SUKABUMIUPDATE.com - Membahas dunia fashion Sukabumi, salah satu yang bisa dibilang legenda adalah brand Scissors Apparel. Ide pakaian yang muncul pada 2002 ini digagas Irawanda Wetz dengan hanya bermodalkan uang tabunganya sebesar Rp 300 ribu.
Scissors Apparel sebenarnya brand yang diambil dari nama band Sukabumi bergenre skate rock yakni Scissors Papper Stone. Dalam sebuah obrolan di YouTube Widal TV pada 9 Maret 2024, Wetz mengungkapkan Scissors Apparel muncul karena ketidakpuasan pada fashion saat itu.
"Dulu beli bahan polosnya (kaus atau T- shirt) dari cimol, tahun 2002. Pembeli pertamanya adalah teman saya bernama Edo," kata Wetz.
Cimol adalah istilah pakaian bekas yang berkembang di Sukabumi. Kata ini awalnya dibawa para pedagang baju bekas untuk menunjukkan barang yang mereka jual dari Cibadak Mall.
Waktu berjalan, Wetz kemudian mulai membuat produk kaus sebanyak satu lusin dengan modal Rp 300 ribu karena semakin banyak orang yang tertarik. Ketika itu logo Scissors Apparel baru murni berbentuk gunting, belum dilengkapi desain tengkorak seperti yang kini dikenal luas.
Baca Juga: 5 Brand Fashion Lokal yang Sukses Merambah Pasar Dunia, Sudah Punya yang Mana?
Wetz juga memulai bisnisnya dengan membuat merchandise band Scissors Papper Stone, di mana dia salah satu personelnya. Wetz mempunyai keinginan membuat fashion statement sendiri yang mengacu pada gaya berpakaian anak skate dan penyuka musik rock, rockabilly, gothic, dan harajuku.
Usaha semakin berkembang, pada 2003 Wetz membuka toko pertamanya di wilayah Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Tempatnya sederhana yakni kamar kosong milik bassist band baru yang dibentuknya, Middle Finger. Setahun berikutnya, Scissors Apparel hadir di Jalan PGRI Kota Sukabumi.
Seiring dengan itu, perubahan logo terjadi. Wetz mengatakan tambahan desain tengkorak yang dibuatnya sendiri bermakna produk ini ditargetkan untuk manusia. "Basic-nya manusia itu ada di kepala. Gambar guntingnya juga berubah menjadi mata, karena mata digunakan untuk memilih," ujarnya.
Tahun-tahun berikutnya bisnis pakaian ini terus berjalan. Puncaknya, Wetz berhasil menembus pasar nasional saat Scissors Apparel meng-endorse secara resmi band-band ibu kota seperti J-Rocks, The Virgin, Utopia, dan Black Champagne. Namun yang pertama memakai adalah JRX Superman Is Dead.
"Sebenarnya yang pertama pakai itu Jerinx atau JRX Superman Is Dead. Dulu bertemu di Bandung. Jadi ada band Bali (Superman Is Dead) main di Bandung. Saya datang dan ternyata responsnya bagus. Saya kasih produk Scissors Apparel ke Jerinx dan dipakai," katanya.
Produk bikinan Wetz bahkan pernah digunakan pentolan band Dewa 19 Ahmad Dhani. Menurutnya, terdapat banyak desain yang dibuat untuk Ahmad Dhani dengan nuansa hitam berkiblat fashion gothic rock dan steampunk. Busana Scissors Apparel ini membuat tampilan di panggung lebih gagah.
"Mas Dhani pertama kami lihat itu memakai produk Scissors Apparel saat konser Dewa 19 di Bandung. Tapi banyak juga yang beliau pakai di acara-acara manggung bersama The Rock. Desain yang diusung bernuansa hitam dan maknanya lebih membuat Mas Dhani keren dan gagah serta lebih nge-rock," kata Wetz.
Kurang lebih 22 tahun berkarya, Wetz menyebut Scissors Apparel yang semula menggunakan konsep semi-underground dalam pemasarannya, kini hadir mengikuti kemajuan teknologi. Produknya pun tak hanya T- shirt, melainkan barang lainnya seperti topi sampai sepatu.
Menurut Wetz, Scissors Apparel dari dulu menganut paham brand yang limited edition. Ini bukan tidak peduli dengan keuntungan besar ketika barang banyak diminati, tetapi memilih membuat sedikit produk untuk lebih menghargai para Scissors Holic (konsumen) agar produk yang mereka pakai lebih jarang digunakan orang banyak.
"Pemasaran sekarang mau tidak mau mengikuti kemudahan yang sudah semakin modern seperti media digital dan marketplace. Kalau band yang sekarang masih sering kolaborasi adalah The Virgin, The Rock, Utopia, dan Black Champagne. Mereta rata-rata basic-nya memiliki karakter musik berbasis rock," ujarnya.