SUKABUMIUPDATE.com - Felix Yanwar Siauw atau lebih dikenal dengan nama Ustadz Felix Siauw merupakah salah seorang mualaf asal etnis Tionghoa-Indonesia. Ia adalah seorang pendakwah sekaligus penulis bernuansa agamis.
Ustadz Felix Siauw memutuskan untuk memeluk agama Islam sejak masa perkuliahan dan turut bergabung menjadi salah satu aktivis gerakan Islam, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Sosok Mualaf keturunan Tionghoa ini cukup dikenal luas masyarakat tak hanya karena dakwahnya melainkan juga perjalanan yang ia tempuh sebelum pindah agama. Sebelum resmi menjadi muslim, Kisah Mualaf yang beredar luas yakni Ustadz Felix Siauw adalah seorang yang tidak beragama meski tetap percaya akan adanya Tuhan.
Simak Kisah Mualaf Ustadz Felix Siauw berikut ini seperti dilansir dari MUI DKI Jakarta!
Sebuah kutipan Felix Siauw soal 'Aku dan Islam' yang membekas di masyarakat berbunyi:
“Jika kamu masih mempunyai banyak pertanyaan, maka kamu belum dikatakan beriman, Iman adalah percaya apa adanya, tanpa reserve”.
Itulah kutipan yang selalu diingat oleh Felix Siauw selama menjalani kehidupan di dunia ini. Kala itu, Ustadz Felix Siauw berusia 12 tahun dan masih berstatus sebagai penganut agama Kristen Katolik.
Baca Juga: Penjelasan Ustadz Abdul Somad Tentang Pahala Membaca Alquran Pakai HP
Kala itu banyak sekali pertanyaan yang terbersit di benak Felix Siauw. Namun ada tiga pertanyaan yang paling besar yakni:
"Darimana asal kehidupan ini?"
"Untuk apa adanya kehidupan ini?"
"Akan seperti apa akhir daripada kehidupan ini?"
Dari tiga pertanyaan tersebut muncul kembali pertanyaan-pertanyaan turunan yaitu:
"Kenapa Tuhan pencipta kehidupan ini ada 3, tuhan bapa, putra dan roh kudus? Darimana asal tuhan bapa?"
"Mengapa tuhan bisa disalib dan dibunuh lalu mati, lalu bangkit lagi?"
Namun, seolah mulai dibukakan pintu menuju agama Islam, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut justru selalu mengambang dan tak memuaskan bagi sosok pendakwah keturunan Tionghoa itu.
Ketidakpuasan yang ada lantas mendorong Felix Siauw untuk mencari jawaban di dalam Alkitab, kitab yang datang dari Tuhan, yang ia pikir saat itu bisa memberikan jawaban.
Sejak saat itu, Felix Siauw mulai mempelajari isi alkitab yang belasan tahun tidak pernah saya buka secara sadar dan sengaja. Sontak, betapa terkejut dirinya usai sedikit berusaha memahami dan mendalami Alkitab.
Felix Siauw baru saja mengetahui bahwa 14 dari 27 surat dalam injil perjanjian baru ternyata ditulis oleh manusia. Ia hampir tidak percaya bahwa lebih dari setengah isi kitab yang katanya disebut 'kitab Tuhan' justru adalah hasil tulisan tangan manusia, yaitu Santo Paulus.
Lebih terkejut lagi ketika Felix Siauw mengetahui bahwa sisa kitab yang lain juga merupakan tulisan tangan manusia setelah wafatnya Tuhan Yesus.
Analogi sederhana dari hal itu adalah Yesus pun tidak mengetahui apa isi injilnya. Lebih dari itu, konsep trinitas yang menyatakan tuhan itu tiga dalam satu dan satu dalam tiga (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) yang merupakan inti dari ajaran Kristen pun ternyata adalah hasil konggres di kota Nicea pada tahun 325 M.
Pun ketika proses mencari jawaban di dalam alkitab, Felix Siauw menemukan sangat sedikit sekali keterangan yang diberikan di dalam alkitab tentang kehidupan setelah mati, hari kiamat dan asal usul manusia.
