Bencana Terus Berulang, Saatnya Kita Kembali pada Pengetahuan Tradisional (Patanjala)

Rabu 11 Desember 2024, 12:38 WIB
Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi, Bayu Permana. (Sumber : Istimewa)

Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi, Bayu Permana. (Sumber : Istimewa)

Oleh : Bayu Permana (Anggota DPRD Kab Sukabumi)

Dalam dua hari terakhir, Kabupaten Sukabumi dilanda intensitas hujan yang sangat tinggi, mengakibatkan banjir dan longsor di berbagai wilayah, terutama di bagian selatan. Peristiwa ini seolah menjadi kejadian rutin tahunan yang terus meningkat secara kuantitas. Pertanyaannya, siapa yang harus disalahkan, atau bagaimana kita harus menyikapi situasi ini?

Dalam pandangan masyarakat awam, banjir dan longsor sering dianggap sebagai akibat langsung dari curah hujan tinggi dan meluapnya sungai. Namun, jika kita melakukan refleksi lebih mendalam, nenek moyang kita dulu hidup berdampingan dengan sungai dan gunung yang sama, tetapi tidak mengalami tekanan lingkungan seperti yang kita rasakan saat ini. Mengapa bencana ini menjadi semakin sering dan intens di masa kini? Pertanyaan ini memerlukan perhatian serius dari semua pihak.

Akar permasalahan sebenarnya adalah ketidakmampuan kita sebagai manusia untuk hidup selaras dengan alam. Perubahan pola penggunaan lahan, penebangan hutan, dan pengabaian terhadap tata kelola lingkungan telah menyebabkan ketidakseimbangan alam yang berakibat pada meningkatnya risiko bencana. Seharusnya, kita memiliki pengetahuan tentang cara kerja alam dan bagaimana kita bisa menyesuaikan diri agar aktivitas kita tidak memicu bencana. Hal ini menjadi momentum bagi pemerintah daerah, yang baru saja selesai mengadakan Pilkada, untuk benar-benar mengevaluasi dan memperbaiki rencana tata ruang dan wilayah serta memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, demi mencegah risiko bencana yang berulang.

Pemerintah daerah harus mulai serius menyiapkan kebijakan dan program terkait tata kelola lingkungan hidup, termasuk perencanaan tata ruang dan wilayah yang berkelanjutan. Kesejahteraan masyarakat tidak mungkin terwujud tanpa lingkungan yang lestari. Kita harus memastikan setiap langkah pembangunan memperhatikan keseimbangan ekologi agar masyarakat dapat hidup dengan aman dan sejahtera.

Salah satu tujuan utama pemerintah daerah adalah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Lingkungan yang lestari adalah syarat utama untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Pemerintah harus serius dalam merancang kebijakan dan program terkait tata kelola lingkungan, termasuk perencanaan tata ruang yang memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Peristiwa bencana yang terjadi berkali-kali menjadi peringatan bahwa penataan ruang yang tidak memperhatikan aspek lingkungan hanya akan membawa risiko bagi keselamatan warga.

Jika pemerintah Kabupaten Sukabumi tidak segera mengambil langkah konkret untuk menangani permasalahan ini, risiko bencana di masa depan akan semakin meningkat dan semakin sulit dikendalikan. Kondisi lingkungan yang semakin kritis dan rusak akan menambah kompleksitas masalah yang kita hadapi. Kebutuhan untuk meninjau kembali tata kelola lingkungan dan tata ruang wilayah menjadi sangat mendesak agar peristiwa seperti ini tidak terus berulang.

Banjir dan longsor yang sering terjadi seharusnya menyadarkan kita bahwa tanah Parahyangan yang dulu dikenal sebagai gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja kini menghadapi ironi besar. Ini juga menjadi ajakan bagi para akademisi dan ilmuwan untuk mengevaluasi metodologi dan pendekatan yang digunakan selama ini. Banyak upaya yang dilakukan ternyata tidak memperbaiki keadaan, bahkan justru memperburuk situasi. Saatnya kita kembali kepada pengetahuan tradisional yang diwariskan oleh leluhur kita dalam mengelola lingkungan, sehingga hubungan antara manusia dan alam tetap harmonis.

Penanganan krisis lingkungan membutuhkan keterlibatan semua pihak. Para sesepuh dan tokoh masyarakat perlu merevitalisasi nilai-nilai budaya dalam pengelolaan lingkungan. Pemerintah daerah juga harus menyusun kebijakan yang sesuai dengan tata ruang wilayah, dan akademisi perlu mengkaji ulang filosofi, metodologi, serta teknis pengelolaan lingkungan. Jika ketiga elemen ini tidak bekerja dengan serius, maka kita hanya akan menjadi korban dari sindiran dalam naskah lama Siksa Kandang Karesian yaitu "Ratu ilang pangaruh, Pandita ilang komara, Wong tua ilang wiwaha" yang menyebutkan bahwa "Pemerintah kehilangan pengaruh, Akademisi atau ilmuan kehilangan kemuliaan, dan para sesepuh kehilangan kehormatan."

