SUKABUMIUPDATE.com - Film Smile dibintangi oleh aktor Sosie Bacon dan Jessie T. Usher merupakan genre psychological thriller yang menceritakan kejadian misterius di ruang psikologi.
Dikutip dari Tempo.co, sekilas film tersebut mengisahkan kegiatan dokter Rose Cotter (Sosie Bacon) yang menangani pasiennya dengan ekspresi tersenyum karena memiliki kesehatan mental.
Film itu menggambarkan kesibukan Sosie Bacon yang terus memforsir diri bekerja selama 80 jam dalam sepekan. Berbagai hal aneh terus mengusiknya tak hanya selama bekerja. Rose Cotter merasa diganggu kutukan yang mengancamnya.
Rekan kerjanya di rumah sakit menyarankan,ia mengambil cuti supaya bisa beristirahat dari penat bekerja untuk memulihkan masalah mentalnya.
Namun, Rose Cotter menganggap berbagai gangguan aneh dalam dirinya bukan masalah kesehatan mental. Melainkan, itu kutukan yang sedang menghampirinya.
Selama film diputar menyebut beberapa masalah kesehatan mental terkait tokoh di dalamnya. Beberapa masalah kesehatan yang mental yang disebut, antara lain delusi, depresi, paranoid, gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan manik.
Apa saja masalah kesehatan mental dalam film Smile?
1. Delusi
Waham atau delusi ditandai keyakinan atau pikiran yang bertentangan dengan kenyataan atas unsur yang tidak berdasarkan logika. Waham menjadi bagian dari berbagai gangguan fisik maupun mental yang berlainan, seperti skizofrenia, gangguan bipolar, dan paraphrenia. Delusi merupakan kepercayaan tidak tergoyahkan terhadap sesuatu yang tidak nyata.
Orang yang delusi menganggap khayalannya sebagai kejadian yang benar terjadi. Mengutip Verywell Mind, orang yang delusi dicirikan keyakinan tak tergoyahkan terhadap hal yang tidak nyata, walaupun sudah dijelaskan bukti, kejadian yang dialami tak sungguhan.
Merujuk Cleveland Clinic, orang delusi juga mungkin bercampur masalah antara lain kecemasan, depresi, halusinasi.
2.Depresi
Mengutip dari Healthline, depresi tergolong gangguan suasana hati. Kondisi ini digambarkan sebagai perasaan sedih, kehilangan, atau kemarahan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Depresi biasanya juga dipengaruhi kebencian terhadap diri. Orang bisa saja mengalami depresi secara berlainan. Saat mengalami depresi akan mengganggu pekerjaan tiap hari. Sebab, depresi mengakibatkan hilangnya keinginan beraktivitas yang produktif.
3.Paranoid
Merujuk Cleveland Clinic, paranoia cenderung jarang. Para peneliti memperkirakan, paranoia mempengaruhi 0,5 persen hingga 4,5 persen dari populasi umum di Amerika Serikat. Sekitar 75 persen orang dengan paranoia memiliki gangguan kepribadian lain.
Paranoia merupakan gangguan kepribadian berkaitan proses berpikir yang membuat orang memiliki kecurigaan atau ketidakpercayaan yang tidak rasional terhadap orang lain. Orang dengan paranoia mungkin bisa merasakan adanya ancaman bahaya meskipun sebenarnya tidak dalam bahaya.
4.PTSD
Pengalaman menakutkan bisa berakibat gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD). Mengutip Mayo Clinic, seseorang yang mengalami gangguan stres pascatrauma akan muncul gejala kilas balik mimpi buruk, kecemasan, pikiran tak terkendali akibat peristiwa yang jelek itu.
Gejala gangguan stres pascatrauma biasanya muncul satu bulan setelah kondisi traumatis. PTSD dibagi menjadi empat jenis: ingatan yang mengganggu, penghindaran, perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati, juga perubahan reaksi fisik dan emosional.
5.Manik depresi
Mania digambarkan sebagai kondisi yang membuat seseorang mengalami euforia yang tak sewajarnya, dikutip dari Healthline. Kondisi psikologis ini membuat suasana hati makin intens, hiperaktif, dan delusi. Mania pun tergolong gejala umum gangguan bipolar.
Sedangkan manik depresi menandakan gejala gembira dan sedih yang silih bergantian. Kondisi hiperaktif berkemungkinan mengalami halusinasi atau delusi. Bisa juga muncul rasa gelisah dan kecemasan. Suasana hati seseorang yang mania cepat berubah menjadi depresi.
SUMBER: TEMPO.CO/BRAM SETIAWAN
Writer : Ikbal Juliansyah