SUKABUMIUPDATE.com - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Sukabumi melaporkan keterisian kamar atau okupansi hotel menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru) yang mengalami tren penurunan akibat bayang-bayang bencana alam dan isu tsunami.
Hal itu disampaikan Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Kabupaten Sukabumi Yudha Suryadharma, berdasarkan survei yang dia lakukan ke beberapa hotel.
"Saya kemarin melakukan survei, khususnya ke hotel besar. Hotel besar di sini SBH (Samudera Beach Hotel). Okupansi rate sedikit menurun menjelang Nataru ini karena memang isu tsunami yang masih beredar. Butuh peran serta dari kita untuk menangkal isu-isu seperti itu," ujar Yudha kepada awak media selepas pelantikan dirinya menjadi Ketua BPC PHRI periode 2022-2027 di Karang Naya Hall Puri Surya Rawakalong, Jumat malam, 23 Desember 2022.
Kondisi ini juga, lanjut dia, dipengaruhi adanya bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Sukabumi. "Jadi bicara okupansi hari ini dibandingkan Nataru tahun sebelumnya jauh, turun, karena bencana alam juga menjadi impact terhadap okupansi itu sendiri," kata Yudha.
Baca Juga: Sunset hingga Hutan, 5 Rekomendasi Wisata Libur Nataru untuk Introvert Travellers!
Namun menurut Yudha ada harapan baru yang diprediksi bakal membuat ramai kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sukabumi. Harapan ini seiring dibukanya Tol Bocimi Seksi 2 Cigombong-Cibadak secara fungsional pada Jumat, 23 Desember 2022. Tol Bocimi Seksi 2 memiliki pintu tol di Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi.
"Saya dengar info sudah dibuka interchange atau exit tol di Parungkuda. Nah besar harapan ini dapat meningkatkan animo masyarakat ke Palabuhanratu, tidak usah bermacet-macet lagi. Insyaallah dengan dibukanya exit tol ini akan lebih mudah, jarak tempuh lebih sedikit, efisiensi waktu juga. Saya optimis dibukanya interchange di Parungkuda itu,” tutur dia.
"Mudah-mudahan walaupun kemarin sempat turun prediksi di Nataru, menjelang malam tahun baru minimal ada kenaikan okupansi," sambung Yudha.
Menjelang libur Nataru 2022 Yudha memastikan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi untuk menyebar imbauan soal kehati-hatian saat berwisata ke pantai.
"Saya sudah koordinasi dengan Dinas Pariwisata, mereka juga sudah bersurat kepada kami untuk mengimbau para pengunjung yang nanti akan berkunjung ke Palabuhanratu khususnya ke wilayah pantai, harus lebih berhati-hati," ujar Yudha.
"Kami akan menerjunkan tim, yang nantinya akan bekerja sama dengan Lifeguard Balawista dan untuk ke depannya insyaallah bukan hanya menjelang Nataru tapi akan banyak sekali berkolaborasi," kata dia.
Baca Juga: Setelah Tol Bocimi Seksi 2 Dibuka, Inilah 6 Titik Rawan Kemacetan Sukabumi
Isu tsunami yang dimaksud Yudha adalah soal ancaman gempa besar megathrust. Diketahui, topik megathrust muncul setelah adanya hasil riset yang mengungkap jalur sepi gempa (seismic gap) di Samudra Hindia atau selatan Jawa.
Skenario terburuknya adalah ketika segmen-segmen megathrust di sepanjang Jawa pecah secara bersamaan, akan membangkitkan tsunami.
Tinggi tsunami dapat mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur, kata Guru Besar Bidang Seismologi di Institut Teknologi Bandung (ITB) Sri Widiyantoro pada September 2020.
Badan Informasi Geospasial (BIG) pada Juni 2022 juga sudah melakukan survei di pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi. Ini adalah langkah mitigasi mencari spot terbaik untuk warga pesisir menyelamatkan diri dari tsunami yang berpotensi terjadi akibat aktivitas zona Megathrust Selat Sunda (MSS).
Baca Juga: Libur Nataru di Kabupaten Sukabumi, Cek Persediaan Kamar Hotel untuk Menginap
Namun, pemodelan tsunami memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang sangat tinggi disebabkan persamaan pemodelan sangat sensitif dengan data dan sumber pembangkit gempa yang digunakan.
Hingga saat ini belum ada laporan riset kapan waktu pasti potensi bencana megathrust akan terjadi. Kajian potensi bencana seperti tsunami megathrust bukan bertujuan menakut-nakuti, namun untuk memperkuat mitigasi bencana yang harus dibangun bersama.
Terpisah, pengelola Hotel Bayu Amrta Tendi Sudama menyebut tingkat hunian hotel di wilayah Palabuhanratu menjelang libur Nataru 2023 memprihatinkan. Dia mengatakan okupansi rate hotel di Palabuhanratu saat ini diprediksi rata-rata 25 persen hingga 30 persen.
“Okupansi menjelang Nataru ini memprihatinkan. Dari obrolan kami dengan rekan-rekan, umumnya mereka belum ada booking-an untuk malam tahun baru. Bahkan yang sudah booking cancel,” ujar Wakil Ketua BPC PHRI Kabupaten Sukabumi itu.
Baca Juga: Menyingkap Laut Sukabumi: Jalur Narkoba Internasional hingga Ancaman Megathrust
Menurut Tendi, rentetan bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah menjadi penyebabnya. “Ini efek dari gempa Cianjur. Isu gempa ini masih tertanam melekat di benak masyarakat luar kota yang akan berlibur ke Palabuhanratu. Karena habis gempa Cianjur, gempa Garut, habis gempa Garut ada gempa di Sukabumi. Sudah itu isu potensi gempa megathrust lempeng sesar Cimandiri, membuat orang khawatir,” ujarnya.
“Eh belum lama, padahal sebetulnya kan Jembatan Pamuruyan tidak rubuh total cuma sebagian, lalu ada longsor. Nah jadi dampak bencana alam yang beruntun itu sangat berpengaruh terhadap potensi tingkat hunian hotel restoran di penghujung tahun. Padahal di penghujung tahun ini harapan tinggi,” tambah Tendi.