SUKABUMIUPDATE.com - Tiga orang mahasiswa berhasil lulus tanpa skripsi, berkat prestasinya di bidang perfilman. Mereka adalah Chu Livia Christine Wijaya, Muhammad Ammar Nashshar Yusuf, dan Kiki Rahma Ardiansyah, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Melansir muhammadiyah.or.id, mereka memproduksi film berjudul “Tidak Mati, Aku Tetap Menjadi Milikku Selalu” yang meraih penghargaan Honorable Mention dalam ajang Student World Impact Film Festival (SWIFF) 2023 Amerika Serikat. Film ini, kata Chuli, turut masuk seleksi di Lift-Off Filmmaker Sessions by Lift-Off Global Network 2023.
Baca Juga: Terjemahan Lagu Karatagan Pahlawan, Nyanyian Pelajar SD Saat HUT RI di Sukabumi
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, judul film mahasiswa UMM ini adalah “Not Dead, I Remain Mine Always,”, dengan Muhammad Ammar Nashshar Yusuf sebagai director of photography dan Kiki Rahma Ardiansyah sebagai sutradara. Mereka bertiga lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi UMM lewat jalur non-skripsi dan prestasi.
“Senang dan bersyukur pastinya. Lewat penghargaan ini film kami dihargai dan diakui oleh dunia. Ini juga sebagai pembuktian bahwa anak UMM memang bisa berprestasi di taraf internasional. Pihak UMM juga sangat mengapresiasi capaian ini dengan memberikan kelulusan lewat jalur non-skripsi,” ungkap Chuli, dikutip Sabtu (19/8/2023).
Sinopsis Film “Tidak Mati, Aku Tetap Menjadi Milikku Selalu”
Film garapan mahasiswa UMM ini menceritakan tentang perempuan muda bernama Sukma (14 tahun) yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan orang kaya dari kota. Sekitar 7 hari sebelum hari pernikahannya, Sukma mencari cara agar tidak jadi menikah.
Sukma hanya memiliki dua pilihan, yaitu tetap menikah namun seolah menunggu waktu kematiannya tiba atau mencoba lari dari kematian itu sendiri.
“Sebagai seorang anak perempuan yang memiliki kesempatan untuk bersekolah dan berpendidikan tinggi, menurut saya film ini memiliki pesan kuat dalam kasus pernikahan dini di Indonesia. Bagi sebagian pemikiran orang, pernikahan dini mungkin akan menyelesaikan masalah, apalagi dalam aspek ekonomi. Tapi hal tersebut justru memiliki dampak negatif terhadap anak yang dipaksa melakukan pernikahan dini. Baik dari segi fisik hingga mental,” jelas Chuli.
Proses produksi film dilakukan selama empat hari dengan lokasi mengambil latar tempat di Kota Malang, Kota Batu, Pujon Kidul dan pantai Malang Selatan.
Baca Juga: Kirab Budaya Merah Putih Sukabumi 2023: Gratis, Terbuka Untuk Umum!
Akan tetapi, Chuli menyampaikan bahwa persiapan dari mulai penulisan naskah, final draft, reading hingga pencarian talent pada pra-produksi membutuhkan waktu sampai satu sebulan. Kemudian ditambah waktu pasca produksi sekitar 4-5 bulan.
“Saya dan dua rekan saya, sebelumnya juga sering memproduksi film bersama teman-teman lainnya yang tergabung dalam “Meraki Visual.” Alhamdulillah, film-film yang kami buat sebelumnya juga mendapatkan banyak penghargaan. Misalnya film Bumi yang berhasil meraih Best Director, Actor dan Views dalam ajang Indodax Short Film Festival, film Persembahan Untuk Jiwa yang berhasil meraih juara tiga dalam lomba Movie Production Club (MPC) Film Festival 2021, film Rekah yang berhasil meraih juara satu dalam lomba Yamaha Film Festival 2021 dan film Samparan berhasil masuk 15 besar Indodax Short Film Festival 2022,” terangnya.
Chuli berharap, film “Tidak Mati, Aku Tetap Menjadi Milikku Selalu” bisa meninggalkan kesan sekaligus pesan baik untuk para penonton. Ia juga berharap film tersebut bisa mendapatkan penghargaan lainnya.
“Pesan untuk teman-teman yang masih ragu untuk berkarya yaitu coba saja dulu, coba saja dulu, mulai aja dulu, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada nasib karya yang kita buat,” pungkasnya.
Sumber: Muhammadiyah.or.id