SUKABUMIUPDATE.com - Raden Ajeng Kartini (RA Kartini), biasa dikenal sebagai Kartini, adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dihormati dan dikenal karena memperjuangkan hak-hak perempuan termasuk pendidikan.
Gelar pahlawan nasional RA Kartini resmi diberikan oleh pemerintah Indonesia, sesuai Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964 silam.
Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah dan wafat di usia muda (usia 25 tahun), tepatnya tanggal 17 September 1904. Di momen Hari Pahlawan 10 November 2023, mari mengingat kembali siapa Raden Ajeng Kartini.
Baca Juga: 7 Ciri Luka Inner Child Pada Anak Broken Home, Kamu Memilikinya?
Merangkum dari berbagai sumber, berikut Profil Raden Ajeng Kartini, tokoh pejuang hak-hak perempuan di Indonesia!
Profil RA Kartini
Raden Adjeng Kartini Djojo Adhiningrat adalah nama lengkap dari Kartini, mengutip bpmriau.kemdikbud.go.id. Silsilah keluarga Kartini dari garis keturunan ayahnya, merupakan keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono VI sekaligus keturunan dari Kerajaan Majapahit.
Raden Ajeng Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Merujuk bctemas.beacukai.go.id, anak ke 5 dari 11 bersaudara ini merupakan sosok wanita yang sangat antusias dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Depresi Pada Anak Tanpa Obat Agar Mental Sehat
Kartini meninggal dunia selang beberapa hari setelah melahirkan anak pertama bernama R.M Soesalit pada 13 September 1904. Tepatnya 4 hari setelah kelahiran R.M Soesalit, ketika usia Kartini masih relatif muda, yakni 25 tahun.
Setelah kematian Kartini, seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr.J.H Abendanon mulai membukukan surat menyurat kartini dengan teman-temannya di eropa. Buku Kartini itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Raden Ajeng Kartini dibesarkan dalam keluarga bangsawan Jawa yang pada masa itu menganut tradisi yang ketat. Kala itu, perempuan diharapkan untuk hidup terbatas dan memiliki akses yang sangat terbatas terhadap pendidikan formal.
Meski demikian, Kartini mendapat akses terhadap buku-buku dan pendidikan informal yang diberikan oleh ayahnya.
Sumber: Berbagai Sumber.