SUKABUMIUPDATE.COM - Siang itu, Rabu (17/8), jarum jam menunjuk angka 14.35 WIB. Setelah menunggu sekira 20 menit di halaman sebuah studio musik di Jalan Pelda Suryanta, Nangeleng, seorang wanita berparas ayu akhirnya keluar dari dalam studio untuk menerima sukabumiupdate.com.
Puri Pertiwi, wanita berkulit putih ini, membalut tubuhnya dengan kaos oblong ketat warna putih dipadupadan rok pendek berwarna kuning.
Di ruang studio latihannya tersebut, Puri menyambut kami dengan ramah. Setelah saling memperkenalkan diri, obrolan dilanjutkan di halaman studio yang biasa digunakan untuk tempat kongkow kru studio.
“Hapunten ngantosan lami, kapameng nuju latihan,†ujar pemilik rambut panjang bergelombang dengan tinggi badan 168 cm dan berat 51 kg ini, mengawali obrolan seraya melempar senyum manisnya.
Puri Pertiwi, atau karib disapa Puri. Wanita cantik kelahiran Sukabumi, 17 Januari 1983 ini, merupakan anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan seniman Sunda kenamaan asal Sukabumi yang populer pada era 80 hingga awal tahun dua ribuan Uyan Asmi dan Eli Yulia.
Setelah beberapa menit beramah tamah, warga Perum Bumi Cisaat Pratama, Kecamatan Cisaat yang memiliki hobi bernyanyi dan travelling ini, mulai menceritakan rencana peluncuran single bergenre sunda house perdananya, berjudul Hayang Iiihh Diapelan (recycle dari Hayang Apel lagu milik alm. Uyan Asmi-red).
Cipta Bersama Mahakarya (CBM) dipilih Puri sebagai labelnya. CBM bukanlah perusahaan label biasa. Setidaknya, girl band Cherrybelle, artis dangdut Irma Darmawangsa, dan Tika T2 masih bernaung di bawah label tersebut. Bersama CBM, Puri dikontrak artis selama satu tahun, dan kontrak lima tahun untuk ring back tone (RBT).
Dunia tarik suara memang bukan hal asing baginya, selain memiliki darah seniman yang mengalir dari sang ayah, menyanyi juga merupakan hobinya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Hingga memasuki usia dewasa, Puri sering tampil dari café ke café.
Prinsipnya, musik adalah Puri itu sendiri, bak dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
Namun suasana menjadi hening, ketika Puri akan menceritakan mengenai suka dan dukanya selama meniti karir. Pada awalnya, menurut pemilik gigi gingsul ini, ia sempat mendapat penolakan dari alm. sang ayah.
“Bapak berpesan agar Puri tidak mengikuti jejaknya. Puri diminta fokus melanjutkan pendidikan saja,†ungkapnya. Ia berhenti berbicara sejenak seperti tengah menahan sedih, bola matanya nampak berkaca-kaca.
“Bapak orangnya sangat sederhana, dan selalu mengajarkan kesederhanaan hidup kepada semua anaknya,†tambahnya.
Hingga kini, Puri selalu mengingat semua pesan alm. ayahnya. Seperti diceritakan sang ayah, kehidupan dunia seniman sangat keras, belum tantu putrinya itu kuat menghadapinya.“Omongan bapak itu terbukti semua benar. Dunia seni memang keras.â€
Namun Puri memilih tidak bergeming. Ia keukeuh dengan pilihan hidupnya. Bahkan ketika banyak komentar miring yang menudingnya tidak memiliki kemampuan vokalitas mumpuni, dan hanya aji mumpung memanfaatkan nama besar ayahnya, ia tetap tegak berdiri.
Bahkan tidak hanya sampai di situ, Puri juga pernah alami tiga kali gagal lolos audisi pada ajang pencairan bakat di stasiun televisi nasional.
Tetapi sekali lagi, Puri adalah Puri. Cita-citanya untuk mempopulerkan kembali karya-karya alm. Uyan Asmi dalam album the best bergenre sunda house, serta mendirikan museum yang memajang semua karya dan koleksi pribadi milik bapaknya, terpatri kuat dalam hati.
Dan kini, perlahan namun pasti, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Puri kian dikenal banyak orang, terlebih setelah ia kini sukses menembus persaingan ketat di blantika musik nasional.
Selamat ya, Puri.