Selain itu, aspek pengetahuan tradisional harus ditinjau ulang dan dipertimbangkan sebagai alternatif untuk mengendalikan kerusakan yang semakin meluas. Penggunaan istilah "bencana alam" juga perlu dipikirkan kembali, karena istilah tersebut seolah menempatkan kita sebagai korban dan alam sebagai pelaku. Sebenarnya, fenomena alam ini adalah bagian dari siklus natural, dan dampak buruknya adalah hasil dari kegagalan kita untuk hidup berdampingan dengan alam.

Hal diatas menekankan pentingnya mitigasi bencana sebagai salah satu langkah preventif utama. Selain tanggap darurat dan evakuasi, pemerintah harus memprioritaskan mitigasi bencana. Masyarakat harus dipersiapkan dan diberdayakan agar dapat hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, bahkan dalam kondisi cuaca ekstrem sekalipun. Mitigasi bencana harus menjadi prioritas agar masyarakat terhindar dari risiko kerusakan yang dapat terjadi kapan saja.

Mitigasi bencana bertujuan untuk memastikan masyarakat dapat hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, bahkan dalam kondisi cuaca ekstrem. Masyarakat harus dilibatkan dan diberdayakan agar mereka dapat mengurangi risiko dari bencana dan hidup dalam lingkungan yang aman. Langkah mitigasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat.

Semoga pemikiran ini menjadi sumbangsih bagi masa depan Kabupaten Sukabumi yang lebih lestari dan sejahtera bagi seluruh masyarakatnya.

 

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini
Sukabumi18 Januari 2025, 14:13 WIB

Pulihkan Ekosistem Pasca Bencana, Penanaman Pohon di DAS Sungai Cikaso Sukabumi

Kegiatan ini untuk mencegah bencana serupa di masa depan.
Penanaman pohon di DAS Cikaso, Desa Cibadak dan Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Istimewa
Food & Travel18 Januari 2025, 14:00 WIB

Menikmati Deburan Ombak di Pantai Karang Tawulan, Wisata Eksotis Mirip Tanah Lot di Tasikmalaya

Tersembunyi di wilayah selatan kabupaten, pantai Karang Tawulan menawarkan keindahan alam yang masih asri dan jauh dari hiruk pikuk kota.
Pantai Karang Tawulan adalah sebuah destinasi wisata pantai yang menarik di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (Sumber : Instagram/@riskardr/@dadanwardana99).
Bola18 Januari 2025, 12:00 WIB

Prediksi PSM Makassar vs PSBS Biak di Liga 1: H2H, Susunan Pemain dan Skor

PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025.
PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025. (Sumber : Instagram/@psbsofficial/X/@psm_makassar).
Sukabumi18 Januari 2025, 11:57 WIB

Satpam Asal Sukabumi Tewas di Rumah Mewah Bogor, Keluarga Temukan Banyak Luka Serius

Korban sempat menghubungi istrinya melalui pesan singkat.
Rumah duka Septian (37 tahun) di Kampung Cibarengkok RW 01, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. | Foto: SU/Ilyas Supendi
Sukabumi18 Januari 2025, 11:36 WIB

Daftar SKPD dengan Aduan Terbanyak pada 2024, Menurut Data Diskominfo Kota Sukabumi

Pemerintah Kota Sukabumi menerima 106 aduan masyarakat sepanjang 2024.
Apel di Lapang Setda Balai Kota Sukabumi pada Senin (15/7/2024). | Foto: Dokpim Kota Sukabumi
Sukabumi18 Januari 2025, 11:20 WIB

Tahun 2025, Dishub Kota Sukabumi Bakal Perketat Pengawasan Kendaraan Pariwisata

UPTD PKB Dishub akan melakukan upaya untuk mendukung pemerintah pusat.
Kepala UPTD PKB Dishub Kota Sukabumi, Endro. | Foto: Website Kota Sukabumi
Aplikasi18 Januari 2025, 11:15 WIB

Raksasa Mesin Pencari Google Mulai Ditinggalkan, Ternyata Teknologi Ini Penggantinya!

Google perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh pengguna, terutama para generasi muda.
Google perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh pengguna, terutama para generasi muda. (Sumber : Pixabay.com/@Simon).
Sukabumi18 Januari 2025, 11:06 WIB

Diskominfo Rilis Laporan 2024: SP4N-Lapor Kota Sukabumi Terima 106 Aduan Masyarakat

Mei menjadi bulan tertinggi dengan 15 aduan.
(Foto Ilustrasi) Diskominfo Kota Sukabumi merilis data yang masuk ke SP4N Lapor sepanjang 2024. | Foto: Istimewa
Food & Travel18 Januari 2025, 10:47 WIB

Kembalikan Ikon Wisata Lokal, Pemdes dan Warga Bersihkan Curug Caweni di Cidolog Sukabumi

Sejak pandemi Covid-19, jumlah wisatawan Curug Caweni mengalami penurunan.
Kondisi Curug Caweni di Kampung Cilutung, Desa/Kecamatan Cidolog, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Istimewa
Sukabumi18 Januari 2025, 10:12 WIB

Akses Kendaraan Lumpuh! Longsor Kembali Tutup Jalan Nasional di Simpenan Sukabumi

Akses kendaraan untuk roda empat atau mobil lumpuh total.
Material longsor menutup Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua, tepatnya di Kampung Cimapag, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Istimewa