SUKABUMIUPDATE.com - Wisata alam Sukabumi selalu diburu para travellers saat akhir pekan tiba.
Sukabumi nyatanya punya banyak tempat wisata mengagumkan mulai dari pantai, gunung, air terjun atau curug, bukit, kebun, tempat pemancingan dan lainnya.
Kali ini, sukabumiupdate.com mengajak para updaters untuk mengulik tempat wisata Curug Cikaso yang konon punya cerita mistis!
Dirangkum dari berbagai sumber Inilah Wisata Curug Cikaso Sukabumi, Tempat Favorit Akhir Pekan yang Konon Diawasi 3 Sosok Ini!
Wisata Curug Cikaso Sukabumi
Baca Juga: Curug Cikaso di Sukabumi, 1 dari 5 Destinasi Alam Terbaik Versi Smiling West Java
Lokasi Curug Cikaso berada di Kampung Ciniti, Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi.
Masyarakat sekitar lebih sering menyebut curug Cikaso meskipun sebenarnya memiliki nama Curug Luhur (Air terjun Tinggi). Hal ini karena aliran air dari curug bersumber dari anak sungai Cikaso dan bermuara di Muara Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi.
Curug Cikaso terbentuk dari tiga titik air terjun yang saling berdampingan dan memiliki ketinggian sekitar 80 meter dan lebar tebing 100 meter.
Tepat dibawah curug tersebut terdapat kolam luas berwarna hijau kebiru-biruan bak di negeri dongeng, dengan kedalaman sekitar 15 meter.
Namun, pengunjung sangat tidak disarankan berenang di kolam tersebut karena hempasan air terjun bisa membahayakan dan cukup dalam.
Rute menuju Curug Cikaso dapat dijangkau melalui akses ke Jalan Nasional Surade - Tegalbuleud dengan jarak sekitar 8 kilometer.
Para pengunjung yang menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat bisa masuk langsung ke area parkir. Kemudian, untuk masuk ke Curug Cikaso, pengunjung harus naik perahu dan menyusuri Sungai Cikaso hanya sekitar 5 - 10 menit.
Jika pengunjung tidak ingin naik perahu, maka alternatif lain yang dapat dipilih yaitu melalui pematang sawah milik penduduk sekitar.
Baca Juga: Curug Cikaso, Salah Satu Destinasi Alam saat Berkunjung ke Sukabumi
Mitos 3 Penunggu Curug Cikaso Sukabumi
Terlepas dari keindahan yang ditawarkan, Curug Cikaso menyimpan cerita mitos yang beredar di masyarakat. Konon, Curug Cikaso diawasi oleh tiga sosok yakni Nyi Blorong, Prabu Siliwangi dan Eyang Santang.
Hal ini berkaitan dengan tiga aliran air yang ada memiliki nama berbeda-beda.
Tiga curug tersebut yaitu pertama, Curug Aseupan di sebelah kiri dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Nyi Blorong. Kedua, Curug Aki di kanan dipercaya bahwa sosok penunggu nya adalah Prabu Siliwangi. Terakhir, Curug ketiga di sebelah tengah bernama Curug Meong yang diyakini menjadi tempat bersemayamnya Eyang Santang.
Baca Juga: Mitos Ki Hamali di Balik Keindahan Curug Cikaso
1. Nyi Blorong Penunggu Curug Aseupan di Curug Cikaso Sukabumi
Nyi Blorong adalah menurut legenda Indonesia adalah sosok wanita cantik, bertubuh manusia dari pinggang ke atas, dan berwujud ular dari pinggang ke bawah.
Nyi Blorong adalah penguasa keraton pantai selatan dengan kesaktian luar biasa yang memiliki pengikut bangsa jin dan makhluk halus. Konon katanya, pengikut Nyi Blorong dari kalangan manusia disesatkan melalui pesugihan untuk dijadikan sebagai budak.
Nyi Blorong dipercaya mampu mendatangkan kekayaan untuk orang yang mengajaknya bersekutu. Sebagai imbalan, kepingan emas selalu ditinggalkan oleh Nyi Blorong setelah menemui orang yang menjalin hubungan dengannya.
