SUKABUMIUPDATE.com - Film Pesantren sebenarnya sudah diproduksi sejak 2015 dan targetnya akan tayang pada 4 Agustus 2022. Karena ada alasan teknis, film tersebut akhirnya ditunda dan akan tayang pada Kamis, 17 November 2022.
Namun, jadwal tersebut akhirnya ditunda. “Karena alasan teknis,” kata Lola Amaria selaku distributor film Pesantren, tanpa merinci lebih jauh, seperti yang dikutip dari Tempo.co.
Lola menyampaikan, kini film Pesantren sudah terjadwal tayang di bioskop mulai besok, Kamis 17 November 2022. “Sudah siap ditonton meskipun dengan bioskop terbatas,” katanya. “Hanya tiga layar oleh XXI dan dua layar oleh Cinepolis,” ujarnya.
Film Pesantren bisa disaksikan di bioskop jaringan Cinepolis antara lain di Pejaten Village, Lippo Plaza dan Kebun Raya Bogor. Selain itu untuk jaringan Cinema XXI di Mega Bekasi XXI, CSB Mall, dan Garut XXI.
Film Pesantren ini merupakan film dokumenter panjang. Kiprah Lola Amaria bersedia mendistribusikan film tersebut sejak 2016, saat proses editing di Jerman.
Melalui film tersebut, Lola ingin masyarakat tahu bagaimana kehidupan para santri di pesantren melalui kisah dua santri dan guru muda di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy, di daerah Cirebon, Jawa Barat. Dan menampik stigma bahwa pesantren kerap dikonotasikan sebagai sarang teroris.
Film Pesantren sempat tayang dan menjadi pembuka Madani Film Festival yang berlangsung pada 27 November hingga 4 Desember 2021. Saat itu, sutradara film ini Shalahudin Siregar mengatakan bahwa film ini bukan film agama, film ini dibuat untuk meluruskan pandangan orang-orang tentang pesantren yang berpikiran bahwa pesantren adalah sekolah teroris.
Proyek film ini mulai dikembangkan pada 2015 lalu dan pembuatannya mendapatkan dukungan dari In-Docs, Steps International, Talents Tokyo, Serta dua stasiun TV Internasional, NHK dan Al Jazeera Documentary Channel. Ketertarikan Lola Amaria pada film Pesantren sejak mengikuti proses editingnya di Jerman pada 2016.
Perjuangan Lola Amaria Golkan Film Pesantren
Salah satu cuplikan di Film Pesantren. | Foto: Instagram/@filmpesantren
Lola Amaria bukan wajah baru di dunia film Indonesia, selain model dan aktris, ia kemudian menjadi sutradara dan produser film pula. Begini sekilas profilnya.
Lola Amaria mengawali karirnya sebagai model dan meraih penghargaan busana nasional terbaik dalam ajang Wajah Femina 1997. Tak berhenti sebagai model, ia mulai menapaki dunia film. Meskipun awalnya Lola hanya berlakon, ia menempa dirinya secara otodidak hingga dapat menjadi produser dan sutradara film.
Sinetron yang pernah ia bintangi antara lain Arjuna Mencari Cinta, Tali Kasih, dan Merah Hitam Cinta. Orang tentu masih ingat perannya di film Ca Bau Kan, beradu akting dengan Ferry Salim pada 2001.Di tahun yang sama, ia bermain di film Merdeka 17805.
Film pertama Lola sebagai produser adalah Novel Tanpa Huruf R pada 2004. Tidak hanya itu, gadis berdarah Palembang-Sunda ini juga menyutradarai film berjudul Betina yang berhasil meraih penghargaan “Netpac Award” pada Jogja-Netpag Asian Film Festival (JAFF) pada 2006. Pada 2010, ia menyutradarai film yang menyedot perhatian masyarakat karena mengangkat kisah pekerja migran di film Minggu Pagi di Victoria Park.
Sebagai produser dan sutradara antara lain hasil karyanya di film Labuhan Hati pada 2017, Lima (2018) dan 6,9 Detik (2019). Ia pun menulis skenario untuk film Negeri Tanpa Telinga (2014) dan Jingga (2016).
Dan, melalui Lola Amaria Production, film terbaru yang Lola distribusikan adalah film Pesantren. Lola berencana untuk mendistribusikan film yang dibuat pada 2015 tersebut secara masif melalui bioskop, meskipun dalam beberapa tahun terakhir sudah ditayangkan untuk kalangan terbatas antara lain di beberapa kampus dan pesantren di Indonesia, bahkan beberapa festival di luar negeri.
Sumber: Tempo.co
#SHOWRELATEBERITA
Writer: Ikbal Juliansyah