SUKABUMIUPDATE.com - KH. Ahmad Sanusi adalah tokoh dan seorang ulama asal Sukabumi yang lahir pada Jum’at 12 Muharram 1306 H atau tanggal 18 September 1888, tepatnya di Desa Cantayan, Kecamatan Cikembar Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Beliau selama hidupnya telah mengabdi kepada negara dalam memerdekakan negara Indonesia. KH. Ahmad Sanusi juga banyak kontribusi pada perkembangan agama Islam di tanah air.
Meskipun penganugerahan gelar Pahlawan Nasional baru akan diresmikan pada Senin, 7 November 2022, oleh presiden Jokowi, KH Ahmad Sanusi dengan kiprahnya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sudah tidak diragukan lagi.
Beragam penghargaan telah dianugerahkan kepada KH. Ahmad Sanusi diantaranya bintang mahaputera utama yang diberikan era Presiden Soeharto pada tanggal 12 Agustus 1992. Selanjutnya KH. Ahmad Sanusi dianugerahi bintang mahaputera adipradana pada 10 November 2009, di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Perjuangan KH. Ahmad Sanusi di Bidang Politik
Saat menuntut ilmu di kota Mekkah, KH. Ahmad Sanusi baru terjun ke dunia politik, yang awalnya dipertemukan dengan tokoh dari Sarekat Islam yaitu Abdul Muluk. Setelah melihat anggaran dasar (AD)-nya memiliki tujuan untuk melepaskan pribumi dari pihak asing, sejak saat itu lah beliau setuju bergabung dengan Serikat Islam.
Kemudian pada tahun 1915, KH. Ahmad Sanusi menjabat sebagai dewan penasihat Sarekat Islam. Namun, karena berbeda pandangan terhadap sistem sentralisasi khas Sarekat Islam, tidak berlangsung lama beliau lalu melepaskan jabatan tersebut.
Pada tahun 1931 selama menjadi tahanan buangan Jepang, KH. Ahmad Sanusi telah mendirikan organisasi Al Ittihadiyatul Islamiyah (AII) yang berganti nama menjadi PUII (Persatuan Ummat Islam Indonesia) pada tahun 1943.
Puncaknya, KH. Ahmad Sanusi menjadi bagian dari anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Salah satu ide pemikirannya adalah mengusulkan negara Indonesia menjadi negara republik.
Perjuangan KH. Ahmad Sanusi dalam Bidang Pendidikan dan Dakwah
Setelah kepulangannya menuntut ilmu di Mekkah pada tahun 1915, KH. Ahmad Sanusi lalu membantu mengajar di pondok pesantren milik ayahnya. Karena kepiawaiannya dalam menyampaikan ilmu serta metode belajar yang mudah dipahami oleh para santri, KH. Ahmad Sanusi pun akhirnya mendapatkan julukan sebagai Ajengan Cantayan.
KH. Ahmad Sanusi pada tahun 1921 atas bimbingan dari ayahnya, mulai merintis pesantren sendiri yang lokasinya berada di daerah Genteng Babakan Sirna, Cibadak, Sukabumi. Beliau juga lalu mendapatkan julukan tambahan yaitu sebagai Ajengan Genteng.
Pada tahun 1935, KH. Ahmad Sanusi kembali mendirikan sebuah pondok pesantren yang berlokasi di daerah Gunung Puyuh. Pesantren itu hingga kini dikenal dengan nama Syamsul Ulum.
Selain membangun pesantren, semasa hidupnya beliau juga aktif menulis dan telah menghasilkan kurang lebih 525 karya tulis. Bahkan, 400 karyanya tersusun rapi di Universitas Leiden Belanda.
Van Bruinessen pengarang asal belanda mengatakan jika karya KH. Ahmad Sanusi merupakan karya orisinil dari orang Sunda. Salah satu karya beliau yang paling terkenal adalah kitab tafsir bahasa sunda berjudul Maljau at-Thalibin.
Kitab itu banyak mengandung tanggapan KH. Ahmad Sanusi terhadap gugatan kalangan reformis terkait permasalahan khilafiyah dalam hal ibadah. Beliau juga ikut mengkritik ulama-ulama tangan kanan Belanda dengan sebutan ulama kauman.
KH. Ahmad Sanusi Wafat