SUKABUMIUPDATE.com - Jaka Sri Yana, 43 tahun, sama sekali tidak menyangka jika kegemarannya berolahraga bakal mengubah jalan hidupnya sebagai penyandang disabilitas yang hanya mengantongi ijazah sekolah dasar.
"Niatnya orang tua dulu saya nggak akan disekolahkan. Tapi saya yang minta meski akhirnya cuma sampai lulus SD. Waktu itu saya belum tahu kalau Rehabilitasi Centrum di Prof.DR. Soeharso Surakarta punya SMP juga," kata Jaka, atlet balap kursi roda asal Desa Bendungan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten saat ditemui Tempo pada Senin, 12 November 2018.
Jaka mengatakan, kedua kakinya lumpuh setelah virus polio menjangkiti dirinya ketika masih berumur dua tahun. "Waktu itu saya demam tinggi, sudah dibawa berobat, suntik terus, sampai akhirnya tidak bisa berjalan," kata lelaki kelahiran 9 Agustus 1975 itu.
Sejak itu Jaka beraktivitas dengan cara merangkak. Sebab, keluarganya saat itu tidak mampu membelikan kursi roda. "Kalau sekolah diantarkan orang tua. Di sekolah saya jalannya mbrangkang (merangkak dengan bertumpu pada telapak tangan dan lutut). Mau pakai tongkat kruk juga tidak bisa karena dua kaki yang kena (polio)," kata Jaka mengenangkan masa kecilnya.
Jaka baru memiliki kursi roda berkat pemberian dari temannya pada 1993. Kala itu Jaka sudah berusia 23 tahun. "Sejak 1993 sampai 2005 saya bekerja menjadi tukang jahit pakaian. Keterampilan menjahit itu berkat ikut kursus di Rehabilitasi Centrum Solo," kata Jaka. Di sela kesibukannya menjahit, Jaka juga mulai menyalurkan hobi berolahraganya. Pada tahun 1990-an, awalnya Jaka berlatih tenis lapangan.
"Sebelum jadi NPC National Paralympic Committee atau NPC, saya sudah gabung di Yayasan Pembina Olahraga Cacat atau YPOC yang kemudian berubah namanya jadi Badan Pembina Olahraga Cacat atau BPOC. Pada 1995 - 1997 saya mulai ikut balap kursi roda pakai kursi ini juga, tapi rodanya saya ganti pakai roda balap. Tapi saat itu baru cari pengalaman," kata Jaka memamerkan kursi roda pertamanya yang masih dia gunakan sampai sekarang.
Setelah cukup lama berkecimpung di dunia balap kursi roda, kesempatan Jaka menjadi atlet profesional mulai terbuka pada 2007. Mendapat kabar akan diselenggarakannya Pekan Olahraga Cacat Nasional XIII (sekarang menjadi Pekan Paralimpiade Nasional atau Peparnas) di Kalimantan Timur pada 2008, Jaka kian giat berlatih dengan kursi roda hariannya.
"Tiap pagi saya ke Stadion Sriwedari Solo naik motor roda tiga. Akhirnya saya lolos seleksi dan terpilih sebagai wakil dari Jawa Tengah untuk balap kursi roda," kata Jaka. Meski bertanding menggunakan kursi roda pemberian temannya, di Pocarnas XIII Kaltim 2008, Jaka langsung menyabet tiga medali emas di tiga nomor kelas T 53, yaitu 800 meter, 1.500 meter, dan 5.000 meter.
Saat mengikuti Peparnas 2012 di Riau, Jaka sudah menggunakan kursi balap profesional buatan dalam negeri yang harganya berkisar Rp 10 juta. Dengan kursi roda balap itu, Jaka mengulang kesuksesannya dengan menyabet tiga medali emas dari tiga nomor dan kelas yang sama dari laga perdananya pada 2008.
Di Peparnas 2016 di Bandung, Jaka kembali menyabet dua medali emas dari nomor 800 meter dan 1.500 meter. Saat Asian Para Games 2018 diselenggarakan di Jakarta pada Oktober lalu, Jaka turut membela Indonesia dengan bergabung di tim basket kursi roda.
Saat ini Jaka sedang berfokus untuk bertanding di Pekan Paralympic Provinsi (Peparprov) Jawa Tengah yang akan diselenggarakan di Kota Surakarta pada 13 - 16 November 2018. Di Peparprov Jateng, Jaka akan mewakili Kabupaten Klaten dalam cabang olahraga balap kursi roda di nomor 800 meter, 1.500 meter, dan 5.000 meter.
Karena padatnya jadwal latihan, Jaka kini sudah tidak membuka usaha jahit pakaian di rumahnya. "Alhamdulillah, perhatian pemerintah kepada atlet sudah semakin bagus. Sekarang sudah tidak ada diskriminasi untuk atlet difabel," kata ayah dua anak yang pada Jumat pekan lalu itu mendapat penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Klaten sebesar Rp 30 juta.
"Prestasi Mas Jaka Sri Yana selama ini turut mengharumkan nama Kabupaten Klaten. Semoga Mas Jaka bisa mencapai target perolehan medali di Peparprov Jateng 2018," kata Bupati Klaten Sri Mulyani pada Jumat pekan lalu.
Sumber: Tempo