SUKABUMIUPDATE.com - Sia, Pelantun lagu Chandelier resmi mengumumkan bahwa dirinya mengidap spektrum Autisme. Penyanyi pop dan pembuat film itu sendiri sebelumnya banyak dikritik di tahun 2021 soal penggambaran autisme dalam Musik.
Bintang Australia itu bahkan mengatakan, sebagaimana dilansir via The Guardian, bahwa 'Saya telah menjadi diri saya sepenuhnya'.
Kabar Sia Autis ini sontak membuat heboh jagat maya. Ia pun buka suara dan berbagi pengalamannya secara terbuka untuk pertama kalinya di podcast tentang serial TV Amerika Survivor.
Baca Juga: Mengenal Sindrom Asperger: Pengidap Disabilitas yang Cerdas, Termasuk Autis?
Bintang pop dan pembuat film Australia merasa bahwa hanya dalam dua tahun terakhir saja, Sia merasa jadi diri sendiri. Selebihnya ia harus berpura-pura dan menyembunyikan karakter autis yang ia derita.
Setelah berkarir selama dua dekade sebagai penulis lagu, penyanyi, dan penampil, Sia merambah ke dunia pembuatan film pada tahun 2021. Sia merilis drama musikal Musik yang dia sutradarai sendiri.
Film tentang seorang remaja autis yang tidak dapat berbicara dan pengasuhnya, memicu reaksi beragam. Ini karena penggambaran kondisinya yang canggung dan pemerannya sebagai aktris neurotipikal Maddie Ziegler –sempat muncul di beberapa video musik penyanyi paling terkenal (termasuk Chandelier).
"Terutama mengingat kartun penggambarannya, yang membuatnya menggeram, meringis, dan bergumam melalui adegan-adegannya", review The Guardian, dikutip Sabtu (3/6/2023).
Baca Juga: Mengenal 3 Upacara Adat Khas Sunda Jawa Barat, Salah Satunya Lengser
Kritikus bahkan mengecam dengan dimasukkannya adegan yang dianggap kontroversial, yaitu karakter Ziegler ditahan dalam posisi telungkup.
Film yang digambarkan pelantun lagu Unstoppabel itu yakni sebagai "surat cinta untuk pengasuh dan komunitas autisme", dinominasikan untuk dua Golden Globes. Sementara itu, petisi untuk membatalkan perilisannya beredar luas secara online.
Penyanyi Cheap Thrills itu awalnya membela debutnya sebagai sutradara, dengan mengatakan karakter bak orang autis sepenuhnya berdasarkan pengalaman seorang "neurotipikal". Namun, ia kemudian mengeluarkan serangkaian permintaan maaf di Twitter sebelum menghapus akunnya.
“Saya berencana untuk menghapus adegan pengekangan dari semua cetakan mendatang" katanya.
“Musik sama sekali tidak memaafkan atau merekomendasikan penggunaan pengekangan pada orang autis. Ada terapis okupasi autis yang berspesialisasi dalam pemrosesan sensorik yang dapat dikonsultasikan. Yakni untuk menjelaskan cara aman memberikan umpan balik tekanan dalam yang proprioseptif untuk membantu keamanan krisis.”
Baca Juga: Bu Siti Poliandri Pingsan Usai 2 Suami Mudanya Minum Kopi Ki Bungsu Kawangi?
Pada saat itu, Sia tidak menyinggung dirinya sendiri sebagai neuroatipikal. Di podcast, Sia turut membahas perjuangannya melawan kecanduan dan pemulihan alkohol.
"Saya pikir salah satu hal terbesar adalah tidak ada yang bisa mengenal dan mencintai kita, ketika diri sendiri dipenuhi dengan rahasia dan hidup dalam rasa malu," katanya.
“Dan ketika kita akhirnya duduk di ruangan yang penuh dengan orang asing dan memberi tahu mereka rahasia terdalam, tergelap, dan paling memalukan kita. Semua orang tertawa bersama kita, dan kita tidak merasa seperti sampah untuk pertama kalinya dalam hidup kita. Kita justru merasa dilihat untuk pertama kalinya, untuk siapa kita sebenarnya. Kita dapat mulai keluar ke dunia sesungguhnya dan tidak berpura-pura menjadi apa pun.” kata Sia.
Sumber: The Guardian