SUKABUMIUPDATE.com - Toleransi nampaknya sudah menjadi barang mahal di negeri ini. Betapa tidak, perbedaan kerap dimaknai sebagai momok menakutkan bagi persatuan kita. Namun coba lihat bagaimana energi positif itu justru lahir dari serial animasi SpongeBob SquarePants. Bersama sahabatnya, Patrick Star, makhluk kotak berwarna kuning itu memberi pesan kepada semua orang soal apa itu saling menghargai.
Serial animasi yang dipopulerkan Nickelodeon ini semula ditayangkan di Amerika Serikat pada tahun 1999. SpongeBob SquarePants diciptakan oleh animator, Stephen Hillenburg yang kini telah meninggal dunia.
SpongeBob SquarePants sepertinya telah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Bukan tanpa alasan, serial yang bercerita tentang kehidupan di Bikini Bottom ini selalu menemani kita, generasi 2000-an, baik saat sarapan sebelum berangkat sekolah maupun ketika rehat di sore hari.
Selain berhasil menghibur para penggemarnya, sejumlah episode SpongeBob SquarePants juga mengandung pesan moral yang sangat bermanfaat bagi kita semua, terutama masyarakat Indonesia yang hidup dalam keberagaman. Salah satunya dalam episode "The Battle of Bikini Bottom" yang terdapat di season 5.
Episode ini bercerita ketika SpongeBob dan Patrick Star berbelanja kostum pertanda persahabatan mereka, namun justru menimbulkan kesalahpahaman. Mereka lalu bertemu sekelompok orang berkostum perang di sebuah komunitas pertempuran Bikini Bottom.
Singkat cerita, mulai ada konflik yang menguji persahabatan SpongeBob dan Patrick Star. Keduanya mengenakan kostum komunitas tersebut.
Dalam episode ini SpongeBob SquarePants diceritakan menyukai semua hal tentang kebersihan. Tapi sebaliknya, Patrick Star justru mencintai segala hal yang kotor. Pertempuran di antara keduanya pun tak terhindarkan.
SpongeBob menyerang Patrick dengan sabun, parfum, dan bahan lain untuk membersihkan bintang laut itu. Sementara Patrick menyerang SpongeBob menggunakan sejumlah bahan kotor seperti sampah dan yang lainnya.
Hingga pada akhirnya lahir sebuah kesadaran dari SpongeBob ihwal penyikapan terbaik untuk konflik tersebut. Ia dengan cemerlangnya menemukan kebenaran dan solusi alias titik temu atas konflik itu.
"Tidak masalah apakah kau kotor atau bersih. Bersih tidak akan bersih tanpa kotor, dan kita tidak akan tahu kotor tanpa adanya bersih. Kita tidak harus melestarikan sejarah yang mencegah kita. Kita harus melihat itu untuk mempersatukan kita. Selalu bersama. Dan orang harus bebas menentukan jalannya sendiri," begitu SpongeBob berucap.
Suatu pernyataan yang mengagumkan karena terucap dari lisan karakter yang dalam kesehariannya kerap berbuat konyol. Lewat kalimat itu SpongeBob mengambil pelajaran dari konflik yang dialaminya bersama Patrick Star.
SpongeBob berpikir bahwa di antara kedua pihak yang saling berbeda tersebut ternyata memiliki benang merah yang terkadang dilupakan. Kesadaran akan adanya benang merah itu terletak pada kalimat "Bersih tidak akan bersih tanpa kotor, dan kita tidak akan tahu kotor tanpa adanya bersih".
Tak hanya itu, SpongeBob juga mengajak kita semua untuk mempelajari sejarah bukan dengan melestarikan konflik lama, namun bijak dalam mengambil hikmah yang terkandung dari konflik atau insiden tersebut.
SpongeBob juga memberikan pelajaran bagaimana menghargai pilihan orang lain tanpa adanya paksaan. Hal itu semakin terilustrasi dengan jelas seusai mengilhami peristiwa tersebut, dimana SpongeBob dan Patrick Star sama-sama senang meskipun kondisi sekujur tubuhnya bukan seperti apa yang mereka inginkan sebelumnya.
Penyebabnya tak lain karena mereka jadi memiliki untuk memperdalam lagi dirinya sendiri, seperti mandi lebih lama (untuk SpongeBob SquarePants) atau mengotori diri (untuk Patrick Star). Mereka tidak sibuk melakukan hal kepada orang lain yang belum tentu bukan pilihan dari orang tersebut.
Berkaca dari peristiwa yang dialami SpongeBob SquarePants dan Patrick Star tersebut, kita dapat mengambil pelajaran tentang makna toleransi dalam menyikapi perbedaan dan keanekaragaman yang ada di negeri kita ini.
Kekinian kita terlalu menyibukkan diri dengan perselisihan karena perbedaan golongan, pandangan, atau pendapat. Apalagi seiring dengan perkembangan teknologi yang menambahkan keruwetan ini.