SUKABUMIUPDATE.com -Â 2017, menjadi tahun pertama bagi Siti Aisah, wanita asal Kampung Cijawati, Desa Karangjaya, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, berpuasa di negeri orang. Siti kini, tinggal di Taiwan, tepatnya di Kota Taipei.
Diakui Siti, yang bekerja sebagai care giver, atau perawat lansia, sangat sulit mendapat izin dari majikan untuk beribadah puasa. Hal tersebut, bukan karena mereka anti terhadap Islam, melainkan karena kurangnya pemahaman mereka tentang ajaran yang dibawa Rasulullah SAW itu.
Mayoritas warga negara Taiwan memeluk Konghucu, sehingga bagi yang tidak memahami ajaran Islam, berpuasa 15 jam sehari, dinilai tidak masuk akal. "Mereka sangat takut aku mati kelaparan,†imbuh Siti kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (3/6) malam, via pesan WhatsApp.
BACA JUGA:Â Berpuasa di Negeri Orang, Gadis Kota Sukabumi Melawan Rasa Kangen
Ditambahkannya, perbedaan waktu Taiwan dengan Indonesia, relatif tidak begitu lama, hanya selisih satu jam. Di Taiwan, waktu lebih cepat satu jam dibanding Waktu Indonesia Barat (WIB). Jika waktu Imsak di Sukabumi pukul 04.26 WIB, di Taipei jam 3.30. Sedangkan untuk Maghrib pukul 17.45 WIB di Sukabumi, jika di Taipei jam 18.40.
Tetapi, karena dengan niat ikhlas dalam hati ingin melaksanakan Rukun Islam ketiga, Siti selalu meyakinkan sang majikan bahwa manusia tidak akan mati hanya karena melaksanakan ibadah shaum Ramadhan.
“Rintangan kedua menjalani ibadah Puasa di sini, saat sahur. Karena tidak sepenuhnya mendapatkan izin, banyak teman sesama tenaga kerja Indonesia yang tidak kebagian makan sahur, karena memang tidak disediakan,†keluh wanita kelahiran 1991 itu.
BACA JUGA:Â Notaris Humanis, dari Jepang hingga Jampang Kabupaten Sukabumi
Lebih jauh, ia mengungkapkan, sangat merindukan suasana Shalat Tarawih di kampung halaman. Terlebih, akunya, di negara di mana ia tinggali kini, shalat tarawih relatif sulit dilakukan, mengingat jarak dari tempat tinggalnya ke masjid cukup jauh.Â
"Tapi saya tetap bersyukur. Sudah diizinin untuk melaksanakan shalat lima waktu aja, sudah alhamdulillah,†ucap Siti.
Selain Shalat Tarawih, anak pertama dari dua bersaudara itu mengaku, sangat merindukan suara beduk Maghrib, saat berbuka Puasa yang tak pernah lagi ia dengar selama tinggal dan bekerja di Taipei.
“Semoga perjungan saya bekerja di sini, untuk mendapatkan gaji yang lebih besar membawa berkah. Saya kuat menjalaninya, dan saya bersyukur keluarga di rumah selalu sehat dan bahagia,†pungkas Siti.