SUKABUMIUPDATE.com - Atlet difabel di cabang olahraga atletik, Ahmad Sa'ad memiliki aktivitas lain untuk mengembangkan diri. Atlet lempar lembing dan cakram ini juga menggeluti usaha mikro, kecil, dan menengah di bidang kerajinan tas sekolah.
"Saat pertama kali merintis usaha, saya keliling sendiri dari pintu ke pintu untuk mengenalkan tas buatan saya. Saya naik sepeda motor roda tiga dari Kudus sampai ke Demak, Pati, dan Jepara," kata Ahmad saat ditemui Tempo di Stadion Sriwedari Kota Surakarta pada Kamis, 15 November 2018.
Ahmad adalah satu dari 12 atlet disabilitas yang mewakili Kudus di Pekan Paralimpik Provinsi (Peparprov) III/2018 Jawa Tengah di Kota Surakarta pada 13 - 16 November 2018. Ahmad Sa'ad tidak lagi menganggap kedua kakinya yang terkena polio sebagai penghalang untuk hidup mandiri.
Setelah lulus SD, Ahmad menganggur di rumah selama setahun. Polio yang disandangnya sejak berumur 3,5 tahun membuat bungsu dari 5 bersaudara itu enggan melanjutkan pendidikan ke SMP umum. Oleh ayahnya yang bekerja sebagai petani, Ahmad didaftarkan ke SMP Rehabilitasi Centrum RC. Prof. DR. Soeharso Kota Surakarta.
"Di SMP RC, mental saya terbentuk karena tidak merasa sendiri. Banyak teman yang kondisinya lebih parah dari saya tapi tetap penuh semangat," kata Ahmad. Setelah lulus SMP, Ahmad pulang ke Kudus dan bekerja di sebuah industri rumahan milik kakaknya yang memproduksi tas sekolah.
Berbekal pengalaman kerja selama 10 tahun, Ahmad memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri. "Kalau jadi karyawan terus ya hasilnya kecil. Hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari," kata ayah dua anak itu.
Berkat keuletan Ahmad mengenalkan produknya yang dibanderol dengan harga cukup murah, sekitar Rp 70 ribu, usaha yang baru dirintis sejak dua tahun lalu itu mulai berkembang. Dibantu istri dan seorang karyawan, tiap pekan, Ahmad bisa memproduksi 40 buah tas dengan beragam jenis dan ukuran.
"Usaha saya namanya Azam Jaya Collection. Azam itu nama anak saya," kata Ahmad yang mengaku sudah tidak sempat keliling door to door lagi. Selain menitipkan tas buatannya di toko-toko milik kenalannya di Kudus dan sekitarnya, Ahmad juga berjualan secara online via facebook. "Alhamdulillah, lumayan hasilnya," kata Ahmad.
Menurut Ahmad, tas buatannya cukup laris di pasaran karena harganya murah, mengikuti model terbaru, dan menggunakan bahan yang berkualitas. "Mereka (pembeli atau pemesan) kan nggak tahu kalau pembuatnya penyandang disabilitas. Jadi mereka membeli memang karena cocok dengan produknya (bukan lantaran kasihan)," kata Ahmad. Di sela kesibukannya menjadi pengusaha tas, sebagai atlet, Ahmad masih meluangkan waktu untuk berlatih lempar lembing dan cakram sendiri di lapangan dekat rumahnya.
Tas buatan Ahmad juga dikenakan para atlet serta official dari National Paralympic Committee (NPC) Kabupaten Kudus saat mengikuti Peparprov III/2018 Jawa Tengah. "NPC Kudus memesan 15 tas punggung lengkap dengan sablon logo Peparprov," kata Ahmad yang menjadi atlet sejak 2014. Pada Peparprov II/2014 Jateng, Ahmad menyabet satu medali perunggu di nomor lempar cakram.
Sumber: Tempo