SUKABUMIUPDATE.com - Ada yang menarik dari insiden bocornya gas elpiji gerobak pempek di Jalan Ahmad Yani Kota Sukabumi pada Senin, 10 Mei 2021 petang. Dalam peristiwa itu, petugas ambulans SIGAP alias Siap, seGera, Ikhlas Antar Jemput Pasien bernama Saepul Rahman dengan cekatan memadamkan api yang bersumber dari kebocoran gas tersebut.
Kepada sukabumiupdate.com, pria berusia 38 tahun ini bertutur saat itu dirinya tengah berjaga bersama petugas gabungan usai menikmati menu berbuka puasa. Sembari rehat namun tetap memantau situasi sekitar, tiba-tiba Saepul dikejutkan teriakan seorang juru parkir yang menyebut ada kebakaran. "Saya tengok ternyata ada kobaran api," katanya.
Saepul memberanikan diri mendekati api yang menyulut dari gas elpiji yang bocor. Semula ia mengaku takut, namun pria yang sudah tiga tahun mengabdikan diri menjadi petugas ambulans SIGAP itu merasa akan lebih menakutkan jika elpiji milik pedagang pempek tersebut meledak, sebab akan membahayakan orang banyak. "Lebih baik saya saja, kalaupun terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sudah nasib, makanya saya pasrah," ucapnya.
Tanpa berpikir panjang dengan bermodalkan niat yang kuat, Saepul bergegas mengambil alat pemadam api ringan yang tersimpan di ambulans. "Hanya baca niat bismillah dalam hati. Sudah kewajiban setiap orang untuk saling membantu dan menyelamatkan," kata Saepul. Tak berselang lama, tindakan heroiknya itu berhasil memadamkan api yang berkobar di depan deretan toko Jalan Ahmad Yani.
Saepul mengaku lega lalu berbagi pengalamannya selama ia bertugas menjadi personel ambulans SIGAP. SIGAP sendiri merupakan salah satu program unggulan Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi dan Wakil Wali Kota Andri Setiawan Hamami.
Sejak 26 November 2018, Saepul bergabung dengan program ambulans SIGAP. Selama hampir tiga tahun ia mengaku bahagia karena bisa membantu warga yang tidak mampu dengan mengantarnya ke rumah sakit. "Melihat keluarga pasien yang kita tolong tersenyum ketika sampai di rumah sakit itu bahagia," tutur dia.
Namun sejak Pandemi Covid-19, Saepul kerap mendapat tantangan ketika akan merujuk pasien ke sebuah rumah sakit yang sudah penuh. Situasi itu membuat dirinya dilema dan sempat berpikir kembali ke rumah. "Tapi bagaimana jika itu keluarga kita, makanya kita terus berkoordinasi di grup sampai pasien tersebut aman, baru istirahat tenang," pungkasnya.