SUKABUMIUPDATE.com - Otto Iskandar Dinata, nama pahlawan nasional yang kerap terdengar namun tak semua mengenal.
Otto Iskandar Dinata, dikenal dengan singkatan Otista adalah salah satu pahlawan Jawa Barat yang wafat pada bulan Desember.
Pahlawan Nasional Jawa Barat ini, wajahnya tercetak pada lembar mata uang Rupiah pecahan 20 ribu, emisi tahun 2004 hingga 2021.
Sayangnya, tak semua masyarakat mengenal sosok pahlawan yang satu ini meski namanya cukup familiar. Dikutip dari berbagai sumber, berikut Profil Lengkap Pahlawan Nasional Jawa Barat, Otto Iskandar Dinata.
Otto Iskandar Dinata lahir di Bojongsoang, Dayeuhkolot, Bandung pada tanggal 31 Maret 1879 dan diumumkan tutup usia pada 20 Desember 1945.
Otto Iskandar Dinata adalah anak ketiga dari delapan bersaudara.
Ayah Otto Iskandar Dinata bernama Nataatmaja, namun namanya diubah menjadi raden haji Adam Rahcmat setelah menunaikan rukun Islam yang ke lima (naik haji) dan menjabat sebagai kepala Desa Bojongsoang. Sementara, Ibunya bernama Nyi Raden Siti Hatijah.
Baca Juga: Lahir Bulan Desember, Profil Lengkap Pahlawan Jawa Barat Dewi Sartika
Otto Iskandar Dinata termasuk keluarga bangsawan, tetapi ia sendiri tak pernah angkuh dan sombong. Otista tidak pernah memilih teman dalam bermain dan menganggap semua teman-temannya itu sama.
Sejak masa kanak-kanak jiwa kepemimpinan Otto Iskandar Dinata sudah terlihat dan berkembang semakin sempurna seiring berjalannya waktu.
Ketika Otto Iskandar Dinata menginjak usia 7 tahun, ia masuk ke Sekolah Dasar Jaman Hindia Belanda, HIS yang berlokasi di Bandung. Kala itu, Otto Iskandar Dinata termasuk anak yang pintar dan gemar memberi bimbingan atau sekadar belajar bersama teman-temannya.
Otto kecil ini memiliki nyali yang tinggi dan tidak suka berbasa-basi. Bahkan, sejak menjadi siswa, Otto sering menunjukkan kritik terbuka terhadap diskriminasi anak pribumi dan anak Belanda dalam pendidikan. Keberanian ini akhirnya membuat Otto mendapat julukan ‘Si Jalak Harupat’.
Jalak Harupat sendiri adalah sebutan untuk jenis ayam jantan dalam bahasa Sunda. Mitosnya adalah ayam yang kuat, pemberani, nyaring saat berkokok dan selalu menang saat diadu.
Baca Juga: Hari Ini 77 Tahun Lalu, Pengorbanan dan Darah Rakyat Sukabumi Dibalik Hari Juang Siliwangi
Pada tahun 1917 usai lulus Sekolah Dasar, Otto Iskandar Dinata melanjutkan ke sekolah guru di tempat yang sama, Bandung.
Otista menilai bahwa guru adalah seseorang mulia karena dituntut harus sabar, tekun dan memiliki jiwa pengabdian yang besar. Guru berperan dalam mencerdaskan murid-murd dan rakyat.
Oleh karena itu, Otista berpendirian kuat untuk menjadi guru. Dirinya berpikir jika rakyat telah cerdas, dapat membaca dan menulis, maka nasib tanah air menjadi tanggungjawab bersama.
Singkat cerita, pada April 1923 di Bandung Otto Iskandar Dinata resmi mempersunting Sukriah, putri asisten wedana di Banjarnegara. Mereka kemudian dikaruniai 11 orang anak yang terdiri dari 4 laki-laki dan 7 perempuan.
Disamping kiprahnya sebagai guru dan kepala keluarga, Otto Iskandar Dinata termasuk tokoh yang aktif di berbagai organisasi serta punya catatan historis perjuangan kemerdekaan.
Beberapa catatan tersebut yakni pengurus Organisasi Budi Utomo, organisasi sosial yang didirikan oleh para siswa School Tot Opleiding Voor Inlandsche Artsen (STOVIA) serta Anggota BPUPKI dan Pengusul Nama Soekarno Sebagai Presiden RI.
Kemudian, termasuk perintis Pembela Tanah Air (PETA) bersama Iyos Wiriaatmaja, dan R. Gatot Mangkupraja pada Masa Pendudukan Jepang.
Otista juga sempat menjabat dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan turut serta menyusun Undang-Undang Dasar 1945.
Beralih pada Peristiwa Wafatnya Sosok Pahlawan Nasional Jawa Barat, Si Jalak Harupat.
Peristiwa naas harus terjadi pada Otto Iskandar Dinata, berupa fitnah tuduhan mata-mata Belanda.
Baca Juga: Menguak Tragedi Takokak 1948: Pembantaian Sadis Terlupa di Perbatasan Sukabumi
Rentetan fitnah tersebut membuat dirinya diculik sekumpulan prajurit berpakaian serba hitam (Laskar Hitam) pada Rabu, 19 Desember 1945 pukul 5 sore.
Pasukan datang menggunakan truk dari Tangerang dan membawa Otto ke pantai Desa Ketapang, sekira 2 Km dari dari Mauk. Otto disiksa dengan tangan terikat lalu dibunuh bersama tawanan lain bernama Hasbi.
Mayat keduanya pun dibuang ke laut dan tidak pernah ditemukan.
Saat itu, pembunuhan Otto termasuk peristiwa yang sulit dicegah, ditambah Indonesia sedang dalam keadaan genting.
Di waktu yang sama, 19 Desember 1945 sore hari, pertempuran Karawang-Bekasi dan peperangan terjadi di beberapa daerah Indonesia.
Pemerintah Indonesia dengan sangat berat hati, akhirnya menetapkan tanggal 20 Desember 1945 sebagai tanggal kematian Si Jalak Harupat.
Meskipun, catatan historis menyebut jenazah Otto Iskandar Dinata tidak pernah ditemukan.
Namun Pemakaman Si Jalak Harupat yang Hilang dilakukan secara simbolik di Taman Bahagia, Lembang pada hari ini 70 tahun yang lalu, tepatnya 21 Desember 1952.
Untuk diketahui, Sukabumi memiliki sebuah jalan dan wilayah bernama Otista.
Di Kota Sukabumi yakni sebuah Jalan bernama Otto Iskandar Dinata (Otista) sementara Kabupaten Sukabumi nama sebuah Kampung, yaitu Otista, Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Sumber : berbagai sumber.