SUKABUMIUPDATE.com - Wayang Golek termasuk salah satu ragam kesenian wayang yang dibuat dari kayu dan merupakan hasil perkembangan dari wayang kulit. Meskipun Wayang Golek memiliki banyak perbedaan dengan wayang kulit, tetapi pakem dan jalan cerita wayang golek ini sama dengan wayang kulit.
Wayang Golek dengan bahasa Sunda diperkirakan mulai berkembang di Jawa Barat pada abad ke 17, tepatnya masa Kesultanan Mataram.
Zaman dahulu, Wayang Golek sering ditayangkan di televisi atau diputar di radio. Namun beralih zaman, kini Wayang Golek bisa ditonton di berbagai platform media sosial hanya bermodalkan internet saja.
Baca Juga: Jejak Pegasus, Alat Sadap Mematikan Pembungkam Suara Rakyat Indonesia
Wayang Golek sebagai hasil dari kebudayaan budaya Sunda merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh di dalam penggalian makna nilai budaya Sunda silih asih, silih asah, dan silih asuh.
4 Golongan Tokoh Wayang Golek
Mengutip penelitian Sauky, M. Asfahani; Bukhori, Bukhori. (2021), nilai budaya Sunda silih asih, silih asuh, dan silih asah dekat dengan 4 golongan Tokoh Wayang Golek. Lebih lanjut berikut penjelasan 4 4 golongan penokohan Wayang Golek dalam penelitian bertajuk "Makna Sosial dalam Nilai-nilai Budaya Sunda pada Lakon Wayang Golek Ki Dalang Wisnu Sunarya":
- Golongan Satria, digambarkan memiliki bentuk tubuh dekat dengan sifat keluwesan, ketenangan, kelemahlembutan, kegagahan, dan kecerdasan.
- Golongan Ponggawa, digambarkan sebagai tentara yang ditampilkan dengan bentuk tubuh yang tegap, tegas, mata besar, alis tebal, berkumis, dan memiliki hidung yang mancung.
- Golongan Buta (raksasa), digambarkan memiliki bentuk tubuh tinggi besar, mata melotot, alis tebal, hidung besar, dan bertaring atas bawah.
- Golongan Panakawan/Punakawan, ditampilkan dengan bentuk yang khas dan karakteristik umumnya berbentuk manusia cébol, cacat, dan buruk rupa, serta tidak proporsional jika dibandingkan dengan tokoh wayang lainnya. Perwujudan yang demikian itu berlaku secara universal dalam dunia pewayangan di Indonesia.
Baca Juga: Profil Rahmania Astrini, Penyanyi Special Guest Konser Coldplay di Jakarta
Seperti diketahui, dalam kebudayaan Sunda terdapat bahasa, sastra, dan aksara yang dianggap bernilai, berharga, dan dianggap penting dalam hidup setiap anggota masyarakatnya. Dan untuk pembahasaan nilai budaya silih asih, silih asuh, dan silih asah yang cukup populer adalah sebagian dari nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam kebudayaan Sunda.
Ya, silih asih, silih asuh, dan silih asah merupakan salah satu dari sekian banyaknya nilai budaya yang terdapat di dalam kebudayaan Sunda.
Silih asih yaitu saling menyayangi dan mencintai yang dapat dilakukan dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Pemberian ungkapan tadi dapat dilakukan dengan cara saling menjaga, mengasuh, dan merangkul antara individu satu dengan yang lain, hal ini yang dimaksud dengan silih asuh serta bukti nyata nilai tersebut tercermin di dalam silih asah.
Sumber: Jurnal UIN SGD