletuh-Palabuhanratu. Sebab diketahui, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kawasan geopark, salah satunya dikembangkan melalui paket pariwisata.
General Manager Badan Pengelola CPUGGp Dody A Somantri menjawab narasi-narasi meragukan itu. Dia menyatakan banyaknya kecelakaan laut tidak berdampak langsung terhadap dicabutnya status UNESCO Global Geopark. Ini lantaran penilaian status UNESCO Global Geopark dititikberatkan pada aspek edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat dari tiga unsur pembentuk utama yaitu geologi, keanekaragaman hayati, dan budaya.
Meski begitu, Dody mengungkapkan kecelakaan-kecelakaan laut tersebut akan berdampak terhadap kepuasan pengunjung dan standar keselamatan bagi wisatawan.
"Ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan. Untuk kepentingan pariwisata, legenda Nyi Loro Kidul tetap perlu dilestarikan karena daya tarik budaya yang cukup disenangi wisatawan (domestik). Tetapi, perlu diusulkan penambahan petugas dan peralatan untuk penjaga pantai, khususnya di area rawan kecelakaan. Pelaksanaannya dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pengusaha, lembaga swadaya masyarakat, pihak keamanan, dan sebagainya," kata dia kepada sukabumiupdate.com pada 30 Mei 2023.
Sementara langkah jangka panjang yang menurut Dody dapat dilakukan dalam mencegah kecelakaan laut di kawasan CPUGGp adalah perlu ada studi rinci di beberapa area untuk mengidentifikasi faktor-faktor alam penyebab kecelakaan pantai secara terpadu dan multidisiplin ilmu. Misalnya, melakukan pemetaan batimetri dasar laut sekitar pantai, lengkap dengan jaringan parit bawah lautnya.
"Informasi itu selanjutnya disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya wisatawan, melalui media komunikasi tertulis (leaflet) maupun media elektronik," ujar dia.
Baca Juga: PART II: Dua Tahun 37 Orang Tewas di Laut Sukabumi, Membongkar 30 Menit Kritis Korban
Dody memastikan saat ini Ciletuh-Palabuhanratu masih menyandang status UNESCO Global Geopark, berdasarkan proses revalidasi pada Mei 2022. Hasil revalidasi tersebut dipresentasikan dalam sidang Global Geopark Network Council di Satun Thailand, September 2022. Sidang itu menyatakan Ciletuh-Palabuhanratu diajukan kembali sebagai UNESCO Global Geopark ke sidang Executive Board UNESCO di Paris, Prancis.
"Executive Board UNESCO sendiri telah bersidang dan pada 23 Mei 2023 dinyatakan Ciletuh-Palabuhanratu masih layak untuk menyandang status UNESCO Global Geopark. Masa berlaku akan disampaikan melalui surat resmi dari UNESCO yang sampai saat ini sekretariat CPUGGp belum menerima surat tersebut," kata Dody.
Sebagai informasi, CPUGGp tersebar di 74 desa di delapan kecamatan Kabupaten Sukabumi yakni Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Waluran, Ciemas, Ciracap, dan Surade. Pada 2018, tepatnya April, kawasan ini untuk pertama kalinya ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark di Paris, Prancis.
Baca Juga: 10 Orang Tewas di Sukabumi Selama Libur Lebaran, Sedang Wisata hingga Tersambar Petir
Komitmen Pemerintah Daerah
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi Sigit Widarmadi ikut bersuara terkait banyaknya kecelakaat laut ini. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan disebut Sigit menjadi bentuk komitmen Kabupaten Sukabumi siap menjadi pusat aktivitas baru di pantai selatan Jawa Barat. Upaya optimalisasi keamaan dan keselamatan wisatawan terus dilakukan dengan melibatkan stakeholder pariwisata lainnya.
Namun, Sigit mengakui infrastruktur pariwisata, terutama sumber daya manusia pengelola keamaan dan keselamatan wisatawan di objek wisata pantai masih kurang memadai. Cakupan wilayah pengawasan keselamatan, di mana Kabupaten Sukabumi memiliki laut dan bentangan pantai sekitar 117 kilometer, tidak sebanding dengan sarana dan prasarana keselamatan maupun petugas lifeguard saat ini. Ada 127 personel penjaga pantai hasil pembentukan satuan tugas pemandu keselamatan wisata tirta oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
"Daya tampung di masing-masing objek wisata pantai saat ini masih relatif memadai. Hanya saja sarana prasarana keselamatan dan sumber daya manusianya belum memadai dengan jumlah kunjungan datang. Termasuk objek wisata pantai yang dikelola pelaku usaha maupun masyarakat belum menerapkan faktor risiko dan bahaya Rip Current (K3 Pariwisata) di area tempat usaha mereka sehingga usahanya tidak mempersiapkan infrastruktur maupun sumber daya manusia yang menangani keselamatan wisatawan," kata Sigit.
