SUKABUMIUPDATE.com - Membangun kembali semangat toleransi melalui wisata menjadi konsep yang cukup menarik saat ini, karena bersamaan dengan upaya pemulihan ekonomi daerah. Di Kota Sukabumi Jawa Barat, baru-baru ini diluncurkan Wisata Goceng yang menawarkan semangat kebersamaan sebagai warga negara, melalui Museum Tionghoa dan menumbuhkan gerakan literasi lewat arsip sejarah dalam pustaka Kipahare.
Kenapa Goceng? Karena wisata ini hanya bertarif Rp 5 ribu rupiah saja. Dengan biaya tersebut pengunjung sudah bisa menjelajahi Museum Tionghoa yang berada di jalan Pajagalan Nyomplong, Warudoyong Kota Sukabumi.
Sesuai nama, museum ini memajang banyak benda-benda sejarah terkait keberadaan warga Tionghoa khususnya di Sukabumi. Mulai dari kendaraan, alat rumah tangga, alat hiburan hingga ke ragam mata uang atau alat transaksi ekonomi.
Tak cukup sampai disana, dengan goceng pengunjung juga bisa mengakses arsip sejarah Sukabumi koleksi dari Yayasan Dapuran Kipahare dan pemerintah daerah. Disini para pegiat wisata siap melayani pengunjung yang ingin mendalami kesejarahan, terutama pendidikan.
“Tujuan utama wisata ini ada dua. Pertama memperkenalkan sejarah dan budaya atau sisi pendidikan, bukan hanya tionghoanya saja tapi juga sejarah Kota Sukabumi. Tujuan kedua membuka pintu pemberdayaan ekonomi melalui wisata konsep baru di Kota Sukabumi,” jelas Irman Firmansyah, Kepala Museum Tionghoa ini kepada sukabumiupdate.com, hari Selalu 5 Juli 2022.
Irman yang juga Ketua Yayasan Dapuran Kipahara ini juga menjelaskan, sebagai museum wisata goceng ini juga menawarkan spot-spot menarik bagi pengunjung untuk mendokumentasikan kegiatannya. Barang-barang yang dipamerkan hingga bisa mengakses roortof museum untuk melihat landscape Kota Sukabumi.
“Ini menarik dari lantai paling atas museum, bisa terlihat dengan baik tiga tempat ibadah berjejer indah. Mulai dari Vihara Widhi Sakti, Masjid Agung dan Gereja Sidang Kristus. Ketiga bangunan ini bicara keberagaman di Sukabumi itu sudah berlangsung sejak lama. Ketiganya itu bangunan itu sangat bersejarah,” lanjut Irman.
Tak cukup disana, semangat toleransi sebagai konsep wisata goceng ini juga memberikan layanan sewa kostum vintage berbagai model. Untuk kebutuhan swafoto agar lebih pas dengan suasananya, lanjut Irman ada sewa kostum tempo dulu dan ala asia timur, dengan tarif Rp 20 ribu per kostum.
Memperkuat konsep sejarahnya, Museum Tionghoa bersama MASATA (Masyarakat Sadar Wisata) Sukabumi Raya dan komunitas lainnya menyiapkan jasa walking tour. Menapaki jejak sejarah di Kota Sukabumi dengan berjalan kaki dari Museum Tionghoa, menuju spot-spot heritage, yang jaraknya tidak terlalu jauh.
“Untuk walking kita akan berkeliling wisata sejarah baik kuliner hingga bangunan heritage. Termasuk tempat ibadah bersejarah yang ada di Kota Sukabumi. Tarifnya Rp 50 ribu per pengunjung,” ungkap Irman.
Dengan konsep toleransi dan literasi, tak heran jika Wisata Goceng menjadi daya tarik baru di Kota Sukabumi. Baru beroperasi sejak Februari 2022, wisata goceng dengan museum Tionghoa saat ini selalu ramai dikunjungi wisatawan dalam maupun luar kota.
“Untuk pengunjung 10 sampai 15 orang per hari. Kalau hari libur bisa 20 orang per harinya," ujar Irman Firmansyah.
Selain wisatawan, kedatangan para siswa dan mahasiswa yang melakukan penelitian sejarah ke Museum Tionghoa dan Pustaka Kipahare makin membuat para pegiat wisata goceng bersemangat. “Sudah lebih dari lima mahasiswa dan pelajar yang datang untuk wawancara, riset untuk berbagai kepentingan mulai dari skripsi, atau menyusun makalah. Ini yang bikin kami tambah semangat, keberadaan wisata goceng dengan konsep toleransi dan sejarah ini menjadi sarana pendidikan bagi generasi muda,” pungkas Irman.
Museum Tionghoa Sukabumi diresmikan oleh Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi pada 19 Februari 2022 silam, bersamaan dengan event Sukabumi Tourism Festival 2022. Saat itu selain museum juga diresmikan perhimpunan Hakka Sukabumi di kompleks Danalaga Square.
Mimpi pemerintah daerah kembali punya kampung pecinan mulai terwujud dengan keberadaan dua aset budaya ini. Kehadiran museum ungkap Wali Kota Sukabumi saat peresmiannya akan mengundang banyak pengunjung dari luar Sukabumi.
"Keberadaan museum Tionghoa ini agar jangan melupakan sejarah, tidak bisa dipungkiri Sukabumi berdiri dan tegak dikarenakan sumbangsih para leluhur," kata wali kota dikutip dari portal resmi Pemkot Sukabumi.
Baca Juga :
Intinya beber Fahmi, museum jadi ikon persaudaraan dan persatuan diantara warga. Memperkuat prestasi Sukabumi yang dinobatkan sebagai peringkat ke-9 kota tertoleran di Indonesia.
"Museum Tionghoa didirikan supaya tidak melupakan sejarah bahwa Tionghoa ada di Sukabumi dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari Indonesia," kata Fahmi.
REPORTER: PKL (SULTAN/HARI)