Menurut kepercayaan yang beredar, pesugihan dengan Nyi Blorong membutuhkan tumbal arwah manusia pengikutnya. Ketika ajal, arwah pengikutnya turut menjadi proses dari penghuni keraton gaib Laut Selatan untuk selamanya.
Pada jangka waktu tertentu, Nyi Blorong juga menunggu tumbal nyawa sebagai prajurit agar kecantikan meningkat. Puncak kecantikan dan kesaktian Nyi Blorong ini adalah ketika bulan purnama. Akan tetapi, ketika bulan mengecil, Nyi Blorong akan kembali menjadi ular raksasa.
Nyi Blorong tampil mengenakan kebaya berwarna hijau dengan rajutan emas. Kain panjang berwarna emas tersebut adalah perwujudan sosok asli Nyi Blorong, yaitu ular raksasa.
Sebagian orang percaya Nyi Blorong adalah putri Ratu Anginangin, Ratu seluruh makhluk halus di Pulau Jawa yang memiliki kerajaan di Laut Selatan. Nyi Blorong kemudian dinikahkan dengan Jaka Linglung, putra Aji Saka, yang berhasil membunuh buaya putih penjelmaan Prabu Dewatacengkar dari Medang Kamulan.
Baca Juga: Terpeleset, Wisatawan Asal Tanggerang Tenggelam di Curug Cikaso Sukabumi
2. Prabu Siliwangi Penunggu Curug Aki di Curug Cikaso Sukabumi
Prabu Siliwangi atau Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja lahir di Kawali Galuh (Ciamis) tahun 1401 dan tutup usia pada 31 Desember 1521.
Menurut tradisi lama, masyarakat tidak diperkenankan untuk menyebut gelar raja yang sesungguhnya. Sehingga nama Prabu Siliwangi lebih dikenal masyarakat dibandingkan gelar Sri Baduga Maharaja.
Siliwangi berasal dari kata “Silih” yang berarti “bergantian” dan “Wawangi” yang diambil dari nama Prabu Wangi.
Artinya, nama Prabu Siliwangi dipakai karena ia merupakan pengganti Prabu Wangi.
Prabu Siliwangi adalah putra Prabu Dewa Niskala dan cucu dari Niskala Wastu Kancana. Ia menikah dengan seorang wanita bernama Nyi Ambetikasih, putri dari Ki Gedeng Sindakasih atau pamannya sendiri.
Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyi Ambetikasih dikaruniai 3 orang anak yang bernama Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuwana, Nyimas Rara Santang, dan Raden Kian Santang.
Anak Prabu Siliwangi yang pertama, Raden Walangsungsang mendirikan Kesultanan Cirebon. Kemudian anak kedua, Nyimas Rara Santang memiliki putra bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang mendirikan Kesultanan Banten. Sedangkan anak bungsunya, Raden Kian Santang adalah seorang pendekar yang terkenal sakti di Pulau Jawa.
Kala itu, Prabu Siliwangi dijodohkan dan menikah dengan Nyai Kentring Manik Mayang Sunda, yang mana sang anak bernama Sanghyang Surawisesa diketahui akan mewarisi takhta Kerajaan Pajajaran.
Baca Juga: Klenteng Kebon Limus Cicurug Kabupaten Sukabumi, Wisata Religi di Patilasan Prabu Siliwangi
3. Eyang Santang Penunggu Curug Meong di Curug Cikaso Sukabumi
Raden Kian Santang merupakan putra dari Prabu Siliwangi (Raja Pakuan Pajajaran) atau Sri Baduga Maharaja dengan Nyi Subang Larang.
Kiansantang lahir pada tahun 1315 di Tatar Pasundan, wilayah Pulau Jawa.
Diketahui, sebelum dirinya menuntut ilmu di Mekkah, nama Kian Santang berubah menjadi Galantrang Setra, didapatkan ketika mencari seseorang yang dapat mengalahkan kekuatannya.
Raden Kiansantang merupakan sinatria yang terkenal, gagah dan perkasa sehingga disebutkan sejak kecil hingga dewasa usia 33 tahun, belum ada yang bisa menandingi kekuatan dan kesaktiannya di pulau Jawa.
Sumber : berbagai sumber.