SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah gunung yang berada di Garut cukup menarik perhatian publik khususnya yang mengerti bahasa Sunda. Karena namanya gunung ini langsung menjadi bahan perbincangan warganet.
Nama gunung tersebut yaitu “Gunung Eweranda” yang berlokasi di Desa Mekarwangi, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa barat.
Gunung atau yang lebih tepatnya sebuah bukit ini memiliki tampilan yang selayaknya bukit pada umumnya.
Memiliki udara sejuk, mata air yang melimpah, dan ditumbuhi berbagai tanaman khas pegunungan nan hijau di sekeliling Gunung Eweranda itu.
Baca Juga: Pasir Heunceut Viral, Anggota DPRD Sebut Geopark Ciletuh Sukabumi Punya Karang Kontol
Namun, yang menarik dan unik dari gunung ini adalah namanya saja yang menuai perbincangan warganet.
Mendengar namanya, jika orang tak faham akan kekayaan bahasa Sunda, mungkin akan terbesit pikiran jorok.
Melansir dari garut.suara.com, Eweranda, jika diartikan secara awam dan tanpa dibekali literasi bahasa Sunda yang cukup, wajar jika nama ini dikatakan jorok.
Jorok, dalam bahasa Sunda disebut "Jorang" , jika diartikan secara awam Eweranda dalam bahasa Indonesia artinya "Bersetubuh dengan Janda"
Nah, dalam bahasa Sunda sendiri kata "Eweranda" bisa diartikan sebagai sebuah kata atau kalimat yang cukup kasar.
Namun jika kita mendalami tata bahasa Sunda yang luas, maka makna nama Eweranda adalah biasa saja.
Bahasa Sunda sendiri terdiri dari beberapa tingkatan, asa bahasa Sunda halus, sedang, kasar, dan bahasa Sunda "wewengkon".
Baca Juga: Pesona Karang Kodok, Bebatuan Unik Selain Karang Kontol di Geopark Ciletuh Sukabumi
Bahasa "wewengkon' adalah bahasa Sunda yang lebih spesifik digunakan oleh orang Sunda di satu wilayah tertentu, semacam dialek.
Seperti diketahui, dalam bahasa Sunda, kata panggilan untuk perempuan dan pria atau lelaki itu ada beberapa sebutan.
Untuk perempuan, bahasa Sunda halusnya "istri" , kasarnya "awewe", bahkan ada yang lebih kasar lagi yaitu "bikang' kata bikang ini biasa digunakan untuk hewan.
Sementara untuk pria atau lelaki, dalam bahasa Sunda halus disebut "pameget' , dan bahasa kasarnya 'Lalaki" atau "Jalu", dan untuk kata terakhir juga biasa dinisbatkan untuk hewan.
Baca Juga: Mendunia, Spot Wisata Karang Kontol Sukabumi Menarik Perhatian Media Amerika dan Inggris
Nah, di sejumlah wilayah tatar Sunda jaman dulu, atau bahkan jaman sekarang, kata "Awewe" atau panggilan pendeknya "Ewe" adalah kata biasa saja, karena memang itu kata panggilan untuk perempuan Sunda.
Misalnya, dalam bahasa Sunda di satu wilayah tertentu dengan menggunakan dialek nya.
Ada kalimat yang biasa dilontarkan untuk kaum lelaki dan perempuan, seperti ini :
" Ari maneh geus ewean?'"
Kalimat di atas biasa dilontarkan untuk kaum lelaki yang artinya sama sekali tidak jorok.
Artinya '*Apakah kamu sudah beristri?"
Dan, begitupun ada lontaran kata tanya untuk kaum perempuan yang berkaitan dengan kata 'lalaki' . Seperti ini :
Baca Juga: Pria Bermain Ombak Pakai Baju Hijau, Menantang Mitos Pantai Selatan Jawa?
"Ari maneh geus lakian?" atau "Ari maneh geus boga lalaki ?"
Kata tanya di atas itu pun artinya sama sekali tidak jorok.
Artinya "Apakah kamu sudah bersuami?" atau "'Apakah kamu sudah punya cowok?"
Kembali ke nama Gunung Eweranda di Sukawening. Jika dimaknai dalam bahasa dan literasi yang cukup,
Eweranda bisa diartikan dalam bahasa Indonesia ; " Seorang Perempuan yang Menjanda "
"Ewe" dalam bahasa Sunda kependekan dari kata "Awewe" yaitu perempuan.
Sementara "Randa" atau sebagian orang Sunda menyebutnya "Rangda" artinya adalah Janda.
Baca Juga: Deretan Misteri Gunung Gede Pangrango, Hulu Wano na Pakuan
Sementara itu, terkait sejarah dan asal usul nama Gunung Eweranda hingga saat ini belum bisa dipastikan validitasnya.
Hanya saja, menurut warga sekitar, konon nama Eweranda disematkan untuk gunung tersebut hanya didapat dari dongeng mulut ke mulut.
Konon, pada zaman dahulu kala di kawasan gunung tersebut telah hidup seorang perempuan yang menjanda di tengah hutan menyendiri.
Keseharian janda ini sangat rajin bercocok tanam berbagai macam tanaman di wilayah itu. Dan akhirnya di kemudian hari gunung di tempat itu dinamai Gunung Eweranda.
Sumber: garut.suara.com