SUKABUMIUPDATE.com - Long Weekend yang sudah di depan mata rasanya kurang lengkap jika tidak dibarengi dengan pergi berwisata. Belakangan, tempat wisata di Jawa Barat yang cukup populer adalah Pantai, Camping atau sekadar staycation sederhana.
Berbeda dengan rekomendasi tempat wisata di Cirebon berikut ini. Ya, salah satu destinasi Wisata Sejarah Jawa Barat adalah Keraton di Cirebon.
Selain mendapat quality time dengan liburan bersama keluarga, ada hal yang juga bisa dipelajari dari rekomendasi Keraton di Cirebon ini.
Berikut 3 Keraton di Cirebon, Rekomendasi Tempat Wisata Sejarah Jawa Barat, seperti dilansir dari Profil Budaya dan Bahasa oleh Kemendikbud via Tempo.co!
Baca Juga: 10 Curug di Geopark Ciletuh Palabuhanratu, Wisata Air Terjun Sukabumi
Sebelumnya perlu diketahui, Cirebon, kota kecil yang terletak di Provinsi Jawa Barat, ternyata menyimpan sejuta keindahan sejarah yang masih terjaga hingga kini. Salah satunya adalah tiga Keraton megah yang berdiri kokoh di tengah kota, yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan.
3 Keraton di Cirebon, Rekomendasi Tempat Wisata Sejarah Jawa Barat
Keraton Pakungwati, atau yang juga dikenal sebagai Dalem Agung Pakungwati merupakan asal mula dari Keraton Kasepuhan Cirebon.
Keraton ini dibangun oleh Pangeran Cakrabuana, putra Raja Pajajaran, pada tahun 1452, hampir bersamaan dengan pembangunan Tajug Pejlagrahan di sebelah timur.
Pada abad ke-16, Sunan Gunung Jati wafat dan digantikan oleh cicitnya yang bernama Pangeran Emas Zaenal Arifin, yang bergelar Panembahan Pakungwati I. Kemudian pada tahun 1529, ia membangun keraton baru di sebelah barat daya keraton lama.
Keraton baru ini juga dinamai Keraton Pakungwati, mengambil nama putri Pangeran Cakrabuana atau buyut sultan yang meninggal pada tahun 1549 ketika ikut memadamkan kobaran api yang membakar Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Pada sekitar tahun 1510 Saka atau 1588 Masehi, Pengeran Mohamad Badridin atau Pengeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I, mendirikan Keraton Kanoman.
Titimangsa atau penanggalan Keraton Kanoman didasarkan pada prasasti yang terdapat pada pintu Pendopo Jinem menuju ruang Prabayaksa, berupa gambar surya sangkala dan chandra sangkala.
Chandra sangkala tersebut menunjukkan angka tahun 1510 Saka yang terdiri dari rupa Matahari yang berarti 1, wayang Darma Kusuma yang berarti 5, bumi yang berarti 1, dan binatang kemangmang yang berarti 0.
Baca Juga: Astagfirullah! Orang Indonesia Berburu Konten Porno Saat Libur Lebaran
Meski begitu, sumber lain menyebutkan bahwa pembangunan Keraton Kanoman bersamaan dengan pelantikan Pangeran Mohamad Badridin menjadi Sultan Kanoman dan bergelar Sultan Anom I, yang terjadi pada tahun 1678-1679 M.
3. Keraton Kasultanan Kacirebonan
Tahun 1808, Pangeran Anom mendirikan Keraton Kasultanan Kacirebonan di atas tanah seluas 46.500 meter persegi. Pembangunan Keraton Kasultanan Kacirebonan dilakukan karena adanya penggantian Sultan Anom IV yang meninggal pada tahun 1802.
Menurut adat, seharusnya Sultan Anom IV digantikan oleh anak laki-laki atau anak tertua, tetapi ia memiliki anak kembar.
Baca Juga: 7 Jejak Kontroversi Ponpes Al Zaytun: Diplomasi Israel hingga Kasus Pencabulan
Pada tahun 1807, Gubernur Jendral Daendels memutuskan bahwa keduanya mendapat gelar sultan dan Pangeran Raja Kanoman ditetapkan sebagai Sultan Kacirebonan hingga akhir hayatnya. Namun, keturunan Sultan Kacirebonan hanya memiliki gelar Pangeran dan tidak bisa menjadi sultan atau memerintah wilayah. Hanya Pangeran Raja Kanoman saja yang diangkat menjadi pegawai pemerintah kolonial Belanda.
Sedangkan untuk putra Sultan Anom IV yang lain, yaitu Pengeran Abusaleh Imamuddin, Daendels menetapkan dia sebagai Sultan Anom V, dan keturunannya bisa menggunakan gelar Sultan dan bekerja sebagai pegawai pemerintah kolonial Belanda.
Meskipun Inggris mengambil alih kekuasaan Belanda di Pulau Jawa, keputusan ini tidak diubah lagi, sehingga sejak tahun 1997 Keraton Kacirebonan dipimpin oleh Pangeran Raja Abdul Gani Natadiningrat.
Sumber: Tempo.co