SUKABUMIUPDATE.com - Dibalik sifat periangnya, Entut Tutiyanah (64 Tahun), warga kampung Kaum Kaler RT 02/01, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak, harus menghidupi tujuh anggota keluarganya dengan mengamen. Dengan ngamen pula, Entut ingin menyekolahkan cucunya hingga lulus.
Bermodalkan speaker yang digendong di perut, Entut menghibur pedagang di Pasar Cibadak, Rabu (7/8/2019) siang itu. Meskipun sesekali musiknya terputus, ibu dua anak ini tetap semangat mengalunkan lagu-lagu bergenre dangdut lawas sambil menyusuri kios per kios Pasar Cibadak.
BACA JUGA: Pegiat Sosial Sukabumi Mengamen, Galang Dana Buat Korban Bencana Kertaangsana
Entut ternyata baru beberapa hari ini menjadi pengamen, semua itu dilakukan karena dirinya seorang tulang punggung keluarga.
"Baru 10 hari jadi pengamen karena butuh biaya hidup," ujar Entut kepada sukabumiupdate.com.
Entut mengungkapkan, suaminya Abdul Somad (66 tahun) sudah lama menganggur, sejak 3 tahun yang lalu. Sedangkan kebutuhan hidup terus harus terpenuhi. Entut butuh Rp 100 ribu untuk memenuhi kebutuhan dapurnya per hari. Karena ada tujuh jiwa yang dihidupinya, suaminya, dua orang anaknya dan empat cucunya.
BACA JUGA: Nyanyian Sepasang Pengamen di Pabuaran Sukabumi, Suami Rela Berdandan Demi Istri
Sedangkan penghasilan mengamen tidak bisa ditentukan pendapatannya. "Kadang-kadang kalau lagi ada rezeki lebih bisa mendapakan Rp 70-80 ribu perhari, tergantung milik rezekinya sih, ya dicukup-cukupi aja," imbuhnya.
Entut memiliki cita-cita ingin membiayai cucunya, Abdul Ajis Suteja (14 Tahun) hingga sekolah yang lebih tinggi. Entut begitu sayang kepada cucunya yang kini Sekolah Madrasyah Tsanawiyah (SMP) Al-Muhawidin kelas ll, sebab sejak SD selalu dapat ranking kelas.
BACA JUGA: Komunitas Musik dan MC, Ngamen Galang Dana Bencana Longsor Cisolok
"Cucu saya sejak di SD sampai sekarang rangking terus, jadi sayang kalau tidak diteruskan, mudah-mudahan hasil dari ngamen ini bisa nyisihkan (uang) untuk biaya melanjutkan sekolah Ajis," lirihnya.
Sebelum mengamen, Entut pernah berjualan jaket cimol (jaket bekas) keliling kampung. Namun usahanya ini tak bertahan lama karena tidak memiliki modal ditambah persaingan dengan pedagang online. Selain itu jaket bekas kini bersaing dengan model jaket yang sekarang lebih bagus-bagus.
"Kan jualan jaket bekas sekarang gak laku, kan banyak model dan juga kalau dijual ke kampung susah. Lagian sekarang ada online dan jualan baju keliling juga," ujarnya.