SUKABUMIUPDATE.com - Jelang bulan Ramadan 1444 H, warga di Kampung Jaya Makmur RT 03/ 02 Desa Tamanjaya Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi sudah mulai sibuk mengolah buah aren untuk dijadikan Kolang-kaling. Pengolahan salah satu sajian favorit banyak orang untuk berbuka puasa ini memang membutuhkan waktu proses cukup lama sebelum bisa dikonsumsi.
Diketahui, Kolang-kaling adalah nama cemilan kenyal yang berbentuk lonjong dan berwarna putih transparan dan mempunyai rasa yang menyegarkan. Kolang kaling yang dalam bahasa Belanda biasa disebut glibbertjes ini, dibuat dari biji pohon aren yang berbentuk pipih dan bergetah.
"Jadi setelah dipetik Kolang-kaling ini gak bisa dimakan begitu saja, harus diolah dulu. Buahnya sangat bergetah. Kalau gak diolah bisa bahaya, rasanya juga gak enak," kata Entis (55 tahun), salah satu pengrajin kolang kaling saat disambangi sukabumiupdate.com di lokasi pembuatan Kolang-kaling di Kampung Jaya Makmur, Sabtu (11/3/2023).
Entis menuturkan, mengolah buah aren agar dapat dikomsumsi harus melewati proses yang cukup melelahkan. Paling tidak dibutuhkan waktu 4-5 hari untuk sekali produksi. Mulai dari pemilahan buah, pengupasan, perebusan dan pemipihan serta perendaman.
"Semua proses yang panjang ini harus dilalui secara bertahap dan berurutan," ucap Entis.
Baca Juga: 12 Ibu Rumah Tangga di Ciemas Sukabumi Terinfeksi HIV, Mayoritas Tertular dari Suami
Tahap pertama, Kolang-kaling yang baru dipetik dari pohon harus dipisahkan terlebih dahulu dari tangkainya mengunakan golok atau parang tajam. Karena termasuk dalam jenis palmae, buah pohon aren ini diselimuti kulit yang cukup keras seperti kelapa, meski bentuknya jauh lebih kecil. Setelah lepas dari tankai, Kolang-kaling direbus di atas tungku dengan api besar agar melunak dan mudah dikelupas, sekaligus menghilangkan getah.
Setelah direbus buah dari pohon bernama Latin Arenga Pinnata ini harus ditiriskan terbih dahulu sebelum akhirnya dibelah dan dicongkel bijinya satu persatu. Biji yang dicongkel itulah yang menjadi daging buahnya dan disebut Kolang-kaling. Setelah itu inti biji berwarna putih itu kemudian dicuci bersih dan direndam dalam air kapur selama 2-3 hari.
Sebelum direndam, daging buah Kolang-kaling harus melalui tahap pemipihan. Pemipihan atau penggeprekan bertujuan menghasilkan tekstur buah kolang kaling yang lunak. "Selain itu pemipihan juga bermaksud agar air perendaman mudah masuk ke daging buah," tutur Entis.
Baca Juga: Kisah Pasutri di Pemandian Air Panas Cibadak, Terapi Kesehatan Gratis di Sukabumi
Proses pemipihan cukup unik, perajin menggunakan pemukul dari kayu yang besar, semacam barbel. Kolang kaling yang baru dicongkel satu persatu kemudian 'digencet'.
"Kayu besar itu bertujuan agar memudahkan penekanan buah Kolang-kaling menjadi pipih. Perosesnya memang menguras tenaga. Tapi ya begitu cara ngolahnya," ujar Entis.
Entis mengaku, dalam sehari dirinya hanya mampu mampu produksi 40 sampai 70 kilogram Kolang-kaling. Padahal permintaan memasuki bulan puasa ini cukup tinggi.
"Satu kilogramnya dijual Rp12 ribu. Untuk bahan bakunya alhamdulillah aman. Pohon aren yang ada di Kecamatan Ciemas, juga dari Kecamatan Waluran," ucapnya.