SUKABUMIUPDATE.com - Jaenal Aripin tak pernah menyangka kecelakaan motor 12 tahun silam di Bandung, Jawa Barat akan banyak mengubah hidupnya. Kecelakaan itu membuatnya harus kehilangan kedua kaki dan mengehentikan hobinya berolahraga.
Putus asa dan kehilangan semangat, Jaenal pun sempat terpuruk. Namun dukungan dari orang terdekat membuat semangatnya kembali muncul. Delapan tahun setelah kecelakaan, ajakan seorang teman untuk berolahraga di GOR Padjajaran, Bandung, menariknya kembali ke dunia olahraga.
Jaenal dikenalkan dengan dunia olahraga difabel. "Saya tanya (ke teman), olahraga seperti apa, dan dia bilang ya sama, ada larinya, bahkan ada yang kursi roda. Saya kan penasaran tuh, ya sudah datang," kata Jaenal saat ditemui Tempo di Stadion Madya, Komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, 30 Juni 2018.
Kecintaan Jaenal pada olahraga membuatnya menekuni olahraga ini. Ia memilih cabang atletik dengan pengkhususan di nomor pertandingan sprint kursi roda. Mahalnya kursi roda balap tak menghalangi niatnya untuk terus belajar. Dengan bantuan temannya, ia merakit kursi roda sendiri dengan modal seadanya.
"Dulu kita custom sendiri, di-las sana sini. Berat kursi rodanya bisa sampai 20 kilo, padahal umumnya untuk balap itu cuma lima enam kilo," kata Jaenal terkekeh.
Setahun menggeluti dunia balap kursi roda membuat nama Jaenal semakin dikenal di turnamen paralimpik lokal. Ia pun mendapat bantuan kursi roda dari Kementerian Pemuda dan Olahraga seharga Rp 180 juta pada 2015 silam. Bermodal kursi roda balap pro, nama Jaenal mulai melejit di kancah dunia dan menjadikanya salah satu atlet difabel terbaik Indonesia.
Keluarga menjadi sosok terpenting dalam hidup Jaenal hingga dapat seperti ini. Mulai dari saat ia kecelakaan hingga dapat bangkit kembali dan menggeluti dunia olahraga, keluarga menjadi pendukung pertama pria asal Bandung, Jawa Barat itu.
"Keluarga nggak bisa diungkapkan lagi lah (perannya). Mulai saya terpuruk sampai bisa sejauh ini di olahraga, mereka selalu support. Selalu kasih doa, nggak pernah putus. Mulai dari orang tua, istri, dan bahkan sekarang ada penyemangat anak saya," kata Jaenal.
Saat ini pria berusia 30 tahun itu tercatat masuk ke 10 besar dunia di dua nomor pertandingan. Ia berada di peringkat 6 di nomor 100 meter T54 dan peringkat 7 di nomor 200 meter T54. Pada Mei 2018 lalu, bapak satu anak ini bahkan berhasil merebut medali emas di nomor 200 meter T54 pada Kejuaraan Dunia Grand Prix Beijing. Sedangkan di nomor 100 meter T54 ia meraih peringkat dua.
Jaenal bermimpi dapat membela Indonesia di turnamen multi event empat tahunan Paralympic 2020 di Tokyo mendatang. Namun saat ini, ia mengatakan ingin fokus di Asian Para Games 2018 dan banyak mengikuti kompetisi internasional. Ia akan turun di tiga nomor, yakni 100 meter T54, 200 meter T54, dan 400 meter T54.
"Target pribadi sih Inshaallah medali emas (di Asian Para Games 2018). Tapi yang jelas saat ini targetnya (dapat) medali dulu," kata Jaenal.
Saat ini Jaenal tengah mengikuti test event para atletik yang diselenggarakan Panitia Pelaksana Asian Para Games 2018 (INAPGOC) di Stadion Madya, Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Meski hanya diikuti oleh peserta dalam negeri, test event ini menjadi persiapan awal INAPGOC untuk menyelenggarakan Asian Para Games 2018 yang akan dihelat pada 6 Oktober hingga 13 Oktober 2018 mendatang.
Sumber: Tempo