SUKABUMIUPDATE.com - Sosok Jakob Oetama selalu identik dengan perusahaan media Kompas. Pendiri Kompas Gramedia ini meninggal pada Rabu, 9 September 2020.
Kepada Tempo, Jakob pernah bercerita ihwal perjuangannya mendirikan Kompas. Bermula dari 5.000 oplah, Jakob bersama rekannya P.K. Ojong hanya mengantongi modal Rp150 ribu plus mesin ketik pinjaman. Harian Kompas berdiri pada 28 Juni 1965.
Harian Kompas menarik hati pembaca dengan menggugah simpati pembaca agar tergerak dan bersimpati pada kepapaan. Sejalan dengan motto "Amanat Hati Nurani Rakyat" koran tersebut.
"Saya sering diketawai orang kalau bicara soal kalimat itu," kata Jakob sambil tertawa Dalam wawancaranya dengan Majalah Tempo pada Juni 1990 silam.
Jakob mengakui, dalam membawa amanat itu, korannya yang semakin makmur tak selalu bisa konsisten. Maka, sering muncul kritik, Kompas tidak vokal. "Mungkin juga sudah terdesak kepentingan lain, intern ataupun ekstern," ujarnya.
Kompas juga pernah salah kaprah dianggap sebagai pembawa suara Katolik, sampai-sampai muncul julukan Komando Pastor hanya karena
didirikan oleh tokoh-tokoh Katolik.
Kritik demi kritik berhasil ditepis Kompas hingga terus berkembang sampai saat ini. Setelah Kompas berkembang pesat, Jakob mengembangkan sayap perusahaan dan mendirikan sejumlah anak perusahaan, mulai dari yang bergerak di bidang media massa, percetakan, hingga universitas.
Setelah sukses dengan Kompas, Jakob juga mendirikan media berbahasa Inggris yakni, The Jakarta Post yang pertama kali terbit pada 25 April 1983.
Jakob Oetama wafat di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading pada usia 88 tahun. Setelah disemayamkan di gedung Kompas, ia akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Sumber: Tempo.co