SUKABUMIUPDATE.com - Sosok salah satu selebgram Indonesia, Vita Bella baru-baru ini menjadi perbincangan di dunia maya. Hal tersebut lantaran dirinya mengaku pernah ditawari untuk menjadi bintang film dewasa jepang (JAV).
Usut punya usut, ternyata follower Vita Bella di Instagram bukan hanya dari Indonesia. Seorang produser film dewasa Jepang juga mengikuti Instagramnya hingga akhirnya ditawari bermain dalam film tersebut.
"Pernah aku lagi di Jepang, ada yang DM, mau nggak jadi bintang JAV. Aku mikir JAV itu apa. Setelah aku cek itu ternyata main film dewasa. Ditawari sama produser, orang bule," ujar Vita Bella di Talkpod NET yang dipandu Surya Insomnia dan Indra Jegel, yang diunggah di YouTube, baru-baru ini seperti melansir dari Suara.com.
Baca Juga: 8 Cafe di Sukabumi yang Bikin Betah Cocok untuk Nongkrong di Akhir Pekan
Dalam kesempatan tersebut, Vita bella mengaku bahwa mulanya ia memang sempat menjalani kehidupan sebagai model.
Berawal dari hal itu banyak fotografer yang mengunggah foto-fotonya di Instagram dan menyisipkan akunnya.
Sejak saat itu perempuan berkulit eksotis ini pun jadi senang menampilkan foto-foto seksi.
"Karena memang aku sering terima tawaran foto lingerie, bikini, ya udah mereka tag namaku, orang jadi ikut follow aku," kata Vita Bella.
Tapi apa sih JAV itu? JAV adalah Japan Adult Video. Di Jepang, industri film dewasa memang legal. Bahkan, seperti dikutip dari Hops-mitra Suara.com, industri itu berhasil menyumbang dari US $ 7 miliar dan menjadikannya salah satu bisnis media paling menggiurkan di negara berjulukan Negeri Sakura tersebut.
Para pemainnya alias aktor pemeran film dewasa Jepang pun mendapat bayaran yang terbilang lumayan tinggi, bahkan banyak pemain berjenis kelamin wanita dibayar lebih tinggi daripada aktor laki-laki.
Walaupun terlihat menggiurkan, ternyata tidak semuanya membahagiakan seperti yang kita kira.
Dikabarkan pula terjadi eksploitasi sumber daya manusia secara berlebihan, mulai dari penggunaan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, resiko meninggal, pembunuhan para pemain hingga depresi para pemainnya pun menghiasi kehidupan industri pornografi di Jepang.
Sumber: Suara.com