SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah perayaan Hari Puisi Nasional yang jatuh setiap 28 April, nama Philipus Joko Pinurbo kembali bergema di hati para penyuka sastra. Pria yang akrab disapa Jokpin ini adalah salah satu sastrawan besar yang dimiliki Indonesia. Lahir di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, 11 Mei 1962, Jokpin telah meninggalkan jejak mendalam.
Dikenal dengan gaya penulisan yang unik, Jokpin mampu memadukan humor, ironi, dan satir sosial dengan lirik yang lembut serta budaya populer. Karya-karyanya bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi refleksi kehidupan sehari-hari yang dikemas elegan. Mulai mengenal dunia puisi sejak SMA, Jokpin terus mengasah bakatnya hingga menyelesaikan pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang kini menjadi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Namun perayaan kali ini juga terasa penuh haru. Jokpin telah berpulang pada usia 61 tahun, tepatnya pada Sabtu pagi, 27 April 2024, di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Berita kepergiannya menyisakan duka mendalam bagi dunia sastra Indonesia.
Jokpin meninggalkan istri tercinta, Nurnaeni Amperawati Firmina, serta dua anak, Paskasius Wahyu Wibisono dan Maria Azalea Anggraeni. Ia juga meninggalkan menantu, Alexander Gilang Samudra Rajasa dan dua cucu yang menjadi kebanggaannya. Keluarga adalah salah satu sumber inspirasi terbesar Jokpin dalam berkarya.
Baca Juga: Lahir di Sukabumi, Sastrawan Joko Pinurbo Meninggal Dunia
Jokpin adalah bukti bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk menyentuh, menyembuhkan, dan menyatukan. Hari Puisi Nasional ini menjadi momen tepat untuk kembali merenungkan betapa besar peran sastra dalam membangun jiwa bangsa. Warisan Jokpin tidak hanya pada lembaran kertas, tetapi juga dalam hati setiap pembaca yang pernah tersentuh oleh puisinya.
Penghargaan pun telah banyak menghampiri Jokpin sebagai pengakuan atas prestasinya. Tahun 2023 lalu, ia meraih penghargaan Achmad Bakrie XIX atau Achmad Bakrie Awards 2023 untuk kategori sastra. Beberapa penghargaan lainnya termasuk Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001,2012), dan Hadiah Sastra Lontar (2001).
Ada pula Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014), dan Anugerah Kebudayaan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (2019).
Karya-karya sastrawan ini juga tak terbatas pada puisi. Jokpin membuat beberapa buku puisi seperti Celana (Magelang: Indonesia Tera, 1999; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018), Di Bawah Kibaran Sarung (Magelang: Indonesia Tera, 2001), Pacarkecilku (Magelang: Indonesia Tera, 2002), Telepon Genggam (Jakarta: Kompas, 2003; Yogyakarta: Basabasi, 2016; Diva Press, 2019), Kekasihku (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2004; Jakarta: Omah Sore, 2010), Pacar Senja (Jakarta: Grasindo, 2005), Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), Kepada Cium (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), Tahilalat (Jakarta: Omah Sore, 2012; Yogyakarta: Basabasi, 2017), Baju Bulan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), Surat Kopi (Motion Publisihing, 2014; Jakarta: Grasindo, 2019), Bulu Matamu: Padang Ilalang (Motion Publisihing, 2014; Yogyakarta: Diva Press, 2019), Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016) dan masih banyak lainnya.
Karya lainnya termasuk buku cerita Srimenanti (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019), kumpulan esai Bermain Kata, Beribadah Puisi (Yogyakarta: Diva Press, 2019), Berguru kepada Puisi (Yogyakarta: Diva Press, 2019) dan terjemahan (puisi) Trouser Doll (Jakarta: Lontar, 2002), dan Borrowed Body and Other Poems/Geliehener Korper und Andere Gedichte(Jakarta: Lontar, 2015).