SUKABUMIUPDATE.com - Idris (37 tahun), seorang guru asal Kecamatan Baros Kota Sukabumi, Jawa Barat, ini mempunyai hati yang mulia. Bersama dengan sang istri, ia menjadi orang tua asuh bagi 14 anak buruh migran atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Malaysia.
Seluruh anak asuhnya itu adalah murid Idris, ketika ia menjadi Guru Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
"Waktu itu tahun 2019 tugas saya (sebagai Guru SILN) selesai, nah, saya membawa anak-anak TKI tersebut," kata Idris kepada sukabumiupdate.com, Rabu (12/1/2022).
Baca Juga :
Idris kemudian membeberkan alasan kenapa ia dengan sukarela mengasuh belasan anak buruh migran tersebut.
"Karena mereka anak-anak TKI yang orang tuanya bekerja sebagai buruh ladang sawit di Malaysia. Mereka rata-rata tidak punya dokumen keimigrasian disana (ilegal)," ujar Idris.
Saat ini keempat belas anak asuh Idris itu tinggal di Asrama Bhinneka Tunggal Ika yang terletak di Jalan Cibuntu Gang H. Hamid, Kelurahan Sindangpalay, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.
"Saya namakan Asrama Bhinneka Tunggal Ika, karena mereka dari berbagai daerah di Indonesia seperti Kupang, Bone dan daerah lain di Indonesia," ungkapnya.
Tidak hanya diberikan akses untuk sekolah dan tinggal di asrama, Idris juga memberi mereka pendampingan dan pembinaan.
"Seperti pembinaan literasi, spiritual, serta pembinaan life skill seperti pertanian, perikanan hingga ada salah satu dari mereka yang sudah menerbitkan buku," jelasnya.
Yang lebih menginspirasi, Idris mengaku membiayai semua anaknya asuhnya itu dengan biaya sendiri tanpa donatur alias mandiri.
Idris berharap rumah singgah atau asrama yang sudah ia bangun dapat benar-benar dirasakan manfaatnya, bukan hanya anak buruh migran saja, namun ia juga akan melayani anak-anak yatim tidak mampu yang berada di sekitaran Kota Sukabumi.
"Seperti kita ketahui di wilayah kita sendiri banyak anak-anak yatim, anak-anak fakir miskin, dan sebagainya yang perlu pelayanan tentu saja nanti kedepan harapan saya rumah singgah dapat melayani masalah-masalah sosial khususnya di daerah Sukabumi," lanjut Idris.
Idris juga berencana untuk melakukan legalitas asrama menjadi yayasan rumah singgah.
"Baru saja saya mengajukan legalitas yayasan dan alhamdulillah sudah keluar SK dari notaris dan Kemenkumham, namun kemarin saya mengajukan ke Dinas Sosial harus ada beberapa yang harus dilengkapi, semoga saya bisa melengkapi dan terealisasikan," ucap Idris.
Guru PNS di SDN Pakujajar Cipta Bina Mandiri Kota Sukabumi itu mengaku melakukan aksi sosial ini karena sebuah motivasi.
"Saya berpikir bahwa menjadi PNS bukan hanya melaksanakan tugas kemudian selesai, menurut saya jadi PNS itu harus bisa hadir ditengah masyarakat dan bisa hadir dan menyajikan solusi bagi masyarakat," ujar Idris.
Berprestasi dan Punya Inovasi
Sepak terjang Idris menjadi seorang tenaga pendidik sangatlah panjang. Berawal sebagai guru honorer di salah satu SD di Desa Neglasari Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi pada 2004 silam, ia merasakan langsung kecilnya upah dan beberapa kendala aksesibilitas dalam mengajar.
"Saya mulai mengajar honorer, digaji Rp 100 Ribu, dimana saya mengajar di sekolah yang terpencil. Mau ke sekolah aja dulu masih banyak lumpur tidak bisa bawa kendaraan," kata Idris.
Berkat ketekunannya, 5 tahun kemudian Idris diangkat menjadi Guru PNS di Kota Sukabumi. Karirnya kemudian meningkat setelah di tahun 2015 ia menjadi satu-satunya guru dari Sukabumi, yang lolos seleksi menjadi Guru Sekolah Indonesia Luar Negeri di Kota Kinabalu Malaysia.
Selama di negeri jiran itu, Idris mengajar anak-anak TKI yang mayoritasnya adalah buruh migran ilegal yang bekerja di ladang-ladang sawit.
"Mayoritas ilegal, saya mengajar di Sekolah Induk yang memiliki 250 community learning center yang ada di ladang-ladang sawit di seluruh Sabah," ujar Idris.
Sejak itulah, ia kemudian tergugah hatinya untuk mengasuh anak-anak buruh migran tersebut.
Selain itu selama mengajar di Malaysia, Idris berhasil mendapatkan berbagai penghargaan.
Diantaranya sebagai pegawai penghubung terbaik dari Jabatan Pendidikan Sabah Malaysia hingga dinobatkan sebagai tokoh yang mengembangkan kerjasama antarbangsa di bidang kepramukaan dari Pengakap Sabah Malaysia.
Penghargaan dalam negeri pun tak luput ia dapatkan. Ia diganjar sebagai PNS berprestasi kategori inspiratif oleh Pemerintah Provinsi Jawa barat (Jabar) mewakili Kota Sukabumi.
Hal ini karena Idris selalu memberikan inovasi-inovasi di bidang pendidikan, salah satunya yaitu melakukan program "punishment base product" yang ia terapkan ketika mengajar di Malaysia.
Program tersebut yakni sebuah hukuman yang berbasis pada produk, dimana anak-anak yang "nakal" bukan dihukum secara hardikan atau pukulan, namun hukuman yang berbasis pada potensi dan minat bakat peserta didik.
"Misalnya peserta didik mempunyai bakat menulis maka akan dihukum dengan membuat tulisan membuat cerpen, puisi, dan lain sebagainya jikalau dia (peserta didik) mempunyai potensi dalam hal gambar maka dia akan dihukum dengan membuat poster dan lain sebagainya dan jika dia mempunyai bakat menjahit maka kita tantang dia membuat sebuah pakaian yang bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri," ujar Idris.
Dari program tersebut sang murid bisa menghasilkan karya maupun produk seperti buku, pakaian, dan poster.
Tak hanya itu, dengan punishment base produk yang digagas oleh Idris ini ternyata mampu mengantarkan peserta didiknya mendapatkan prestasi berupa beasiswa untuk melanjutkan pendidikan menengah dan bahkan hingga ke perguruan tinggi.
Lalu di masa pandemi Covid-19, Idris juga melakukan inovasi berupa pembelajaran digital dikelas dan inovasi dalam bentuk penilaian online berbasis android yang diterapkan di Sekolah tempat Idris mengajar di SDN Pakujajar.
"Penilaian yang biasanya berbasis kertas kita beralih pada online berbasis android, sehingga secara biaya akan lebih mengurangi dan secara kompetensi digital anak-anak akan semakin meningkat," pungkasnya.
REPORTER: CRP 2