SUKABUMIUPDATE.com - Idgar Mariam Ningtiyas, gadis warga Jalan Bhayangkara, Kota Sukabumi, sudah sejak 2015 lalu bekerja di salah satu perusahaan di Kota Shizuoka Ken Numazushi, Jepang.
Bagi Idgar, tahun 2017 ini merupakan tahun ketiga jauh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya, ketika ia harus menjalani ibadah Puasa di Negeri Sakura, dalam suasana berbeda, dan serba sendiri.
“Kontraknya untuk bekerja tiga tahun di sini, tanpa diperbolehkan pulang, apapun yang terjadi,†jelasnya kepada sukabumiupdate.com melalu pesan WhatsApp, Sabtu (27/5).
BACA JUGA:Â Notaris Humanis, dari Jepang hingga Jampang Kabupaten Sukabumi
Sama halnya dengan Indonesia, di Jepang pun, awal Puasa ditetapkan hari ini. “Saya sekarang sedang melaksanakan ibadah Puasa. Di sini Puasa tepat pada musim panas, berarti saya puasa 17 jam. Subuh jam 02.53 dan Maghrib pukul 19.05,†tambah anak kedua dari empat bersaudara, warga Gang Rawasalak itu.
Menurut Idgar, hal paling menjadi rintangan puasa di Negeri Sakura, karena di sini ada empat musim. "Kalau lagi musim panas itu sampe 35 derajat, dan kalau musim dingin itu sampai 0 derajat. Buat saya yang sedang puasa, sama saja seperti di Indonesia, tantangan Puasa ya menahan haus karena cuaca panas," jelas Idgar
BACA JUGA:Â Siaran Menawan Larasati Sukabumi
Namun, ia mengaku mencoba jalani semuanya dengan ikhlas, agar semua yang dijalani tidak terasa berat, walaupun di hati sudah berat sekali menahan rindu.
“Udah sedih banget tiga kali Puasa, tiga kali Lebaran jauh dari keluarga. Yang bangunin sahur hanya alarm, tapi gak apa-apa, tahun depan saya sudah Puasa dan Lebaran di rumah,†kata gadis berusia 22 tahun itu.
Ia menambahkan, tidak ada larangan menjalankan Puasa atau ibadah lain dari kantornya. Hanya saja, tidak boleh mengganggu jam bekerja. "Di sini saya juga merasa lebih dekat dengan Allah, karena selalu dekat dengan orang-orang yang baik, walaupun berbeda agama," imbuhnya.
BACA JUGA:Â Kisah: Pahit Manis Dunia Marketing Sukabumi
Untuk sekadar melawan rasa kangen orang tua dan kampung halaman, Idgar memilih menghabiskan hari liburnya dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Negeri Matahari Terbit itu.
Apapun rintangan berpuasa di negeri orang, bagi Idgar, yang paling berat tetaplah menahan kangen kepada orang tuanya. “Untuk mamah aku tersayang, ibu Suningsih, tunggu anakmu pulang tahun depan, dan bisa puasa bareng lagi. Insha Allah kita berangkat umrah bareng dari hasil kerjaku.â€