SUKABUMIUPDATE.com - Pemandian air panas (belerang) alami yang ada di wilayah Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi tetap awet walaupun tidak dikelolah dengan baik. Diriwayatkan jika Cipanas Cibadak sungai totogan ini sudah dimanfaatkan sebagai sarana terapi kesehatan oleh warga sejak jaman belanda.
Pemandian air panas belerang alami yang berada di perbatasan Kampung Neglasari dan Bojongkoneng, Kelurahan/Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Jaraknya kurang lebih 350 meter dari jalan nasional Perintis Kemerdekaan Simpang Ratu Cibadak.
Bau belerangnya sudah tercium dari jarak belasan meter dari lokasi pemandian cipanas ini. Tak ada akses yang mumpuni, menyusuri jalan setapak pemukiman hingga tiba di pinggir sungai.
Baca Juga: 8 Wisata Pemandian Air Panas di Jawa Barat, Cocok Untuk Berendam di Akhir Pekan
Meski terlihat kurang terawat, pemandian ini tetap punya daya tarik bagi warga, baik lokal maupun luar Sukabumi. Walaupun tak banyak, sepanjang hari, khususnya pagi dan petang selalu ada yang datang ke sini, untuk menikmati panasnya air belerang dari pancuran tua yang ada di pinggir anak sungai Cicatih tersebut.
"Saya hampir pekan ke sini untuk mandi,” ucap Apik (32 tahun) warga Bojongkoneng, kepada sukabumiupdate.com, Kamis 9 Maret 2023/.
Kadang dalam sehari, bisa dua kali dia singgah ke lokasi tersebut. Tak hanya urusan gangguan kulit seperti gatal-gatal, mandi air belerang bagi Apik bisa membuat tubuhnya lebih segar.
Baca Juga: 3 Wisata Pemandian Air Panas di Sukabumi, Murah dan Cocok Untuk Melepas Penat
“Saya pernah sengaja datang jam 2 pagi (tengah malam), "Airnya bagus untuk pengobatan penyakit gatal dan sebagai terapi menghangatkan tubuh," tambah Apik yang mengenal pemandian air panas alami ini sejak kecil, turun temurun dari ayahnya.
“Sayang kurang terawat ya. Sekarang sudah ada jembatan dari Bojongkoneng, dulu saya harus menyeberangi sungai totogan, Kadang berputar lewat Leuwigoong masuk ke Neglasari,” ungkapnya.
Pemandian Cipanas Cibadak ini terbuka untuk publik, sehingga tak ada pengelolaan secara resmi oleh pihak tertentu. Karena tak ada pengelolah, perawatan selama ini mengandalkan kesadaran dan warga yang manfaatkannya.
Baca Juga: Viral karena Selalu Jernih, Cerita Pemandian Alami Leuwi Kopo di Cibitung Sukabumi
Sepasang suami istri, Dadang (67 tahun) dan Edah (55 tahun) adalah warga terdekat yang cukup peduli dengan keberadaan pemandian air panas ini. Rumahnya di Cipanas Neglasari hanya berjarak 30 meter dari lokasi pemandian.
Mereka enggan disebut pengelolah walaupun sehari-hari kebersihan kawasan ini selalu diperhatikan oleh keduanya. Mulai dari buang sampah, menyapu hingga menguras bak air panas dari lumut dan kotoran agar selalu bersih dan segar.
“Sejak dulu pemandian ini dimanfaatkan warga sekitar. Tadinya disini ada 4 tempat pemandian, tapi saat ini satu pancuran ditutup karena debit airnya kecil,” ucap Dadang yang saat ditemui sukabumiupdate.com tidak dalam kondisi sehat, karena kakinya membengkak.
Baca Juga: Rasakan Segarnya Air Gunung Salak, di Pemandian Water Gembang Cicurug Sukabumi
Ia bercerita bahwa sumber air panas yang muncul di pinggir sungai dijadikan pemandian sejak jaman belanda. “Kata ayah saya, saat itu pemandian ini paling sering disinggahi oleh tentara belanda yang ingin menghangatkan badan dan terapi kesehatan,” jelasnya.
Saat Indonesia merdeka, pemandian ini kemudian dimanfaatkan oleh pribumi khususnya warga sekitar. Karena khasiatnya untuk kesehatan cukup baik, informasinya menyebar hingga akhirnya orang luar Cibadak, bahkan Sukabumi pun datang untuk mandi di pancuran cipanas ini.
“Memang tidak ada pengelolah, bahkan belum pernah dibagusin oleh pemerintah. Dulu pernah ada yang foto-foto katanya dari pemda, tapi nggak tau lagi kabarnya gimana,” beber Dadang.
Baca Juga: Tanggapi Kritik Gubernur, Ini Alasan Pemandian Cikundul Sukabumi Belum Maksimal
Untuk perawatan seadanya tersebut, Dadang dan istrinya tetap tak berani memungut uang dari warga yang ingin mandi di Cipanas. Mereka hanya membuat warung dan menjaga parkir roda 2.
“Kan lokasinya di sungai jadi kalau naek motorpun nggak bisa sampai ke bawah. Parkir biasanya di warung kami. Biaya parkir RP 2 ribu, karena motornya dijaga. Yang nggak mau bayar nggak apa apa,” lanjut Dadang.
Menurut Dadang, kunjungan warga ke pemandian air panas ini masih lumayan banyak, terutama saat libur, Ada yang sekadar mandi, ada yang selfie,ada yang cuci pakaian, ada pula yang terapi kesehatan.
Baca Juga: Target PAD Pemandian Air Panas Cikundul Sukabumi Tak Pernah Naik
“Jadi kalau jam 2 sampai jam 5 malam itu aroma belerangnya menyengat, suhu panasnya agak naik. Biasanya dipakai untuk terapi kesehatan,” kata Dadang yang berharap ada perharian dari pemda untuk memfasilitasi agar pengunjung lebih nyaman saat ke pemandian air panas Cibadak.
Reporter: Restu Ari (Kontributor)