SUKABUMIUPDATE.com - Abah Aos adalah Mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya setelah Abah Anom. Terbaru sang ulama itu memimpin langsung Peringatan Haul Abah Anom di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Minggu (7/1/2024) dengan Zikir dan Manaqib. Haol Abah Anom yang dipimpin oleh Abah Aos itu dihadiri oleh puluhan ribu jamaah.
Haul Abah Anom sudah ramai dengan gema zikir Laa Ilaaha Illalloh sejak pukul 02.00 WIB dini hari. Suara zikir itu dilantunkan ribuan jamaah Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah (TQN) Ma'had Suryalaya Sirnarasa.
MZ Al-Faqih, salah satu Updaters mengatakan, zikir peringatan Haol Abah Anom di Istiqlal Jakarta dipimpin langsung oleh Abah Aos.
"Kegiatan zikir dipimpin langsung oleh Abah Aos. Mursyid Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah Ma'had Suryalaya Sirnarasa," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Minggu (7/1/2024).
Baca Juga: Ribuan Jamaah Zikir di Haol Abah Anom Istiqlal, Ulama Sunda Suryalaya
Menurut informasi di laman tqnppsuryalaya.com, Abah Aos telah membersamai Pangersa Abah Anom secara Dzohir selama 43 Tahun. Adapun Abah Anom adalah sosok ulama sakti yang pernah belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Lantas, siapa Abah Aos yang memimpin langsung zikir Haol Abah Anom di Istiqlal Jakarta? Yuk, simak informasinya berikut ini!
Abah Aos, Mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah Suryalaya
Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul atau yang akrab disapa Pangersa Abah Aos merupakan Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya silsilah ke-38. Beliau lahir di Dusun Ciceuri, Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis pada tanggal 1 September 1944.
Sebelum berguru kepada Pangersa Abah Anom, Abah Aos memanfaatkan masa mudanya untuk mempelajari ilmu Agama di Pesantren Gegempalan, yang pada kala itu dipimpin oleh Ajengan Iskandar Gegempalan, di pesantren ini Pangersa Abah Aos menghabiskan waktu selama 10 tahun.
Pangersa Abah dikenal dengan kecerdasan, dan kemulian akhlak yang beliau miliki, bahkan beliau diakui oleh gurunya telah berhasil menghabiskan ilmu yang dimiliki oleh sang guru. Seusai menuntut Ilmu di Pesantren Gegempalan, Abah Aos melanjutkan perjalanan untuk memperdalam dan meperluas wawasan keislaman beliau di Pesantren Cintawana, Singaparna.
Baca Juga: Mengenal Ajaran Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah, Jamaah yang Peringati Haul Abah Anom
Setelah menyelesaikan Pendidikan beliau di Pesantren tersebut, Abah Aos aktif dalam beragam macam kegiatan Keislaman yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Ciamis.
Abah Aos juga aktif dalam sebuah organisasi Islam yang cukup ternama di Indonesia yaitu Muhammadiyyah, sampai akhirnya pada tahun 1968 bertepatan dengan usia beliau yang menginjak 24 tahun, Abah Aos memutuskan untuk mengambil Talqin Dzikir dan mulai memperdalam Tashowwuf dan Thoriqoh kepada Pangersa Abah Anom di Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.
Setelah mendapatkan Talqin Dzikir hingga usia beliau berusia 67 Tahun, Abah Aos seringkali membersamai Pangersa Abah Anom dalam berbagai macam kesempatan, dan itu merupakan proses transfer keilmuan baik secara Dzohir dan Bathin dari Abah Anom kepada Abah Aos, sehinngga Jika diakumulasikan, Abah Aos telah membersamai Pangersa Abah Anom secara Dzohir selama 43 Tahun.
Selama membersamai Pangersa Abah Anom, Abah Aos hanya fokus melihat kepada Abah Anom saja, beliau menyampaikan,
“Abah hanya mengikuti apa saja yang dilakukan oleh Abah Anom, dan tidak melakukan apa yang tidak dilakukan oleh Abah Anom atau yang tidak diperintah oleh Abah Anom.” kata Abah Aos, seperti dikutip dari tqnppsuryalaya.com, Senin (8/1/2024).
