SUKABUMIUDATE.com - Memiliki ketinggian kurang lebih 50 meter, Curug Cimarinjung menjadi salah satu ikon Geopark Ciletuh Sukabumi. Air terjun yang berada di Kampung Ciporeang, Desa Ciemas, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, tersebut terletak tidak jauh dari Pantai Palangpang atau area Teluk Ciletuh.
Curug Cimarinjung merupakan kemegahan Plato Jampang, hasil pengangkatan dasar laut menjadi daratan akibat subduksi di kawasan Geopark Ciletuh Sukabumi atau Ciletuh-Palabuhanratu Unesco Global Geopark. Proses geologi selanjutnya dari pengangkatan dasar laut ini adalah amfiteater alam di wilayah Ciemas.
Akses menuju Curug Cimarinjung bisa ditempuh melalui jalan provinsi ruas Waluran-Mareleng-Tamanjaya, sepanjang 36 kilometer, maupun jalan provinsi ruas Loji-Puncak Darma-Palangpang, sepanjang 32 kilometer. Adapun jarak dari Kota Sukabumi menuju air terjun ini kurang leih 99 kilometer atau sekitar 4 jam perjalanan.
Sesuai namanya, Curug Cimarinjung terletak di aliran Sungai Cimarinjung. Berada pada ketinggian 100 meter di atas permukaan air laut, Sungai Cimarinjung menjadi salah satu sungai yang bermuara ke Teluk Ciletuh di Samudera Hindia. Posisi Curug Cimarinjung pun menghadap langsung ke Samudera Hindia.
"Curug ini mengalir di antara tebing batuan yang tinggi serta dikelilingi hutan dan persawahan yang masih alami," kata Rahmat Gozali, salah satu guide tour Geopark Ciletuh kepada sukabumiupdate.com, Sabtu, 20 Agustus 2022.
Panorama lanskap Curug Cimarinjung akan memukau yang melihatnya langsung. Namun, pengunjung yang ingin bermain air, harus melihat kondisi air terlebih dulu. "Kalau air lagi naik, saat musim hujan, kami tidak mengizinkan. Kalau seperti saat ini, debit air kecil, pengunjung bisa bermain, tapi tidak lepas dari pemantaun," ujarnya.
"Untuk tiket masuk tidak ada, cuma kalau parkir ada, karena itu lahan milik pribadi. Sepeda motor Rp 5.000 dan mobil Rp 10.000," kata Rahmat.
Ciletuh-Palabuhanratu Unesco Global Geopark sendiri memiliki luas sekira 126 ribu hektare atau 30,3 persen dari luas wilayah Kabupaten Sukabumi. Taman bumi ini tersebar di 74 desa di delapan kecamatan Kabupaten Sukabumi, yakni Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Waluran, Ciemas, Ciracap, dan Surade.
Keunggulan geologi Ciletuh-Palabuhanratu Unesco Global Geopark diangkat dalam tiga tema. Pertama, bukti adanya tumbukan lempeng benua Eurasia dan lempeng Samudera Indo-Australia pada zaman kapur 60-70 Juta tahun yang lalu (Fossil Subduksi Purba). Kedua, proses pengangkatan dasar lautan menjadi daratan akibat subduksi (Plato Jampang). Ketiga, pergeseran jalur magmatik purba dari selatan ke utara, ditandai dengan adanya geyser (air mancur panas) di wilayah Cisolok dan pegunungan api muda.
Plato Jampang merupakan bentang alam berupa dataran tinggi Jampang yang terbentuk dari proses pengangkatan kala Oligocene-Plitocene (28-1,8 juta tahun yang lalu). Dalam terminologi phisiographic, morfologi ini dinamakan Jampang Plateau atau Plato Jampang.
Di Plato Jampang ini wisawatan dapat mengunjungi kemegahan Curug Cimarinjung dan Curug Sodong. Kemudian bisa mengenali proses endogen bagaimana curug-curug tersebut bisa terbentuk.
Selanjutnya, kunjungi juga situs budaya makam Mbah Durak di kampung lama Cikalong yang merupakan cikal bakal perkampungan di Ciletuh. Yang paling menarik dari tema kawasan ini adalah lanskap bentang alam amfiteater raksasa yang merupakan nilai penting dari Ciletuh-Palabuhanratu Unesco Global Geopark. Ini menjadi bukti adanya pergerakan tanah dan batuan pada kerak samudera. Wilayah ini dapat dilihat dari bukit Panenjoan.