SUKABUMIUPDATE.com - Warga Kampung Cinyocok, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Desi Ependi, tahun ini untuk ketiga kalinya menjalankan ibadah puasa Ramadhan di Negeri Jiran, Singapura, tepatnya Singapore Jurong west.
Awal keberangkatan Desi ke Negeri Singa, ketika berniat menyekolahkan kedua anaknya serta mengubah nasib keluarga. Status sebagai single mother, membuat Desi bulat tekad merantau ke negeri mini itu, bekerja sebagai baby sitter.
BACA JUGA: 12 Tahun di Hong Kong, Wanita Sukabumi Ini Kangen Bakso Kampung Pamatutan
“Awalnya di sini bekerja merawat nenek yang sudah jompo, tapi karena sudah meninggal dunia, saya beralih menjadi baby sitter,†jelasnya, Rabu (14/6).
Seperti halnya Indonesia, umat Muslim di Singapura juga tengah menjalankan ibadah Puasa Ramadhan. Karena sudah menjadi tahun ketiganya di negara yang berada di Utara Indonesia itu, ia mengaku sudah tidak merasakan perbedaan dengan berpuasa di negeri sendiri.
"Hanya saja jam sahur dan buka puasanya saja yang beda. Di sini sahur jam 05.00 dan buka jam 06.00,†jelas Desi.
BACA JUGA:Â Valle, Pemuda Kota Sukabumi Ini Dua Kali Puasa dan Lebaran di Atas Kapal di USA
Hanya saja, walapun sudah terbiasa, namun rasa rindu kepada keluarganya tentu tak terbendung. “Rindu banget sahur dengan anak, ngabuburit, masakin buat anak. Ingin nganter dan melihat anak belanja baju Lebaran,†ujar ibu dua anak itu.
BACA JUGA:Â Dari Taipei, Rindu Siti pada Suara Beduk di Gegerbitung Kabupaten Sukabumi
Namun begitu, perempuan berjilbab itu mengaku bersyukur tidak ada larangan ataupun mengalami kesulitan selama berpuasa. Hanya saja, menurutnya, cuaca panas menjadi salah satu tantangan terberat menjalani Rukun Islam ketiga itu.
“Kebetulan majikan saya Muslim. Kalau Shalat Tarawih, kita berjamaah saja di rumah,“ tambah Desi lagi.
BACA JUGA:Â Berpuasa di Negeri Orang, Gadis Kota Sukabumi Melawan Rasa Kangen
Sementara itu, di tanya soal makanan khas Indonesia yang paling dirindu, Desi menjawab, tidak ada. Karena menurutnya, kapan pun ia rindu masakan khas Indonesia, ia bisa kapan saja memasaknya sendiri.
Selama dua tahun ke belekang, Desi dan keluarga majikan biasa menjalankan Shalat Ied di Masjid Alkahfi. "Tapi yang paling ngangenin itu, saya sudah ingin banget Shalat Ied dengan anak-anak. Tapi juga harus kuat di sini demi anak-anak,†lirih Desi.
Mengakhiri perbincangan via WhatsApp dengan sukabumiupdate.com, Desi menyampaikan pesan untuk keluarganya, “doakan saya di sini. Hidup sebagai perantau, panis manisnya ditelan sendiri. Doakan agar saya kuat menghadapinya,†pungkas Desi.