Baca Juga: Mengenal Abah Anom Suryalaya yang Haulnya diperingati Ribuan Orang di Istiqlal
Semenjak tahun 1983 hingga saat ini Abah Aos menegaskan bahwa apa yang keluar dari lisan beliau berasal dari Pangersa Abah Anom, dalam beberapa kesempatan juga Abah Aos seringkali menyampaikan,
“Abah tidak mau apa-apa hanya mau Abah Anom, tidak tahu apa-apa hanya tahu Abah Anom, tidak ingin apa-apa hanya ingin Abah Anom saja.” tuturnya.
Abah Aos tidak hanya mendengar dan mengingat taujihat wal irsyadat dari Guru Agung Abah Anom, tapi juga menduplikat (copy) setiap detail yang dilakukan oleh Abah Anom mulai dari Akhlak, cara berjalan, hingga cara berpakaian.
Totalitas Abah Aos dalam mengikuti guru Agung Abah Anom salah satunya terlihat dari bentuk masjid yang didirikan oleh Abah Aos di Pesantren Sirnarasa, dimana design exterior dan interiornya hampir mirip dengan Masjid Nurul Asror yang dibangun oleh Pangersa Abah Anom di Kampung Godebag.
Baca Juga: Berpeci Merah Putih, Puluhan Ribu Jamaah TQN Padati Istiqlal: Zikir Menggema
Abah Aos juga merupakan mubaligh yang berhasil membuka dan mengembangkan titik-titik Manaqiban terbanyak yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia pada kala itu. Abah Aos bahkan seringkali ditunjuk oleh Abah Anom untuk memimpin sholat di Suryalaya, terutama ketika tokoh-tokoh besar datang untuk silahturahmi kepada Abah Anom.
Tidak hanya aktif dalam hal ceramah, Abah Aos dikenal sebagai penulis yang produktif melahirkan karya-karya ilmiah Islam khususnya bidang Tashawuf dan Thoeiqoh. Beberapa karya Abah Aos yakni Majmu’a Al Rasail yang merupakan kumpulan kitab berbahasa arab yang ditulis oleh beliau: Fada’il As Suhur, As Sunnah Al Mardiyyah fi Amaliyyah Murshidiyyah, dan Al Fathul Jalil fi Alamat al Murshid Al Kamil.
Abah Aos juga menulis beberapa buku dalam Bahasa Indonesia: Lautan tanpa tepi, Cintaku hanya untuk-MU, Menyambut pecinta kesucian Jiwa, dan Bulan Hijriah dalam dimensi sufi. Pada masa Abah Anom, Abah Aos juga secara aktif dan rutin mempublikasikan majalah berjudul “Nuqthoh” yang membahas tentang berita dan segala hal yang berkaitan dengan TQN PP Suryalaya.
Pada Tahun 1968, Abah Aos mendirikan pesantren yang diberi nama Al Ishlah. Setelah 12 tahun berdiri bersamaan dengan diberikannya gelar “Saefulloh Maslul”, Abah Anom mengganti nama pesantren tersebut dengan nama pesantren Sirnarasa.
Ponpes Sirnarasa kemudian menjadi salah tempat rehabilitasi dibawah naungan Yayasan Serba Bakti Pondok Pesanten Suryalaya. Diketahui juga mendirikan Madrasah Tsanawiyyah pada tahun 1994, kemudian disusul dengan pendirian Madrosah Aliyyah 3 tahun setelahnya.
Setelah Pangersa Abah Anom berpulang pada tahun 2011, maka tongkat estafet kemursyidan dengan sigap dan cepat diteruskan oleh Abah Aos.
Di bawah bimbingan beliau, ajaran-amalan TQN PP Suryalaya berhasil menyebar tidak hanya di seluruh wilayah Indonesia tapi juga mampu meluas hingga mancanegara. Dampak positifnya, tidak sedikit ulama-ulama Thoriqoh hingga cicit Tuan Syaikh datang menghampiri beliau, dan beberapa diantaranya memberikan kenang-kenangan berupa gelar kemuliaan kepada Abah Aos.
Sumber: tqnppsuryalaya.com