SUKABUMIUPDATE.com - Hari Natal 25 Desember 2022 jatuh tepat hari minggu besok.
Umat Kristiani beramai-ramai melakukan persiapan perayaan mulai dari pohon cemara, hadiah, hingga peran sinterklas.
Sinterklas identik dengan membawa hadiah ketika umat kristiani merayakan hari natal.
Namun, Siapa Sebenarnya Sosok Sinterklas ini?
Melansir dari whychristmas.com, Sinterklas diceritakan sebagai sosok pria bernama St. Nicholas (baca: Santo Nikolas).
Baca Juga: Jelang Natal, Daftar 59 Gereja di Sukabumi Lengkap dengan Alamatnya
St. Nicholas adalah seorang pemimpin gereja yang hidup pada abad keempat di Asia Kecil (sekarang disebut Turki) bernama Myra.
Sosok Sinterklas ini adalah orang yang sangat kaya karena mendapatkan warisan banyak uang dari orang tuanya yang meninggal ketika Santa Claus belia.
Santa Clauss berperangai sangat baik, kerap membantu orang miskin dan memberikan hadiah rahasia kepada orang yang membutuhkan.
Menurut legenda sejarah Natal tentang St. Nicholas, salah satu kisah paling terkenal yaitu hadiah pertama natal yang bermula dari kebiasaan Santa menggantung stoking.
Kala itu, ada seorang pria dengan tiga anak perempuan yang diketahui sangat miskin hingga tidak punya cukup uang untuk mahar pernikahan putrinya.
Alhasil sang putri batal menikah karena alasan tersebut.
Mengetahui kesulitan mahar ini, Nicholas kemudian diam-diam menjatuhkan tas berisi sekantong emas ke cerobong asap dan masuk ke dalam rumah pria tersebut.
Tas jatuh ke dalam kaus kaki yang telah digantung di api hingga kering.
Tak hanya sekali, Sinterklas juga melakukan hal yang sama kepada putri kedua dari pria tersebut.
Bak menemukan harta karun, putri yang diceritakan akhirnya bisa melanjutkan pernikahan dengan hadiah mahar pemberian Sinterklas.
Sang ayah langsung bertekad untuk menemukan orang yang memberinya uang dan diam-diam bersembunyi setiap malam dekat perapian. Suatu malam, dirinya berhasil menangkap Nicholas yang menjatuhkan diri di dalam sekantong emas.
Namun, Nicholas memohon agar pria itu tidak memberi tahu siapapun apa yang telah dia lakukan. Alasannya karena dia tidak ingin menarik perhatian orang-orang.
Bermula dari cerita tersebut, ketika seseorang mendapatkan hadiah misterius tanpa identitas, maka diperkirakan Nicholas adalah pengirimnya.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Film Natal yang Cocok Ditonton saat Libur Natal Bersama Keluarga
Kebaikan Nicholas meningkatkan reputasi yang ia miliki hingga diangkat menjadi Orang Suci.
Singkat cerita, Sinterklas diasingkan dari Myra dan dimasukkan ke dalam penjara selama Kaisar Diocletian melakukan penganiayaan terhadap orang Kristen. Akan tetapi pada masa Kaisar Constantine yang merupakan orang Kristen, Santa Claus pun dibebaskan.
St Nicholas kemudian hadir dalam Konsili Nicea pada tahun 325 yang membahas tentang Kekristenan.
Hingga kini, tidak ada yang mengetahui pasti kapan St Nicholas meninggal.
Namun catatan sejarah natal menyebutkan, St. Nicholas tutup usia pada 6 Desember tahun 343, 345 atau 352.
Ironisnya, pada tahun 1087, tulang St. Nicholas di Turki dilaporkan dicuri oleh beberapa pelaut pedagang Italia. Setelah proses yang panjang, tulang-tulang itu saat ini disimpan di Gereja bernama pelabuhan Italia Bari.
Mengutip sukabumiupdate.com sebelumnya, Kata Christmas (Natal) artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass. Natal diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran Yesus meskipun ada beberapa kontroversi mengenai penetapan tanggal 25 Desember.
Temuan yang menyebutkan 25 Desember adalah hari kelahiran Yesus merujuk pada kalender Philocalian atau dikenal dengan Kronografi 354.
Baca Juga: 10 Ide Hadiah Natal untuk Diberikan pada Orang Terdekat, Dijamin Berguna
Penetapan perayaan Natal pada 25 Desember dipengaruhi oleh kekuasaan imperium Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad keempat masehi, banyak orang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.
Seabad setelahnya, Gereja Kristen Katolik Roma memerintahkan umat Kristen merayakan Natal pada 25 Desember. Banyak umat Kristiani tetap meyakini bahwa pemaknaan Natal sebagai dasar keyakinan akan kelahiran Yesus sebagai juruselamat untuk semua manusia.
Kedatangan Yesus diyakini umatnya bahwa jiwa tersebut selalu ada di dalam hati setiap manusia, mengingatkan untuk selalu berbuat baik sebagai bentuk refleksi kelahiran Yesus, Sang Juru Selamat.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Stephanie Coontz menyebutkan dalam buku "The Way We Never Were" bahwa penetrasi konsumerisme dan pengaruh budaya mengubah pandangan banyak masyarakat dalam memandang Natal.
Sementara untuk Herbert W. Armstrong dalam bukunya "The Plain Truth About Christmas", menyebutkan bahwa sebenarnya tidak seorang pun mengetahui pasti kelahiran Yesus.
Perayaan Natal baru menjadi hari raya resmi umat Kristen di abad kelima, ditetapkan oleh Gereja Kristen Katolik Roma.
Sumber : whychristmas.com