SUKABUMIUPDATE.com - Adnani (51 tahun). Warga Kampung Ciputat RT 5 RW 2, Desa Ciracap, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi punya pengalaman mencekam saat menjalani rutinitasnya sebagai nelayan. Ia hampir tewas tenggelam di laut lepas karena kapal yang ditumpangi terbalik dihantam badai.
Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1994. Adnani tak sendiri, saat itu ia pergi melaut bersama satu orang rekan dan adik kandungnya yang bernama Juna.
"Kami berangkat dari Pantai Minajaya, Surade sekitar pukul 16.00 Wib. Waktu itu hari Jumat, seperti biasa kami berangkat untuk menangkap ikan menggunakan perahu ketek mesin gantar bertenaga 5 PK, " ujar Adnani ditemui sukabumiupdate.com di kediamannya, Minggu, (8/7/2018).
Sebelum berangkat, Adnani mengaku tak memiliki firasat buruk. Membawa peralatan lengkap untuk menangkap ikan, Adnani pergi melaut seperti biasanya.
Kapal pun bergerak membawa Adnani serta adik dan satu orang rekan sesama nelayan, menjauh dari pinggiran pantai. Di tengah perjalanan peristiwa yang tak diingikan pun terjadi.
"Yang saya ingat kejadiannya sekitar pukul 03.00 WIB, sudah masuk hari Sabtu. Di tengah laut, ada gumpalan angin sangat besar menerjang perahu kami," tutur Adnani.
"Anginnya sangat kencang, perahu kami terbalik," tambahnya.
Tiga orang tersebut berupaya menyelamatkan diri dengan cara memegang seutas tali yang masih terikat di perahu. Mereka berpegangan sangat erat, terbawa arus dan angin kencang bersama perahu.
Badai pun berlalu. Adnani sadar Ia sudah terbawa arus cukup jauh.
Yang Ia sadari, saat itu berada di tengah laut jalur lalu lintas kapal barang. Adnani sempat melambaikan tangan meminta pertolongan, begitupun dengan kedua orang lainnya. Namun tak satupun awak dari kapal yang melintas, meresponnya.
Bapak empat anak dari istri bernama Iis (50 tahun) ini masih ingat betul kondisi laut di sekitarnya. Penuh sampah dan serpihan kayu batangan.
"Saat itu kami sudah pasrah berharap ada nelayan. Sebenarnya sudah tidak kuat. Dingin, lapar, dan haus," kata Adnani.
Tak terasa, Adnani serta adik dan temannya terombang-ambing selama empat hari. Ketiganya berinisiatif membalikan kapal.
Selama itu, mereka berupaya bertahan hidup dengan memakan sepotong kepiting kecil untuk bertiga.
"Kami berhasil membalikkan perahu. Kemudian kami membuat dayung dari tiang bendera perahu. Kami pun mendayung dengan patokan Gununggede. Kalau malam hari arah yang kami tuju patokannya Gununggede, karena kelihatan terang," ujarnya.
Perjuangan Adnani nampaknya cukup sulit. Ia harus mendayung kapal hingga mencapai tepian pantai. Perahu pun sempat kembali terbalik diterjang gelombang.
"Akhirnya kami bertiga berenang ke tepi pantai. Antara sadar dan tidak, kami bertiga sudah berada di rumah warga di wilayah Cidaun Kabupaten Cianjur," tuturnya.
" Setelah kami pulih, kami pulang dengan memakai kendaraan umum. Ternyata di rumah sudah mendoakan menganggap hilang, tetanggapun sudah pada ngelayad, "pungkasnya