Setelah proses pencarian jawaban di dalam Alkitab, Felix Siauw memutuskan bahwa agama yang ia anut tidaklah pantas untuk dipertahankan atau diseriusi. Ini karena kitab Tuhan yang ia jajal untuk mencari jawaban memuaskan tak kunjung menjawab pertanyaan mendasar serta tidak memberikan pedoman dan solusi dalam menjalani hidup ini.
Bukan Atheis! Sejak saat itu, Felix Siauw memutuskan untuk menjadi seseorang yang tidak beragama, tetapi tetap percaya kepada Tuhan.
"Saya mengambil kesimpulan bahwa semua agama tidak ada yang benar, karena sudah diselewengkan oleh penganutnya seiring berjalannya waktu. Saya menganggap semua agama sama, tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Saya juga berpandangan bahwa Tuhan laksana matahari, dimana para nabi dengan agamanya masing-masing adalah bulan yang memantulkan cahaya matahari, dan pemantulan itu tidak ada yang sempurna, sehingga agama pun tidak ada yang sempurna tanpa sadar waktu itu saya masuk kedalam ideologi sekular." Ujar Ustadz Felix Siauw, dikutip via muidkijakarta.or.id, Rabu (5/4/2023).
Selepasnya, Felix Siauw memutuskan menjadi manusia yang sinkretis dan pluralis pada waktu itu.
Seolah diberikan jalan menuju agama Islam, semua pandangan Felix Siauw berubah 5 tahun kemudian ketika Felix Siauw memasuki semester ketiga kuliah di salah satu PTN. Felix Siauw menemukan sebuah teori bahwa semua agama itu sama, hancur dengan adanya realitas baru yang di dapatkan.
Baca Juga: 3 Kesaktian Abah Anom vs Kapten Congkak, Sakti Mandraguna Bak Mukjizat!
Melalui pertemuan dengan seorang Ustadz muda aktivis gerakan da’wah islam internasional, perkenalan Felix Siauw dengan Alquran pun dimulai. Diskusi itu bermula dari perdebatan Felix Siauw dengan seorang kerabatnya tentang kebenaran.
Dia berpendapat bahwa kebenaran ada di dalam Alquran, sedangkan Felix Siauw belum mendapatkan kebenaran. Sehingga dipertemukanlah Felix Siauw dengan ustadz muda itu untuk berdiskusi lebih lanjut.
Setelah bertemu dan berkenalan dengan Ustadz muda tersebut, Felix Siauw bercerita tentang pengalaman hidupnya termasuk ketiga pertanyaan yang paling besar dalam hidupnya.
Felix Siauw dan Ustadz muda itu lalu berdiskusi dan mencapai suatu kesepakatan tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta. Adanya Tuhan, atau Sang Pencipta memanglah sesuatu yang tidak bisa disangkal dan dimunafikkan bila manusia benar-benar memperhatikan sekelilingnya.
Akan tetapi Felix Siauw kembali bertanya pada Ustadz muda itu
“Saya yakin Tuhan itu ada, dan saya berasal dari-Nya, tapi masalahnya ada 5 agama yang mengklaim mereka punya petunjuk bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Yang manakah lalu yang bisa kita percaya?!” tanya Felix Siauw kala itu.
Ustadz muda itu menjawab bahwa apapun yang diciptakan pasti mempunyai petunjuk tentang caranya bekerja. Begitupun manusia, masalahnya, yang manakah kitab petunjuk yang paling benar dan bisa membuktikan diri kalau ia datang dari Sang Pencipta atau Tuhan yang Maha Kuasa. Lalu ia membacakan suatu ayat dalam Alquran
"Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa" (QS. Al-Baqarah [2]:2)
Ketika Felix Siauw membaca ayat itu, ia langsung terpesona dengan ketegasan dan kejelasan serta ketinggian makna daripada kitab itu.
Felix Siauw kembali dihujani pertanyaan, seperti "Mengapa penulis kitab itu berani menuliskan seperti itu? Seolah membaca pikiran saya".
Ustadz muda itu melanjutkan lagi “Kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya bukanlah manusia, ciptaan yang terbatas, Melainkan Pencipta. Not creation but The Creator. Bahkan Alquran menantang manusia untuk mendatangkan yang semacamnya” ujarnya.
