Nyai Djuaesih, Pejuang Hak Perempuan dari Sukabumi yang Disejajarkan dengan RA Kartini

Sukabumiupdate.com
Senin 21 Apr 2025, 19:30 WIB
Nyai Djuaesih, Aktivis Wanita Asal Sukabumi Perintis Muslimat NU. | (Sumber : NU Online)

Nyai Djuaesih, Aktivis Wanita Asal Sukabumi Perintis Muslimat NU. | (Sumber : NU Online)

SUKABUMIUPDATE.com - Dalam sejarah perjuangan emansipasi wanita Indonesia, nama Raden Ajeng Kartini memang telah menjadi simbol nasional. Namun, di berbagai daerah, banyak perempuan lain yang juga memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak dan martabat kaumnya. 

Salah satunya adalah Nyai Djuaesih, tokoh perempuan asal Sukabumi yang berjasa atas berdirinya Muslimat NU dan beliau juga turut menandai bangkitnya kaum wanita di tatar Pasundan.

Bahkan hebatnya lagi, Nyai Djuaesih yang kiprah dan dedikasinya dalam pendidikan, pendakwah, aktivis dan pemberdayaan perempuan membuatnya disejajarkan dengan RA Kartini.

Nyai Djuaesih tercatat sebagai perempuan pertama yang tampil di mimbar resmi Nahdlatul Ulama (NU), dalam gelaran Muktamar ke-13 yang diselenggarakan di Menes, Banten, pada tahun 1938.

Dalam kesempatan itu, ia secara terbuka menyuarakan pentingnya akses pendidikan bagi kaum perempuan. Ia juga mendorong agar perempuan berani menyuarakan aspirasinya dan mengambil peran aktif dalam kehidupan sosial.

“Di dalam agama Islam, bukan saja kaum laki-laki yang harus dididik mengenai pengetahuan agama dan pengetahuan lain. Kaum wanita juga wajib mendapatkan didikan yang selaras dengan kehendak dan tuntutan agama. Karena itu, kaum wanita yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama mesti bangkit,” Ucap Nyai R Djuaesih dengan lantang di forum permusyawaratan tertinggi NU, dikutip dari NU Online. 

Nyai Djuaesih dilahirkan di Sukabumi pada Juni 1901. Ia tidak bersekolah secara formal, tetapi mendapatkan pendidikan agama secara langsung dari kedua orang tuanya, yakni R.O. Abbas dan R. Omara S., yang memberikan dasar keilmuan keislaman padanya.

Sebagai mubalighah, kemampuannya dalam menyampaikan dakwah tumbuh secara alami dan dikenal luas di wilayah Jawa Barat. Ia kerap mengisi ceramah agama untuk kalangan ibu-ibu di berbagai daerah seperti Pandeglang, Tasikmalaya, Sukabumi, Ciamis, hingga Bekasi.

Di mata masyarakat, Nyai Djuaesih merupakan sosok pendidik sekaligus pegiat sosial yang mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan kaum perempuan, terutama di Sukabumi dan sekitarnya. 

Setelah cukup umur, Nyai Djuaesih menikah dengan Danuatmadja, yang juga dikenal sebagai H. Bustomi. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai tiga anak. 

Komitmennya terhadap pentingnya pendidikan tercermin dalam keputusannya menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga formal hingga mereka lulus dari MULO, setara sekolah menengah pertama pada masa Hindia Belanda.

Nyai Djuaesih Disejajarkan dengan RA. Kartini

Kontribusi besar Nyai Djuaesih dalam memperjuangkan martabat dan peran perempuan di lingkungan Nahdlatul Ulama menjadikannya sejajar dengan sosok R.A. Kartini dalam konteks emansipasi. 

Pengakuan atas peran penting ini datang dari Nurfitriana Busyro, seorang aktivis perempuan sekaligus anggota DPRD Jawa Timur, yang juga istri dari Mantan Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim.

Dalam rangka peringatan Hari Santri tahun 2018, Nurfitriana menulis sebuah artikel di portal matamaduranews.com, di mana ia menyebut tiga tokoh santriwati yang dinilainya memiliki kontribusi besar terhadap perjuangan hak-hak perempuan di Indonesia. 

Ketiga tokoh itu adalah Nyai Siti Walidah Dahlan, Raden Adjeng Kartini, dan Nyai Hajjah R. Djuaesih. Nurfitriana menilai bahwa Nyai Djuaesih, yang berasal dari Sukabumi, pantas ditempatkan setara dengan dua tokoh besar tersebut. 

Ia menyoroti bagaimana Djuaesih mampu menembus batas-batas tradisi dalam NU yang dikenal sangat patriarkis terhadap peran perempuan. Terlebih pada masa itu, perempuan kerap dikesampingkan dari peran publik dan organisasi dengan dalih Syar’i.

“Nyai Djuaesih inilah yang berkontribusi besar terhadap gerakan perempuan di lingkungan NU, seorang pendakwah yang lugas dan penggerak emansipasi yang otodidak yang kemudian menginspirasi lahirnya Muslimat NU,” tulisnya.

Demikianlah sekilas cerita mengenai Nyai Djuaesih, sosok inspiratif yang berhasil menumbuhkan semangat pemberdayaan di kalangan perempuan, sebuah pencapaian yang layak kita banggakan.

 

Berita Terkait
Berita Terkini