SUKABUMIUPDATE.com - Dewi Sartika adalah Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang lahir di Bulan Desember, tepatnya 4 Desember 1884.
Gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional ini adalah anugerah dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya. Yakni, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 252 Tahun 1966 tanggal 1 Desember 1966.
Untuk mengenal lebih tentang sosok pahlawan perintis pendidikan perempuan Jawa Barat, berikut Profil Lengkap Raden Dewi Sartika, dikutip dari budaya.jogjaprov.go.id!
Raden Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember 1884 di Cicalengka, Jawa Barat. Ia adalah puteri kedua dari Raden Somanagara dan ibu Raden Ayu Rajapermas.
Baca Juga: KH Ahmad Sanusi Jadikan Hari Pahlawan di Kota Sukabumi Istimewa
Pada saat itu ayahnya yaitu Raden Rangga Somanagara merupakan Patih Afdeling Mangunreja yang wilayahnya terletak di Kabupaten Tasikmalaya. Sementara Raden Ayu Rajapermas, sang ibu merupakan putri dari Bupati Bandung R.A.A.
Dewi Sartika menempuh Pendidikan di Cicalengka, Jawa Barat dan termasuk murid yang cerdas. Usai sekolah Dewi Sartika biasanya mengajak beberapa orang gadis anak pelayan dan pegawai rendahan pamannya untuk bermain “sekolah-sekolahan”.
Ayahnya meninggal dunia ketika Dewi berusia belasan tahun, sehingga tinggal bersama ibunya Kembali ke Bandung.
Kegemaran waktu kecil di Cicalengka tetap melekat dalam jiwanya, bahkan Dewi Sartika bercita-cita mendirikan sekolah bagi anak-anak gadis.
Niat baik Dewi Sartika dibicarakan dengan ibu dan beberapa orang lainnya, tetapi tidak ditanggapi dengan positif. Meskipun mereka tidak menghalangi atau mendukung niat Dewi Sartika.
Baca Juga: Tanamkan Nilai Pancasila, SMA Doa Bangsa Laksanakan Program Penguatan Pendidikan Karakter
Namun demikian, beruntungnya adalah Dewi mendapat dukungan dari sang kakek, R.A.A. Martanegara yang kala itu adalah Bupati Bandung serta dorongan dari Den Hamer, Inspektur Kantor Pengajaran.
Dukungan tersebut membuahkan hasil, yakni dengan bantuan kedua orang tersebut sebuah sekolah dibuka pada tanggal 16 Januari 1904, seperti cita-cita Dewi Sartika.
Sekolah tersebut bernama “Sekolah Isteri” dengan keadaan yang masih jauh dari kata 'sempurna'.
Cita-cita Dewi Sartika diketahui dari karangannya yang berjudul De Inlandse Vrouw (Wanita Bumiputera). Disebutkan, Pendidikan penting untuk mendapatkan kekuatan dan Kesehatan kanak-kanak baik secara jasmani maupun rohani yang dalam Bahasa Sunda disebutnya cageur-bageur (sehat rohani, jasmani dan berkelakuan baik).
Pada tahun 1908, ketika usia Dewi Sartika mencapai 22 tahun, ia menikah dengan Raden Kanduran Agah Suriawinata, guru sekolah Karang Pamulang.
Profesi sang suami mendukung niat Dewi Sartika di bidang pendidikan sehingga mereka berjuang bersama-sama untuk memajukan Pendidikan bagi kaum wanita.
Baca Juga: 5 Tokoh Pahlawan Asal Jawa Barat, Dua Diantaranya dari Sukabumi
Singkat cerita, setelah Pemerintahan Jepang berakhir dan Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Sekolah Dewi Sartika menghadapi kesulitan yang besar, terutama karena hadirnya pasukan Inggris dan Belanda di kota Bandung.
Raden Dewi Sartika terpaksa mengungsi ke Ciparay kemudian ke Garut dan terpaksa meninggalkan sekolah yang ia bangun.
Kemudian dari Garut pindah ke Ciamis, ditambah dengan situasi yang semakin genting di tahun 1947.
Pada saat itu, Belanda melakukan aksi agresi militer dan lagi-lagi Dewi Sartika terpaksa mengungsi ke pedalaman yang letaknya lebih jauh, yakni ke Cineam, Tasikmalaya.
Baca Juga: 4 Pahlawan Perempuan Indonesia dari Jawa Barat, Patut Jadi Teladan Generasi Muda
Bagi wanita yang sudah berusia 63 tahun dan sebagian usianya sudah digunakan untuk bekerja keras, maka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, merasa berat adalah hal yang wajar.
Dewi Sartika tampak letih dan menyebabkan kesehatanya kian menurun.
Kondisi makanan serba kurang serta obat-obatan sulit didapatkan di tempat pengungsian.
Malangnya, Dewi Sartika di Cineam jatuh sakit dan mendapat perawatan dari dr. Sanitioso di rumah sakit.
Penanganan diberikan seoptimal mungkin, namun nyawa Dewi Sartika tetap tidak tertolong. Tepat pukul 09.00 tertanggal 11 September 1947, Dewi Sartika menghembuskan nafas terakhirnya dan jenazahnya dikebumikan di Cinean.
Setelah kota Bandung aman kembali, Makam Dewi Sartika dipindahkan dari Cineam, Tasikmalaya ke makam keluarganya di Bandung.
Seperti yang diketahui updaters, Sukabumi sendiri memiliki nama jalan Khusus yang diberi nama Jalan Dewi Sartika, tepatnya di daerah Dago Kota Sukabumi wilayah Kecamatan Cikole.
Sumber : budaya.jogjaprov.go.id