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar" (QS. Al-Baqarah [2]: 23).
Saat itu pula, Felix Siauw langsung diam membeku, pikirannya bergejolak, seolah jerami kering yang terbakar api. Jauh di dalam hatinya, ia berkata “Mungkin inilah kebenaran yang selama ini saya cari!”.
Sayangnya, waktu itu ada beberapa keraguan yang masih menyelimuti Felix Siauw, yaitu belum mau mengakui bahwa memang Alquran adalah suatu kitab yang sangat istimewa, yang tiada seorangpun yang bisa mendatangkan yang semacamnya.
Felix Siauw kembali mengajukan pertanyaan “Lalu mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi pesakitan, hina dan menghinakan dirinya sendiri?”.
Ustadz muda yang sedang berdiskusi dengan Felix Siauw tak gentar, ia malah tersenyum dan penuh ketenangan menjawab “Islam tidak sama dengan Muslim. Islam sempurna, mulia dan tinggi, tidak ada satupun yang tidak bisa dijelaskan dan dijawab dalam Islam. Muslim akan mulia, tinggi juga hebat. Dengan satu syarat, mereka mengambil Islam secara kaffah (sempurna) dalam kehidupan mereka” jawabnya dengan tenang.
“Jadi maksud Ustadz, muslim yang sekarang tidak atau belum menerapkan Islam secara sempurna?!” Felix Siauw kembali menyimpulkan.
“Ya, itulah kenyataan yang bisa Anda lihat” tegas Ustadz muda tersebut.
Tak sampai disitu, Felix Siauw kemudian diberi penjelasan tentang Islam yang berbeda dengan Muslim. Penjelasan itu sangat luar biasa, sehingga memperlihatkan bagaimana sistem Islam kaffah bekerja.
Felix Siauw mengakui hal itu sebagai sesuatu yang belum pernah didengar sebelumnya, sesuatu yang tersembunyi (atau sengaja disembunyikan) dari Islam selama ini. Saat itu Felix Siauw sadar betul kelebihan dan kebenaran agama Islam, hanya saja selama ini dirinya membenci Islam karena melihat muslim yang bukan Islam, hanya melihat sebagian dari Islam dan bukan keseluruhan.
Akhirnya, ketiga pertanyaan besar Felix Siauw selama ini terjawab dengan sempurna. Bahwa manusia berasal dari Sang Pencipta dan pencipta yang dimaksud adalah Allah SWT.
Manusia hidup untuk beribadah (secara luas) kepada-Nya karena itulah perintah-Nya yang tertulis didalam Alquran. Dan Alquran dijamin datang dari-Nya karena tak ada seorangpun manusia yang mampu mendatangkan yang semacamnya. Setelah hidup ini berakhir, kepada Allah manusia akan kembali dan membawa perbuatan ibadah selama hidup dan dipertanggungjawabkan kepada-Nya sesuai dengan aturan yang diturunkan oleh Allah.
Setelah yakin dan memastikan untuk jujur pada hasil pemikirannya, Ustadz Felix Siauw dengan mantap memutuskan “Baik, kalau begitu saya akan masuk Islam!”
Baca Juga: Kisah Nyata Kupu-Kupu Malam: Cerita "Caca", Perempuan PSK Tuli Pengidap HIV
Itulah Kisah Mualaf Ustadz Felix Siauw, pendakwah tanah air keturunan Tionghoa yang mantap masuk Islam. Ia memutuskan memeluk agama Islam setelah tiga pertanyaan besar dalam hidupnya mampu dijawab dengan sempurna oleh Firman Allah SWT di dalam Alquran.
Felix Siauw juga menggarisbawahi hal penting bahwa Muslim dan Islam tidak lah sama. Hal itu turut memberi gambaran nyata tentang "Don't Judge Book by Its Cover".
Untuk diketahui, Kisah Mualaf Ustadz Felix Siauw ini telah dimuat dalam website MUI DKI Jakarta di laman muidkijakarta.or.id pada 20 Desember 2014 silam.
Sumber: MUI DKI Jakarta