Sigit menyebut beragam upaya terus dilakukan pemerintah daerah dalam memberikan jaminan keamanan dan keselamatan terhadap wisatawan. Salah satu yang dilakukan adalah kolaborasi dengan berbagai pihak seperti Polres Sukabumi, TNI AL, Basarnas, Pramuka, dan komunitas pariwisata lain di Kabupaten Sukabumi. Imbauan pun dilakukan Dinas Pariwisata kepada para pelaku usaha pariwisata supaya menyiapkan petugas penjaga pantai di tempat usahanya.
"Prinsipnya, Pemerintah Kabupaten Sukabumi berusaha optimal agar selalu zero accident dalam hal kecelakaan laut. Perlu dipahami bersama, menyediakan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan, tidak hanya kewajiban pemerintah, tetapi semua pihak, termasuk wisatawan. Infrastruktur di Kabupaten Sukabumi secara bertahap juga sedang berkembang, baik sektor sarana dan prasarana hingga sektor peningkatan kapasitas sumber daya manusia," ujarnya.
Baca Juga: PART III: Dibayar Rp 650 Ribu Setahun, Lifeguard dan Rentetan Kecelakaan Laut Sukabumi
Secara keseluruhan, Sigit mengatakan daya tarik wisata pantai di Kabupaten Sukabumi dapat menampung ribuan wisatawan per hari. Alhasil, salah satu faktor terjadinya kecelakaan laut diduga memang karena kunjungan yang berlebih. Namun, Sigit menilai kejadian kecelakaan sering disebabkan perilaku wisatawan yang tidak mengikuti imbauan peringatan yang sudah disediakan pihak-pihak terkait dengan jumlah yang sebenarnya terbatas.
Secara detail, Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kabupaten Sukabumi memberikan data terkait 127 personel lifeguard yang bertugas di 26 pos pelayanan dan pengawasan, khususnya fokus di kawasan geosite CPUGGp. Rinciannya, 21 pos berada di pantai, empat pos di objek wisata curug (Cikaso, Sodong, Marinjung, dan Larangan), dan satu pos di Geyser Cipanas di Desa Wangunsari, Kecamatan Cisolok.
Data Lima Korban Terseret Ombak
Selama libur Idulfitri 1444 Hijriah, puluhan wisatawan mengalami kecelakaan di beberapa objek wisata di Kabupaten Sukabumi. Dari data tersebut, sembilan meninggal dunia. Korban tewas bertambah satu, menjadi sepuluh orang, lantaran ada seorang warga meninggal tersambar petir saat perjalanan mudik. Data kasus kematian ini dihimpun dari kejadian-kejadian yang berkaitan dengan libur lebaran seperti saat berwisata dan perjalanan mudik.
Berdasarkan catatan sukabumiupdate.com, lima dari sepuluh korban, meninggal dunia saat berwisata di laut CPUGGp. Kelima korban adalah sebagai berikut:
1. Rizki (14 tahun)
Rizki terseret ombak di Pantai Ombak Putih Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Minggu, 23 April 2023 (H+1 lebaran). Rizki merupakan warga Kampung Babakan Banten RT 02/09 Desa Sukasirna, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Rizki ditemukan meninggal dunia oleh tim SAR gabungan pada Senin, 24 April 2023, tidak jauh dari lokasi terseret ombak.
2. Dio Saputra (15 tahun)
Dio terseret ombak saat berenang di Pantai Batu Bintang-Rawakalong, Desa Jayanti, Kecamatan Palabuhanratu, Minggu, 23 April 2023 (H+1 lebaran). Dio adalah warga Kampung Tegalpanjang, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Dio juga ditemukan meninggal pada Senin, 24 April 2023, tidak jauh dari lokasi terseret ombak.
3. Edi Prayogo (15 tahun)
Edi terseret ombak di Pantai Batu Bintang-Rawakalong, Desa Jayanti, Kecamatan Palabuahanratu, Minggu, 23 April 2023 (H+1 lebaran). Edi merupakan warga Cisande Hilir RT 22/07 Desa Mekar Jaya, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi. Edi ditemukan meninggal pada Senin, 24 April 2023, dalam jarak 200 meter dari lokasi terbawa arus.
4. Raziq Ammar Rasyuka atau Azik (7 tahun)
Azik terseret ombak di Pantai Karang Panganten, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Minggu, 23 April 2023 (H+1 lebaran). Azik merupakan warga Kampung Cikalapa, Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap. Azik ditemukan meninggal dunia oleh tim SAR gabungan di Pantai Cikeulewung (dekat perairan Ujunggenteng) pada Senin, 24 April 2023.
5. Adiastha Aqila Jaffar atau Dias (7 tahun)
Dias terseret ombak di Pantai Karang Panganten, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Minggu, 23 April 2023 (H+1 lebaran). Dias adalah warga Kampung Mekartani, Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap. Dias ditemukan meninggal di Pantai Cibanteng (arah barat dari Pantai Karang Panganten dengan jarak 533 meter) pada Selasa, 25 April 2023.